Vote dulu yok, jangan pelit² napa🤬
B a g i a n 5 - T e l a t
Angin tertiup kencang kesana kemari, membuat daun-daun yang terjatuh berterbangan. Lihat, matahari yang tadi bersinar terang, sudah hilang tertutup awan hitam yang bergemuruh. Langit yang tadi nya cerah, berubah menjadi mendung. Seakan langit ikut merasakan kesedihan seorang gadis yang sedang terpuruk itu, Shena.
Kepala Shena terangkat, menatap langit yang sudah berubah warna menjadi gelap.
Tes!
Satu tetes hujan membasahi pipi nya. Di ikuti dengan beribu-ribu tetesan yang turun secara serempak. Shena berdiri, ia meraih tas nya dengan cepat.
Berlari ke sembarang arah tanpa memperhatikan keadaan sekitar. Yang ia tuju hanya satu, tempat meneduh. Sial, Shena belum bisa menemukaan tempat meneduh, hanya ada pohon-pohon di sekitar nya. Seragam nya basah kuyup, ia mendekap tas nya agar tidak basah.
Ketika sudah jauh berlari, Shena tak sadar jika ia sudah keluar area pemakaman, dan berada di sisi jalan raya. Mata Shena menangkap sebuah mini market yang letak nya tak jauh dari nya. Buru-buru ia berlari lebih cepat lagi, menghampiri mini market tersebut.
Langkah nya berhenti, tubuh nya sudah tidak lagi terkena air hujan, ia sudah meneduh. Shena menatap seragam dan tas nya, ia mendengus pelan, "duh, basah lagi..." Lirih nya.
Pandangan Shena lurus ke depan, dahi nya kemudian mengerut, "ya ampun, gue lari jauh banget, sampe ke rumah sakit
Bhayangkara,"Kini, di sebrang jalan mini market, ada sebuah bangun besar bernuansa putih dan cream. Itu Rumah Sakit Bhayangkara, di mana tempat Oma Shena di rawat di sana. Sungguh, Shena tak sadar berlari kencang sampai tak sengaja ada di sebrang RS tersebut. Shena akui, jarak dari pemakaman ke Rumah Sakit itu lumayan dekat, sekitar hampir 150 meter.
Shena terdiam, dari pada ia menunggu hujan berhenti di sini, mending temenin Oma di sana 'kan?
Shena mengangguk membulatkan tekad, ia beranjak pergi, berlari menyebrangi jalan raya dan masuk ke dalam gedung bernuasa putih tersebut. Mencari ruangan Tulip B1 V.I.P dengan cepat.
Ciuttt
Shena membuka pintu, senyum nya menungging di ujung bibir. Menatap wanita berambut putih yang terbaring di atas ranjang dengan mata terpejam. Shena mengambil kursi untuk duduk, lalu menyentuh tangan sang Oma dengan lembut.
"Oma..." panggil Shena lembut. Sang empu membuka mata nya pelan, samar-samar diri nya tersenyum menatap Shena.
"Cucu Oma ngapain di sini, sayang..."
Sungguh, berat rasanya saat mendengar suara Oma yang terdengar lemas. Wajah nya pucat, mengingat ia tak suka suasana Rumah Sakit. Tapi mau bagaimana lagi, Shena melakukan ini semua agar Oma nya bisa bertahan hidup. Walaupun dokter pernah mengatakan bahwa Oma nya tidak akan bisa bertahan lebih dari satu tahun lagi.
Tangan Oma bergerak mengelus pipi sang cucu. Seakan menyalurkan rasa rindu nya pada Shena yang tak bertemu sejak 2 minggu terakhir. Shena terdiam, ia bisa merasakan sentuhan hangat dari Oma nya, sangat menenangkan hati.
"Shena kangen sama Oma," jawab Shena. Oma nya menghela nafas, "jangan keseringan nengok-in Oma, sayang... Belajar aja yang rajin, itu udah bikin Oma seneng, kok..."
Shena mengangguk, "Oma, tadi Shena ngunjungin Bunda sama Ayah karena Cafe lagi tutup buat seminggu. Eh, yaudah sekalian aja ke sini, hehe.."
Oma sontak terdiam, lalu tak lama tersenyum tipis, "kamu masih kerja sampingan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SARGARA
Teen FictionOrang mah hobi berenang kek, nyanyi kek, ini malah hobi selingkuh. Dia Sargara, cowok brengsek sekaligus play boy cap kaki tiga. Dia bukan ketua geng motor, ketus osis, atau bahkan cowok dingin seperti di novel-novel pada umum nya. Ia hanyalah pria...