semuanya akan baik baik saja di akhir. Jika itu tidak baik baik saja, itu belum berakhir.
*****
"Hari ini aku membawa payung sendiri, jadi aku tidak perlu menumpang lagi padamu." Ucapku sambil membuka payung yang ku genggam kemudian, aku mendekat ke arah lelaki tinggi berambut gondrong, Aksa. "Lihatkan" Lanjutku dengan bangga lalu tersenyum.
"Aku bahkan tidak bertanya." Ia tersenyum kecil lalu berjalan meninggalkanku. Apa dia mengacuhkanku? Aku tahu, ini salahku. Untuk apa aku memberitahunya. Kita, maksudku aku dan Aksa hanya teman sekelas yang sangat tidak akrab, seakan-akan ada yang merasukiku, setelah bel pulang berbunyi aku langsung berjalan menuju Aksa dan mengatakan hal ini. Tentu saja ini hal yang tak penting untuknya. Ingin tahu yang terjadi sekarang? Semua orang dikelas menatapku. Aku tak tahu jelas tatapan apa itu, yang ku tahu Aksa sudah mempermalukanku.
"Apa yang kalian lihat!" Suara lantang Nara membuat semua orang tersadar lalu mulai pergi meninggalkan kelas satu persatu. "eum, Alesya... ada apa antara kau dengan Aksa?" Nara berjalan mendekatiku.
"Kami tak saling kenal. Diamlah!" jawabku sambil mengambil tas bermotif polkadot yang ada diatas meja. "Tadinya ku pikir dia menganggapku temannya. Ternyata tidak dan tak akan pernah" aku mulai berjalan ke arah Nara lalu menarik tangan kanannya. "Ayo pulang".
Perasaanku masih tak bisa ku deskripsikan. Aku sangat kesal pada Aksa dan aku malu pada diriku sendiri. Aku tak akan memaafkannya, lihat saja.
Tiba-tiba aku merasa ada yang melempariku dengan sesuatu. Ku balikkan badanku namun aku tak melihat apapun. Siapa yang bermain-main denganku disaat suasana hatiku sedang tidak baik.
"Hei!" Segera ku toleh ke arah sumber suara itu. Ku lihat Aksa sedang duduk di atas pohon besar sambil memegang sesuatu ditangannya kemudian ia melemparkan benda itu padaku. Itu terlihat seperti biji-bjjian dan saat itu mengenaiku, itu terasa sedikit sakit.
"Apa yang kau lakukan dari atas sana?" Tanyaku karena penasaran.
"Pertama kali kita bertemu, aku melihatmu dengan jelas dari sini." Aksa tersenyum. Aku mencoba mengingat kejadian yang ia katakan tapi aku tidak mengingat apapun. Bukankah pertama kali aku menemuinya di ruang kelas. Sudahlah, aku tak mau ambil pusing soal ini.
"Jangan menggangguku. Aku tidak mau bermain-main" aku membalikkan badanku, aku tidak mau melihatnya. Aku masih sangat kesal dengan perbuatannya beberapa menit lalu. "Aku sedang menunggu Nara disini, aku tidak ada urusan denganmu." Kemudian ku dengar Aksa tertawa dengan nyaring. Tawanya semakin membuatku kesal. "Apa yang kau tertawakan?" Aku membalikkan badanku karena kesal, entah bagaimana caranya saat ini Aksa sudah ada dihadapanku. Jarak kami benar-benar dekat dan jantungku berdetak dengan cepat karena gugup. Aku takut pipiku akan mulai merah sekarang. Tinggiku dan Aksa berbeda sekitar 26-28 dan saat ini aku berada didepan dada Aksa, tapi walaupun begitu, aku tak bisa mendengar suara detak jantungnya.
Aksa kembali tertawa lalu mundur beberapa langkah "lihatlah, pipimu memerah" Dia mengejekku. Ku tarik nafas dalam lalu membuangnya secara perlahan.
"Aku tidak ada urusan denganmu. Pergilah!" Aku melipat kedua tanganku didepan dada lalu mengalihkan pandanganku ke arah lain. Kembali lagi kudengar Aksa tertawa.
"Nara?, si alis tebal itu ya?" dia mencoba mengatur nafasnya. "Ku lihat tadi dia pergi dengan Kekasihnya dan aku melihat dengan jelas, dia pergi dihadapanmu tadi. Lalu, siapa yang kau tunggu?" Sialan, dia melihatnya.
"A-aku hanya menunggu dia kembali. Dia hanya membeli..." aku mencoba berpikir keras. "Dia membeli buku, dia akan kembali sebentar lagi. Jangan berpikir macam-macam. Aku tidak menunggumu untuk mengatakan maaf disini." Aku melihatnya dengan tatapan kesal.
"Ah, jadi kau menungguku untuk mengatakan maaf?" Aku terkejut. Apakah dia tahu? siapa yang memberitahunya?. "Baiklah maaf. Jadi, kita berteman lagi?" Aksa mengulurkan tangan kanan untuk bersalaman. Aku berpikir. Sebelumnya bahkan kita tidak berteman tapi, terserahlah. Ku ulurkan juga tangan kananku untuk membalasnya. Ya, ku rasa kami berteman sekarang. "kau melupakan payungmu." Aksa melepaskan jabatan tangannya lalu merogoh sesuatu disaku jaketnya. "Payungmu tidak berguna. untuk apa kau membawa payung sekecil ini?" Bagus sekali bukan, baru beberapa detik kami berteman, dia sekarang sudah menghinaku lagi.
"karena ini khusus untukku!" Ku ambil kasar payungku yang tadi di cap kecil oleh Aksa. "sampai jumpa" aku berjalan meninggalkannya lalu tak lama ia menyusulku dari belakang.
Sepanjang perjalanan pulang. Aku bercerita panjang lebar tentang kehidupanku kepada Aksa, walaupun ku rasa dia tidak menyimak ceritaku dengan baik namun dia orang yang sangat menyenangkan. Aku merasa nyaman didekat Aksa, walaupun dia menyebalkan dan sedikit mengganggu. Aku seakan merasa sudah mengenal Aksa sejak lama, itulah mengapa aku tidak ragu menceritakan banyak hal padanya.
Masih tak ku ketahui kenapa ia memanggilku dengan sebutan 'Kiara', dia selalu berhasil mengalihkan pembicaraan yang membuatku semakin penasaran. Siapakah kiara?
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a MIXED BLOOD : The Return Of The Queen
Vampirevampir adalah makhluk yang lahir dari jiwa manusia yang dikutuk. roh yang terperangkap dan tak bisa pulang ke akhirat. makan makanan manusia dan juga bertingkah layaknya manusia. namun vampir lebih istimewa, mereka memiliki beraneka ragam kemampuan...