#17 Helios & Cessair

348 59 9
                                    

Tujuan selanjutnya adalah desa pembunuh. Sebuah desa kecil yang dihuni oleh para pembunuh bayaran. Kebanyakan dari mereka dilatih dan disiapkan sejak dini. Lingkungan yang kejam juga ikut mendorong mereka menjadi seperti itu.

"Aku lahir dan tumbuh di sini. Ini bukan tempat yang menyeramkan" ucap Helios sambil memimpin kami. Ia menunggangi kudanya dengan gagah di barisan depan.

"Apa melihat kepala orang lain dipenggal bukan hal yang menyeramkan?" tanya Alesya.

"Sejujurnya, Yang Mulia. Itu adalah hal yang biasa saya lihat sejak kecil. Jadi, itu tidak terlalu mengerikan" jawabnya enteng.

Alesya melongo tidak percaya. Semenjak memasuki desa ini, pemandangan yang ia lihat adalah tubuh-tubuh vampir yang sudah membusuk, tumpukan tulang-tulang, dan aksi pembunuhan. Melihat itu semua saja sudah membuat Alesya mual dan pusing. Ia tidak tahan berada lama di tempat ini. Apa lagi sampai menginap.

"Ayo turun, Alesya" ucap Aksa sambil merentangkan tangannya pada Alesya. Ia tengah membantu Alesya turun dari kudanya.

Liv hanya mendengus saat melihat adegan itu. Dari awal perjalanan, suasana hatinya sudah buruk. Ia kesal saat tahu bahwa Alesya akan sekuda dengan Aksa. Ia ingin sekali melepaskan kuda-kuda itu sebelumnya agar kejadian ini tidak perlu terjadi, namun Lea memperingatkannya. Jika kejadian naga kabur itu terulang, maka Liv akan dikeluarkan dari perjalanan ini. Liv tentu tidak mau hal itu terjadi.

"Kita akan menginap disini untuk semalam. Ini adalah rumah lamaku" ucap Helios sambil menunjukkan sebuah rumah kecil pada yang lainnya.

"Sungguh? Kau ingin kami menghabiskan waktu di tempat sempit ini?" tanya Aksa sambil menunjuk rumah kecil yang nampak hampir rubuh.

Alesya sontak langsung menyikut perut Aksa. Membuat Aksa kebingungan dan akhirnya lebih memilih untuk diam.

"Itu pasti akan seru" ucap Alesya.

"Aku tidak ingin tidur di sana, aku akan membuat tenda dengan sihirku" ucap Cessair sambil berjalan menjauh dari kami.

"Aku tidak suka penyihir itu, tapi kali ini aku akan ikut dengannya" kata Aksa sambil memandang semua yang ada disana satu persatu. "Lebih baik kau juga ikut, Alesya" lanjut Aksa sambil menggenggam tangan Alesya.

Alesya menolak. Ia melepaskan genggaman Aksa. Gadis pirang itu merasa tidak enak terhadap Helios. Ia pun memutuskan untuk menginap di rumah lama Helios. Hal itu tentu membuat Aksa kesal, namun ia tidak bisa memaksa Alesya. Ia juga tidak ingin jauh dari Alesya. Jadi, ia memutuskan untuk menghabiskan malam di rumah lama Helios.

"Di mana kita makan? Apa ada tempat makan di sekitar sini?" tanya Lea.

Helios menggeleng. "Orang-orang yang datang kemari adalah orang-orang yang memerlukan jasa pembunuh bayaran. Jadi, untuk apa orang di sini membuat rumah makan?"

Liv terkekeh mendengar perkataan Helios. Lelaki itu sangat tidak tahu situasi. ia kemudian menghela napas panjang saat menyadari pandangan sebal dari teman-temannya. "Tunggu, itu bukan lawakan? benar-benar tidak ada tempat makan?".

"Kita bisa memancing ikan di sungai, kemudian membakarnya" ucap Helios sambil melangkah masuk menuju rumah lamanya.

Alesya pun mengikutinya dari belakang. Ia amat terkejut saat memasuki rumah itu. Pedang, belati, dan berbagai senjata lainnya menghiasi salah satu dinding rumah ini. Beberapa di antaranya ada yang berkarat, namun justru itu yang menambah kesan mengerikan.

"Helios, kau tinggal sendirian disini?" tanya Alesya sambil mengekori Helios

"Benar, Yang Mulia" jawab Helios sambil membuka pintu kamar.

I'm a MIXED BLOOD : The Return Of The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang