#5

573 97 6
                                    

dunia adalah tempat yg menyeramkan. karena disana aku bisa bertemu denganmu.

*****

Jahat sekali,  padahal dia sendiri yang ingin duduk bersebelahan denganku. Tapi setelah diajak bicara, dia tetap membeku. Nara,  kapan kau akan datang sih,  sudah 2 hari aku duduk didekat Aksa dan ini terasa canggung sekali.

Aksa itu... Wangi sekali. Kenapa aku baru sadar ya ?,  padahal waktu itu aku tidak mencium aroma sewangi ini. Ah tunggu, apa dia sengaja memakai parfum untuk menarik perhatianku ?,  bisa saja kan ?, tunggu,  kenapa aku jadi terlalu percaya diri begini.

"Apa yang kau lakukan ?" Aku membuka mataku dan terkejut karena saat ini wajahku tengah berada di lengan kiri Aksa. Gawat, apa tanpa sadar tadi aku mengendusnya ? "Kau mencium lenganku ya ?" Aksa berbicara sambil tersenyum. Ini sangat memalukan. Siapapun, tolong dorong aku ke jurang.

"T-tidak." aku segera menjaga jarak dari Aksa dan langsung menghadap papan tempat guru menulis. Ah,  tidak bagaimana ini. Apa ada siswa lain yang melihatnya ?, semoga saja tidak.

Jantungku berdebar,  rasanya seperti akan meledak. Secara sembunyi-sembunyi, aku mencoba melirik Aksa. Aku sangat malu tapi aku ingin melihat lagi wajahnya. Tapi, Aksa terus berekspresi dingin seperti itu. Pandangan matanya kosong, seakan tidak terjadi apapun.

Bel istirahat berbunyi. Semua orang dikelas menghamburkan dirinya keluar. Kecuali aku, Bu Grace menyuruhku untuk tetap dikelas dan menemani Liv mengejar semua materi yang tertinggal. Tentu saja hal ini membuat gadis-gadis itu semakin membicarakanku.

Aku tengah memperhatikan Liv menyalin buku catatanku, sesekali dia juga bertanya saat ada yang tidak ia mengerti. Dalam sehari saja, Liv bisa langsung populer disekolah. Wajar sih jika mendadak semua orang disekolah menyukainya. Dia tampan sekali sih. Ya, walau dia agak sedikit menyebalkan, tapi wajahnya itu menutupi segalanya. Bahkan mungkin jika Liv mencoba menghancurkan negara ini, dia pasti akan dimaafkan karna tampangnya. Enak sekali jadi orang yang berpenampilan menarik ya.

"Alesya, aku tidak perlu mengucapkan terima kasih ya. Anggap ini balasan atas sepatumu dihari itu." setelah mengucapkan itu, dia malah tersenyum padaku. Kata-katanya tajam tapi senyumnya manis. Dasar tidak tahu terima kasih. Dia ingin mengajakku bertengkar ya ?. Tapi percuma saja, aku tidak bisa melakukan apapun selain pura pura tersenyum manis padanya.

Liv mulai berdiri dari kursinya lalu merapikan buku-bukunya dengan sangat berhati-hati. Aku ingin membantunya dengan mengambil salah satu buku catatannya, tapi seketika aku diam membeku saat membaca nama lengkap Liv.

"Namamu... " aku memandang wajahnya dan karena terkejut dia langsung menarik buku catatannya dari tanganku. "Namamu... Liveny Carsten." Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Aku secara spontan tertawa tanpa henti selama beberapa menit sedang dia diam dengan wajah kesal. "Tuan Liveny. Jadi itu alasan perkenalanmu didepan kelas hari itu tanpa nama lengkap ya... Aduh, maafkan aku" Aku mencoba mengatur napasku  dan berusaha untuk berhenti tertawa. "Namamu feminim juga rupanya." aku menutup mulutku untuk menahan tertawa.

"Walau namaku seperti nama wanita." Liv mendekati wajahku, aku spontan berhenti tertawa karenanya. Ia terus mendekatiku lalu berbisik ditelingaku. "Aku ini sangat jantan loh." bisikan itu sukses membuatku diam mematung. Liv kemudian sedikit membungkuk lalu menatap dalam mataku. "Wajahmu merah sekali, seperti tomat." Semerah itu kah wajahku sekarang?.

Apa-apaan pria itu. Setelah mengatakan hal itu, dia langsung pergi begitu saja. Aku merinding jika mengingatnya 'aku ini sangat jantan loh'. Membuat kesal saja. Aku tidak peduli dia jantan atau tidak. Ah tapi, saat ini aku merasa seperti sedang diawasi. Apa ini hanya perasaanku saja ya?

*****

I'm a MIXED BLOOD : The Return Of The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang