#15 Liv dan pasar gelap

323 66 10
                                    

Liv dan pasar gelap. Ada cerita diantara mereka. Cerita kelam yang terlalu kejam untuk dibahas. Cerita tentang masa kecil Liv.

Liv Carsten, putra pertama dari keluarga duke Carsten. Bangsawan teratas dari klan werewolf yang hampir memiliki kedudukan dan kekuasaan setara dengan raja werewolf sendiri.

Sebagaimana bangsawan yang lain, keluarga duke Carsten juga merupakan orang yang gila takhta dan selalu mengutamakan harga diri mereka di atas segalanya.

Semua putra pertama keluarga duke Carsten selalu menikah dengan putri dari kerajaan werewolf untuk meningkatkan reputasinya. Hampir semuanya, kecuali ayah Liv dan Lea.

Ayah mereka adalah orang yang bijak, berpendidikan tinggi, baik hati, dan dermawan. Ia berbeda dengan keluarga Carsten yang lain. Ia juga lebih memilih untuk menikahi cinta pertamanya yang merupakan pelayannya sendiri dari pada menikahi putri kerajaan werewolf.

Karena itu, ada banyak bangsawan yang sering meremehkannya, bahkan adiknya sendiri. Ia sering mencemooh ayah Liv dan Lea. Sebenarnya, hal itu ia lakukan karena iri. Sebagai putra kedua, ia tidak bisa mewarisi apapun dari keluarga Carsten selain reputasi tinggi dan itu mengakibatkan rasa iri yang besar tumbuh dihatinya.

Saat Liv berusia 11 tahun dan Lea berusia 7 tahun, Duke Carsten meninggal dunia karena penyakit berat yang dideritanya. Seluruh kekayaan keluarga Carsten pun dipercayakan kepada adik laki-laki duke sebelum Liv berusia 17 tahun.

Sayangnya, pria tidak tahu diri itu malah menguasai kekayaan keluarga Carsten sendirian. Ia menjual Istri dan anak-anak kakaknya ke pasar gelap sebagai budak. Membuat mereka bertiga harus menghabiskan banyak waktu yang menyakitkan di sana.

Liv yang saat itu masih berusia 11 tahun, ia dipaksa menjadi tontonan di tempat terkutuk itu. Ia dipertontonkan dengan badan telanjang bulat untuk bertarung melawan hewan-hewan buas. Sebenarnya itu bukanlah hal yang sulit bagi seorang werewolf kelas atas seperti dirinya, namun saat itu ia masih belum menguasai sepenuhnya kekuatannya, ia juga tidak diizinkan berubah wujud menjadi serigala selama pertarungan berlangsung. Kejam, bukan?

Sementara ibunya, wanita itu terpaksa harus menjadi pelayan bar demi menjaga putri terkasihnya dari siksaan pemilik bar.

Kejadian itu berlangsung selama kurang lebih 2 tahun. Liv yang sudah kebal dan terbiasa pulang ke kamar ibunya dengan keadaan babak belur mulai menyakiti perasaan ibunya. Wanita itu tidak tega melihat putranya seperti itu dan merasa gagal menjadi seorang ibu saat melihat putranya menjadi semakin pemurung dan bahkan tidak mau berbicara.

Akhirnya, wanita itu memberanikan diri untuk meminta kepada tuannya agar anak-anaknya dibebaskan dari status budak. Tuannya, sang pemilik bar pun langsung mengiyakan permintaan wanita itu dengan satu syarat. Ia meminta wanita itu melayani seorang pria hidung belang yang tengah bergairah di barnya saat itu. Dengan berat hati, wanita itu mengiyakan syarat dari tuannya. Ia rela melakukan segalanya agar anak-anaknya bisa hidup dengan bebas.

Malam itu, hujan turun dengan lebat. Petir juga ikut meramaikan suasana mencekam di tempat terkutuk itu. Saat itu pula, wanita yang diketahui sebagai ibu dari Liv dan Lea memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Ia putus asa setelah ditipu oleh tuannya. Tuannya tidak mengabulkan permintaannya bahkan setelah ia melakukan syarat yang diminta olehnya.

Wanita itu menggantung dirinya sendiri tepat di depan Lea. Liv yang melihat kejadian itu langsung berusaha menutup mata sang adik yang tengah menangis hebat. Sayangnya, ia lupa untuk menutup matanya sendiri, hingga ia dapat melihat dengan jelas bagaimana wajah ibunya saat itu.

Setelah kejadian itu, tuan mereka bahkan tidak merasa bersalah. Ia justru menyalahkan Liv dan Lea. Membuat kedua bocah itu semakin menyalahkan diri mereka sendiri.

I'm a MIXED BLOOD : The Return Of The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang