Part. 17

3.5K 246 16
                                        

Sorry baru update, lagi gak ada ide:v

***

Marcell menatap Amanda dengan penuh kebencian, hari ini Amanda membuat ulah lagi, perempuan itu dengan beraninya melabrak Kalia. Memaki-maki Kalia sampai menangis. Ini tidak bisa dibiarkan lagi, Amanda benar-benar membuatnya marah.

"Maksud lo apa?" Marcell dengan lantang bertanya. Matanya menyorot tajam seraya mencengkram lengan Amanda.

Amanda yang sedang mengobrol dengan temannya langsung meringis, ia menatap kesal kepada seseorang yang telah berani mengganggunya. Tapi saat tau orang itu adalah Marcell ia langsung tersenyum seraya berdiri.

"Eh Marcell ... Kamu kenapa sih datang-datang langsung marah?" Amanda berujar lembut, berharap Marcell luluh dan mau melepaskan tangannya.

"Lo kenapa jahatin Kalia, sialan?!" gertak Marcell membuat Amanda menutup kedua matanya takut.

"Aku gak jahatin dia," elak Amanda membuat Marcell menggeram marah.

"Lo berani nyakitin milik gue, gue gak akan segan-segan ngasih Lo pelajaran yang gak akan pernah Lo lupain. Gue gak pernah main-main," ancam Marcell.

Amanda berusaha tidak takut, dia mengira Marcell hanya mengancamnya. Tapi ucapan Marcell selanjutnya membuatnya gemetar ketakutan.

"Jangan anggap ancaman gue sepele!"

***

"Sayang!"

Kalia yang sedang memakan es krimnya menoleh ke belakang. Mendapati Marcell yang berlari menghampirinya. Kalia tersenyum senang lalu membalikkan badan.

"Iya?"

"Bareng." Marcell merangkul Kalia membuat gadis mungil itu tersenyum manis.

"Kak Marcell habis dari mana?" tanya Kalia seraya menatap Marcell yang berjalan disampingnya.

"Toilet," jawab Marcell berbohong. Tidak mungkin ia memberitahukan yang sebenarnya kepada Kalia. Nanti gadis itu akan bertanya-tanya karena penasaran.

"Kita sekarang mau kemana?" tanya Kalia dengan polosnya.

"Kantin, mau?"

Kalia mengangguk antusias. Keduanya berbelok ke kiri, menuju kantin. Sampai di kantin mereka melihat Karin duduk bersama Gino dan Bima. Terlihat sesekali ketiga manusia jelmaan setan itu berdebat bahkan sesekali saling toyor-menoyor.

"Kalia cantik, gue mau tanya dong!" Baru saja datang, Bima langsung melempar pertanyaan yang lebih tepatnya pernyataan kepada Kalia.

Kalia duduk disebelah Karin lalu menatap Bima dengan mata yang mengedip berulang kali. "Gue ganteng gak?"

Marcell melempar tatapan tajam kearah Bima, tapi Bima tidak peduli. Sekali-kali mengerjai Marcell, jarang-jarang melihat Marcell menjadi kesal. Lagipula jika Marcell marah cowok itu tidak akan berani marah kepadanya apalagi ada Kalia, sang pawang.

"Ganteng kok, tapi Kak Marcell jauhhhhh lebih ganteng pake banget malahan!" Jawab Kalia, polos.

Raut wajah Bima menjadi masam, ia menggerutu pelan seraya menayantap baksonya dengan kasar. Karin dan Gino sudah tertawa terbahak bahak mengejek Bima yang ternistakan. Berbeda dengan Marcell yang justru tersenyum penuh kemenangan.

"Udah gue bilang Lo bukan tandingan Marcell. Wajah burik gitu gak usah dibanggain!" ujar Karin puas melihat wajah tertekuk Bima.

"Diam Lo, Mak lampir!" Bima menyentak pelan seraya melirik Karin sinis.

Gino ikut tertawa. "Wajah Lo itu 11 12 sama genduruwo, ganteng enggak seram iya!" timpalnya.

Bima tutup telinga. "Gak dengar, gue make masker!"

Kalia tertawa kecil. Ia mengalihkan pandangan kearah lain. Tatapannya langsung berhenti pada satu objek yaitu Amanda. Kalia menunduk ketika Amanda menatapnya tajam dengan seringai kecil yang menurutnya menyeramkan.

"Kenapa?"

Kalia menatap Marcell dengan gelengan. Tapi Marcell tau, gadisnya itu sedang ketakutan.

Marcell melirik sekelilingnya dengan tajam. Sepertinya ia tau alasan mengapa kalia ketakutan. Dia melihat Amanda langsung mengalihkan pandangan ketika ia menatapnya.

Marcell tersenyum miring, gadis itu benar-benar tidak takut dengan ancamannya. "Tunggu kejutan dari gue, Amanda."

***

Possesife MarcellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang