Bagian 18 - Pindah

4.2K 232 24
                                    

Ini para readers gaada niatan follow author nya?🙄

Kalau liat typo, komen!

°°°°°

B A G I A N 1 8 - P I N D A H.


Shena menyalakan air wastapel, membasuh muka lalu di biarkan basah begitu saja tanpa di elap. Dengan pandangan kosong, Shena menatap pantulan tubuh nya dari kaca. Raut wajah yang sulit di deskripsikan, begitu juga dengan perasaan hati nya sekarang. Entah harus sedih atau senang. Mungkin akan lebih tepat jika Shena harus merasa bahagia, terlepas dari hubungan menyakitkan dengan Sarga adalah suatu keajaiban bukan?

Namun, di lain hati. Ada perasaan aneh yang berdenyut sedari tadi. Shena tak mengerti, yang jelas sekarang diri nya seperti gelisah. Seperti di hantui pikiran tak jelas.

Shena membasuh wajah nya kembali, mungkin perasaan aneh itu akan hilang ketika keadaan nya sudah membaik.

Di waktu yang bersamaan, pintu toilet terbuka. Memperlihatkan dua perempuan yang nampak tergesa-gesa menghampiri Shena.

"Shena! Astaga, kita cari lo kemana-mana juga!"

Suara melengking itu menyapa telinga Shena di tengah suara air keran yang mengalir deras. Merasa tak asing, Shena segera mematikan keran wastapel. Menoleh dan mendapati Nayla dan Maura yang tengah menatap nya cemas.

Shena tersenyum simpul. Tapi tidak dengan kedua teman nya yang semakin khawatir.

"Lo gak papa 'kan, Shen? Maaf, ya, kita gak tahu lo di hukum di lapangan dan-"

"Gak papa, gak usah di bahas." Sela Shena cepat. Bisa-bisa mood nya semakin buruk jika mengingat kejadian beberapa menit yang lalu itu.

Nayla dan Maura salimg melempar tatapan. Kedua nya sama-sama mencoba memahami situasi. Tangan Maura bergerak menepuk bahu Shena berkali-kali guna memenangkan. "Kita nemuin tas lo di lapangan, ganti baju dulu, Shen. Lo bawa baju olah raga 'kan?"

"Atau mau pulang aja? Sekalian keramas. Nanti kita ijinin kok." Timpal Nayla.

Shena terdiam, berpikir sejenak. Lalu setelah nya mengangguk yakin. "Kayak nya gue mau pulang aja, gak mungkin juga keramas di sini. Tolong ijinin, ya?"

Nayla dan Maura mengangguk serempak. "Pulang sendiri? Atau gue pinta Arjuna biar nganter-"

Shena menggeleng, memotong kalimat Maura. "Gak usah, ngerepotin nanti nya," lalu beralih menatap Nayla, "Nay, lo bawa hoodie, gak? Gue pinjem, ya?"

Mengingat Shena tak mungkin pulang dengan keadaan rambut yang bau akibat telur busuk itu. Seragam nya juga acak-acakan. Apalagi ada darah yang sudah mengering di area pelipis. Tak enak di pandang.

"Ada, gue pinjemin kok." Balas Nayla dan di balas senyuman dari Shena.

Lagi-lagi, Maura dan Nayla harus memahami keadaan. Mereka menahan puluhan pertanyaan setidak nya sampai keadaan Shena jauh lebih baik. Karena dari raut wajah dan keadaan pakaian Shena saja, Maura dan Nayla langsung tahu jika teman nya itu sedang tidak baik-baik saja.

°°°°°

Mobil putih milik Raka baru saja tiba di depan gerbang Sekolah Cakrawala, pria itu datang setelah Shena meminta untuk menjemput nya. Untung nya, sih, Raka selalu siap sedia.

Tanpa butuh waktu lama, Shena langsung memasuki mobil lalu menutup pintu nya keras. Membuat Raka yang sedang bengong tiba-tiba terperangah kaget. Ia memperhatikan Shena seolah menyelidik. "Kusut amat tu muka, senyum dong. Gini nih, iiiii.." Raka tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi putih nya yang rapi.

SARGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang