#9 lepas dari Aksa

523 85 1
                                    

aku akan memperlakukanmu dengan sangat baik, ketika aku memilikimu. . . Lagi

-Aksa


*****
Angin membelai suraiku dengan lembut. Menemani perjalananku menuju sekolah. Aku tidak bisa menghindar lagi, aku harus menghadapi semua ini. Aku masih tidak yakin bahwa diriku adalah reinkarnasi dari Kiara, tapi hal yang sangat ku yakini adalah dunia mereka itu ada.

Kantong mataku masih terlihat menghitam bahkan setelah ku timpa dengan concealer berkali-kali. Mimpi itu terus menghantuiku dan itulah yang membuatku berani untuk datang ke sekolah lalu meminta penjelasan pada Aksa. Kali ini aku tidak akan ketakutan lagi saat berhadapan dengannya. Aku sudah bersiap untuk ini selama berhari-hari. Aku harus mencari cara untuk melepaskan diri dari mimpi buruk itu dan satu-satunya cara adalah dengan menemui Aksa.

"Lama tidak melihatmu".

Aku menoleh ke samping kiriku, melihat pemilik suara itu, Liv. Dia mengiringi langkahku, berjalan sambil terus bertanya mengenai keadaanku. Jujur saja, aku sedang tidak ingin berbincang dengannya. Tujuanku ke sekolah hari ini hanyalah untuk bertemu Aksa. Aku tidak punya waktu untuk meladeni orang ini.

'Brukkk'

Liv terdorong jatuh. Lengan kekarnya terlihat mengeluarkan darah karena menahan badannya. Aku yang terkejut langsung refleks mengambil langkah mundur, menatap pelaku yang sudah mendorong Laki-laki berambut pirang itu. Entah dari mana orang ini datang. Aku yakin betul, sejak tadi aku tidak melihat orang lain yang melalui jalan ini selain aku dan Liv. Bagaimana bisa Aksa datang secara tiba-tiba?

"Sudah ku bilang jangan mendekatinya!" Aksa berteriak pada Liv, ia terus mengambil langkah untuk mendekatinya. Tangan Aksa menggenggam, dapat ku rasakan perasaan ingin memukul Liv dalam dirinya.

Seolah hilang kendali, kakiku berlari tanpa ku sadari. Padahal aku sudah menyiapkan diri untuk bertemu dengan Aksa, tapi rasa takut ini masih menghantuiku. Aku berusaha menghentikan langkahku, aku tidak mau menjadi pengecut lagi. Dengan kaki yang sedikit gemetar, aku membalikkan badan dan berjalan mendekat ke arah mereka berdua. Ku lihat Liv masih pada posisi awalnya sambil sedikit tersenyum pada Aksa. Tunggu, Liv kan manusia biasa, bagaimana jika Aksa membunuhnya?

Aku langsung menarik tangan Liv, membantunya untuk berdiri. Senyuman Liv semakin lebar saat melihatku menarik kedua tangannya. Sedang Aksa, aku tak bisa mengartikan tatapannya.

"Aku akan berbicara denganmu nanti" ucapku sambil menoleh pada Aksa. Kemudian aku kembali menarik tangan Liv, memberinya isyarat bahwa ia harus bergerak mengikutiku.

Aku merasa bahwa yang ku lakukan saat ini adalah hal yang benar. Menolong laki-laki ini tidak akan membuatku berada dalam masalah baru kan?

"Berhenti menjulurkan lidahmu, dasar anjing!" Aksa berteriak dari tempatnya berdiri, ia tidak bergerak sedikit pun. Aku enggan untuk membalikkan badanku dan melihatnya. Lagi pula kenapa Liv menjulurkan lidahnya hanya untuk mengejek Aksa, apa dia ingin mati?. "Jika kau menyentuh Kiara, akan ku patahkan tanganmu!"

Aku terus berjalan dengan tangan yang masih menggenggam tangan Liv. Dalam masalah ini, aku tidak akan melibatkan orang lain. Apa lagi orang itu adalah Liv, laki-laki yang memiliki banyak penggemar disekolah. Bagaimana jika Aksa memukulnya hingga berdarah, kemudian laki-laki ini akan menuduhku sebagai provokator dan semua gadis disekolah akan menggangguku. Memikirkannya saja membuat kepalaku terasa berat.

"Rupanya kau sangat merindukanku ya. Setelah absen cukup lama, kau malah memegang tanganku dengan sangat erat." Setelah mendengar ucapan menyebalkan khas Liv, aku segera melepaskan genggaman tanganku. "Kenapa dilepas? gengsi ya?, kalau begitu biar aku saja yang memegang tanganmu" ucapnya sambil memegang tangan kananku.

Aku menepis kasar tangan Liv lalu mencoba mengatur napas untuk menahan amarah.

"Sadarlah pada posisimu." aku memandang dingin wajahnya. Jika tahu begini, harusnya ku biarkan saja orang ini dipukuli. "Aku hanya ingin menolongmu, tidak ada maksud lain".

"Aku tidak meminta bantuanmu. Lagi pula kenapa jika aku dipukuli oleh orang gila itu?" orang ini benar-benar membuatku kesal. Bagaimana bisa aku mengatakan bahwa Aksa itu bukan manusia biasa, dia pasti akan menyebutku sebagai gadis gila.

"Tentu saja kau tidak boleh terluka." Hanya itu yang terlintas dikepalaku, aku harus menyembunyikan fakta tentang Aksa.

"Tak perlu berlebihan, aku bahkan tidak peduli pada diriku sendiri." Liv tersenyum miring. Kalimat yang ia keluarkan sedikit menyakitkan, membuatku terdiam beberapa menit. Baru kali ini aku mendengar ada orang yang tidak peduli pada dirinya sendiri.

"Aku tidak tahu masalahmu, tapi kau harus peduli pada dirimu sendiri. Meski bukan demi dirimu, lakukanlah demi keluargamu, atau untuk orang yang kau cintai".

Liv terdiam, pandangannya kosong. Beberapa menit kemudian ia kembali tersenyum miring, berjalan melaluiku begitu saja, tapi kali ini langkahnya tak bisa ku imbangi. Dia berjalan seolah-olah tengah berlari dariku. Ia terus menjauh, menjaga jarak diantara kami hingga kami memasuki area sekolah. Bahkan setelah pelajaran dimulai, ia terus diam dan mengacuhkan semua orang yang berbicara padanya. Apa ucapanku menyakiti hatinya?

Aku tidak punya waktu untuk memikirkan Liv. Aku masih pada tujuan utamaku, yaitu meminta penjelasan pada Aksa. Aku akan menemui Aksa di belakang sekolah, tepat di bawah pohon dimana dulu aku menunggunya. Aku harus segera lepas dari masalah ini. Aku harus kembali ke kehidupan normalku, aku harus lepas dari Aksa.



*****
-btw anjing yang Aksa maksud itu Liv si serigala haha.



I'm a MIXED BLOOD : The Return Of The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang