#25 Pulang

251 43 2
                                    

Siang hari. Ketika Alesya baru saja selesai menghadiri rapat penting di ruang takhta, Liv mendatanginya. Wajahnya cukup menunjukkan bahwa ia sedang menyimpan amarah besar.

Mata Liv menatap lekat Alesya. Ia menggeram ketika melihat kantong hitam di bawah mata gadis itu.

Liv tahu betul apa yang dilakukan gadis itu hingga mendapat garis hitam itu. Masih teringat di kepalanya, bagaimana cara Alesya memohon agar ia diizinkan pergi ke tempat Baron semalam. Dan ia sangat ingat pada pukul berapa gadis itu kembali.

Liv menunggunya sepanjang malam. Merasa khawatir, namun juga marah. Kesal karena sang pujaan hati tidak mendengarkan ucapannya.

"Cukup. Aku sudah muak dengan semua ini. Ayo kita kembali!" Liv berteriak di kalimat terakhirnya. Membuat suaranya bergema. Untungnya, ia sempat menutup pintu kamar Alesya rapat-rapat beberapa saat yang lalu. Menghindari kalau-kalau ada yang menguping pembicaraan mereka.

"Ayo kita kembali, Ale! Sudah cukup kau membahagiakan semua setan disini." Liv meraih tangan Alesya. Matanya menatap tajam sang pemilik dari tadi.

"Kembali?" Alesya memasang wajah heran.

"Ya! Kita akan kembali. Sudah cukup kau bermain peran menjadi Kiara. Kini, kita akan pulang," ucap Liv sambil berjalan dan menarik tangan Alesya.

Alesya berusaha melepaskan tangan Liv yang menggenggam erat pergelangan tangannya. Setelah berhasil, dia kemudian mundur beberapa langkah. Tindakannya itu tentu membuat Liv semakin menggeram.

"Lalu bagaimana dengan semuanya disini?" tanya Alesya lirih.

"Apa kau pernah berpikir, bagaimana dengan keluargamu disana?!"

"...Keluargaku ada di sini"

Kini, Liv yang keheranan. Jawaban Alesya membuatnya menduga-duga suatu hal.

Pria pirang itu menelan ludah, kemudian berjalan mendekati Alesya.

Liv menyentuh pucuk kepala Alesya dengan tangan kanannya. Merapal sebuah mantra singkat, lalu mundur beberapa langkah.

Saat itu pula, Alesya menghela napas, seolah semua rasa lelah yang belakangan ini bergelandot di bahunya ikut lepas. Gadis itu tertegun beberapa saat. Merasakan tubuhnya yang kini terasa ringan dan pikirannya yang terasa segar.

"Kau tahu, sudah berapa lama kau disini?" tanya Liv dengan tatapan tajam.

"Dua minggu," tebak Alesya.

"Hampir tiga bulan!"

Ucapan Liv membuat kedua mata Alesya melotot. kaget.

"Orang tuaku! Mereka pasti mencariku!" Alesya memegang kepalanya sendiri. Bertanya-tanya kenapa ia bisa tidak sadar bahwa sudah menghabiskan banyak waktu di tempat itu.

"Dugaanku benar. Ada seseorang yang sengaja mengacaukan pikiranmu. Membuatmu mendalami peran sebagai Kiara di tempat ini"

"Aku harus pulang, Liv!"

Alis Alesya turun. Kepalanya penuh lagi. Memang benar bahwa gadis itu melupakan kehidupannya sebagai Alesya. Seakan ingatannya memudar seiring berjalannya waktu, namun Alesya tidak pernah menyangka bahwa ada seseorang yang sengaja melakukan hal itu padanya.

"Tapi jika aku pergi, bagaimana dengan semuanya disini?"

Liv berdecak sebal. "Kau memikirkan orang lain lagi! Lihat dirimu! Kau bahkan tidak menjadi dirimu sendiri!" Liv mendengus, kemudian menunjuk cermin besar yang berdiri di salah satu dinding di ruangan itu. "Lihat dirimu, Ale!".

Mata Alesya mengarah ke tunjukan Liv. Memandang pantulan dirinya sendiri dengan asing. Dari ujung rambut, hingga ujung kaki.

Mahkota berkilauan yang terasa berat hingga membuat kepala pening, gaun mewah yang berlapis-lapis, juga riasan yang dapat dikatakan 'menor'.

I'm a MIXED BLOOD : The Return Of The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang