Bagian 19 - Terbongkar

4.6K 240 33
                                    

Maap gantung😥✋

°°°°°

B A G I A N  1 9  -  T E R B O N G K A R


"Jangan dulu turun, aku bukain pintu nya," ucap Sarga, kemudian turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Karina. Gadis itu dengan senang hati menurut, tapi, ia teringat sesuatu saat hendak menurunkan kaki. "Tongkat nya, Sar."

"Ah, iya." Kemudian laki-laki itu mengambil sesuatu dari jok belakang. Tentu saja, Karina masih membutuhkan benda tersebut untuk membantu nya berjalan.

Kedua nya berjalan beriringan menuju pintu Rumah Karina. Tidak bisa cepat karena gadis itu jalan bertatih-tatih, di bantu dengan Sarga di samping nya. Seperti yang di katakan Karina, Rumah yang nampak mewah itu terlihat kosong melompong. Tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Sarga membantu Karina duduk di sofa. Kemudian mereka sama-sama terdiam memulihkan pikiran masing-masing. Sebelum akhirnya helaan napas Karina membuat Sarga menoleh. "Kenapa? Capek?"

Karina menggeleng sembari menoleh dengan ekspresi manja. "Haus, pengen minum tapi kaki aku sakit banget buat ngambil nya.."

Mendengar itu, Sarga tersenyum tipis. "Aku ambilin, mau minum apa?"

"Jus aja, kalau gak salah ada mangga di kulkas. Kamu bisa 'kan bikin nya?" Tanya Karina yang tentu saja mendapatkan anggukan. "Bisa, lah." Lalu pria itu melengos pergi ke arah dapur. Ia cukup hapal dengan Rumah ini, karna semenjak kaki Karina cedera, Sarga lah yang menemani dan mengantar jemput gadis itu.

Karina merebahkan punggung nya sofa, kemudian merogoh ponsel di balik tas nya karena mendengar suara dering telepon. "Hm?"

Melihat siapa orang yang menelpon membuat Karina malas mengangkat, tapi mau tak mau akhirnya di angkat dengan dehaman malas.

"Bayaran gue mana?" Desak pria di sebrang sana.

Dahi Karina mengerut, "bayaran apa?"

"Nggak usah sok lupa, deh. Ayo bayar, jangan nanti-nanti mulu. Capek gue nagih nya." Kesal nya.

Karina mendengus, "duit buat ngebayar lo aja udah abis. Lo dorong tu cewek nya kekencengan, kaki gue beneran sakit dan gak bisa jalan. Duit nya gue pake buat berobat sama pijet. Nanti, deh!"

Karina berdecak sebal, ia teringat kejadian tadi pagi. "Bangke emang, padahal udah mulai sembuh, sekarang malah makin parah gara-gara si Shena. Ah, sial!"

Hampir saja Karina membanting ponsel nya jika pria itu tidak lanjut bicara. "Gue gak nerima alesan, cepet transfer."

"Nanti, Dion! Gue belum ada duit. Oh iya, gue minta potongan. Kaki gue kayak gini juga gara-gara lo!"

"Lah, 'kan lo yang nyuruh gue. Gimana dah??"

Karina memanggut-manggut malas, "iya, gue tau gue yang nyuruh lo dorong Si Shena pas di tangga, biar gue ikut kedorong dan berakhir kayak gini. Pokok nya nanti gue bayar, sabar."

"Yaudah, kalau gitu gue bocorin kalau lo yang nyuruh gue buat dorong Shena biar-"

"Sialan emang ya. Janji lo mana kata nya gak bakal bocorin?"

"Ya, abis lo lama banget bayar nya. Pokok nya kalau sampe lusa belum transfer, gue beneran bocorin sifat busuk lo ke satu sekolah, terutama Sarga."

"Kok lo gitu si-"

Tut tut tut

"Argh!" Telepon di putuskan secara sepihak, membuat Karina kesal dan terus mengumpat di dalam hati. Mengingat ia tidak punya uang untuk membayar orang suruhan nya itu, Dion. Uang bulanan nya saja bahkan hampir habis karna biaya berobat & pijet untuk pergelangan kaki nya.

SARGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang