#19 Perban

313 57 5
                                    

Setelah berjalan cukup lama, kini, Alesya dan Liv sudah sampai di area istana vampir. Liv menginjakkan kakinya di taman bunga yang ada disana.

Entah mengapa area istana vampir terlihat sepi. Bahkan prajurit yang berjaga hanya sedikit. Itu membuat Liv menduga-duga, bahwa Duke Anantram memang sudah bergerak sejauh ini dari dulu. Pemimpin pasukan perdamaian itu pasti sudah menyimpan banyak rencana cadangan di kepalanya.

Liv terdiam dengan Alesya yang masih terlelap di punggungnya. Dia enggan membangunkan Alesya. Lagi pula, dia tidak ingin mencari putra Duke Anantram. Dia berpikir bahwa putra Duke Anantram lah yang harus menemukan mereka, bukan sebaliknya.

Di balik itu, Liv juga melakukan itu karena ingin menghabiskan banyak waktunya dengan menggendong Alesya. Ini adalah waktu-waktu yang jarang dilakukan, tentu dia ingin merasakannya lebih lama.

"Ahh" Alesya mendesah, kemudian mengucek kedua matanya bergantian.

Saat kesadarannya sudah terkumpul, Alesya melihat sekelilingnya. Dia terkejut dengan tempat di sekitarnya itu.

Alesya teringat sesuatu. Taman bunga itu adalah taman bunga yang dulu di rawat oleh Kiara.

"Liv, turunkan aku"

"Hah, bagus kalau kau sudah bangun"

Liv kemudian menurunkan Alesya dengan berhati-hati. Liv bergumam beberapa kali setelahnya. Tentu ucapan yang keluar dimulutnya adalah makian untuk Alesya, tapi untungnya Alesya tidak memedulikannya. Alesya sudah cukup terbiasa dengan semua makian Liv sekarang.

Alesya kini tengah tertegun. Dia memperhatikan sekitarnya dengan mata berkaca-kaca. Ada rasa sedih saat matanya memandang bunga-bunga itu. Anehnya, dia tidak tahu apa yang membuat perasaannya menjadi seperti itu.

"Aku ingin berkeliling sebentar. Boleh, kan?"

Alesya benar-benar menuruti ucapan Aksa, dia akan selalu izin setiap akan pergi kemana pun. Dia sadar bahwa di tempat yang indah dan sepi ini bukan tidak mungkin ditemukan musuh. Setelah mendengar cerita tentang pasar gelap dan desa pembunuh, dia sadar betapa berbahayanya dunia ini.

"Boleh, tapi aku harus ikut denganmu"

"Aku, kan cuma berkeliling sebentar"

"Kenapa kau protes sih? Jika kau di serang oleh para bajingan itu, yang kesusahan, kan aku!"

Alesya menghela napas. Dia juga memutar bola matanya karena kesal. Jika bukan karena Liv di percayakan menjadi pengawalnya, dia pasti sudah memukul perutnya saat ini.

"Astaga, lelah sekali. Kita sudah berjalan sangat jauh" ucap Alesya sambil merebahkan tubuhnya di kasur empuk yang ada di tengah-tengah taman. Entah bagaimana caranya kasur itu ada di sana.

Liv mendecih. Saat ini, dia tengah menyipitkan matanya pada Alesya. Mengamati gadis berambut pirang yang sedang rebahan itu. Dia heran kenapa gadis itu bisa lelah padahal selama perjalanan, dia hanya tertidur di punggungnya.

"Dih, yang berjalan, kan, aku!"

Alesya terkekeh kecil. Sebenarnya, saat ini dia tidak lelah, namun pegal karena diam dalam waktu yang lama ketika tidur tadi.

Jantung Liv berdetak kencang saat melihat Alesya yang sedang tertawa. Dia terpesona pada Alesya untuk kesekian kalinya.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memperhatikan mereka dari tadi. Saat ini, orang itu mulai berjalan untuk menampakkan dirinya pada Alesya dan Liv. Dia berjalan di antara semak-semak sambil menyeret pedang di tangan kanannya.

Liv dengan pendengarannya yang tajam, langsung menoleh ke suara seretan yang ia dengar. Laki-laki berambut pirang itu berdiri dan melangkah ke sumber suara. Ia  mengambil posisi was-was, dia siap untuk merubah dirinya menjadi serigala kapan saja.

I'm a MIXED BLOOD : The Return Of The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang