Dramione- 31

390 20 16
                                    

Oliver jatuh dengan sukses, membuat bunyi gerasak dari salah satu perapian toko roti di Hogsmeade. Dia sama sekali tak menyukai jaringan Floo. Begitu dia berdiri, ditepuk-tepuk mantelnya untuk menyingkirkan debu.

Namun, sesuatu menarik perhatiannya. Sebuah kotak perhiasan terlempar tak cukup jauh dari tempatnya datang. Oliver mendesah. Dipungutnya kotak tersebut lalu tersenyum bodoh. Bagaimana dia bisa lupa memberikan hadiah itu pada Hermione.

"Permisi, bisa aku membeli bubuk Floo?" tanyanya pada seorang kasir. Kasir perempuan ramah itu memberinya sekantong dan Oliver mengeluarkan beberapa sickle untuk menukarnya.

Tanpa menunggu lama, lelaki itu kembali pergi ke rumah Hermione dengan bubuk Floo.

Tak butuh waktu banyak untuk merasakan betapa pusingnya berpergian dengan cara ini, hingga ketika dia mendarat di perapian Hermione, Oliver tercekat melihat siapa yang sedang berbincang dengan Hermione.

"Lucius Malfoy?" gumamnya teredam dengan penuh waspada. Segera dia tarik tongkat dari dalam jubah dan mengacungkannya pada ayah Draco Malfoy.

Hermione sempat tak bisa menghela napas begitu tahu Oliver kembali dan menemukan Lucius. Keadaan di sana tegang.

"Turunkan tongkatmu, Oliver!" perintahnya sambil meyakinkan lelaki itu. "Akan kuceritakan semuanya. Tuan Malfoy tidak berbahaya. Oke?" Perlahan Hermione mendekati Oliver dan berhasil membuat tongkat kembali pada saku jubah pemiliknya.

"Jadi benar rumor bahwa tawanan Azkaban telah kabur? Aku tidak menyangka dia malah bersembunyi di rumah perempuan yang pernah dihinanya," sengit Oliver. Hal itu membuat Hermione tak enak.

"Semua orang memiliki kesempatan untuk menjadi lebih baik. Dia mungkin pernah bersalah, tapi ketika dia ingin berubah lebih baik, tidak seharusnya kau mengungkit masa lalunya." Ucapan Hermione lantas membungkam Oliver.

Meski bungkam, Oliver tetap waspada terhadap mantan pelahap maut paling setia tersebut. Matanya tak lepas dari ayah Draco sedetik pun. Takut jika dia lengah dan Lucius bisa melukai Hermione.

"Ayolah, Oliver." Hermione bersedekap, mendecak lalu pergi dari kedua lelaki beda generasi itu.

"Apa rencanamu, Mr. Malfoy? Kenapa kau berada di sini ... ah, lebih tepatnya, tiba-tiba berada di sini? Bukan suatu kebetulan, kan? Aku yakin kau juga tidak mempercayai 'kebetulan' itu sendiri." Oliver memandang tak suka pada Lucius.

"Akan kujawab pertanyaanmu jika kau percaya padaku. Jika tidak, maka simpan saja rasa penasaran itu." Lucius benar-benar ingin dipercaya saat ini, tapi dia juga sadar akan masa lalunya yang kelam. Oliver tidak akan semudah itu percaya padanya.

Oliver duduk di sofa, mengikuti pergerakan Lucius yang tenang. Tak lama, Hermione datang dengan tiga cangkir cokelat panas dan kudapan kesukaannya, pretzel.

"Orang tuamu mengirimi pretzel lagi? Aku tidak yakin mereka dokter gigi. Kenapa selalu mengirim makanan manis untukmu."

"Aku butuh gula untuk tetap berpikir waras." Hermione menjawab ketus seperti biasa.

Mendengar itu tak lantas membuat Oliver tersinggung, justru dia terkekeh pelan. Diambilnya satu pretzel yang renyah dan manis itu. Begitu berada di mulut, Oliver mengernyit. Bahkan dia berlari ke wastafel untuk membuang pretzel yang baru saja dia kunyah.

"Hermione, asin sekali."

"Aku memantrainya." Hermione terkekeh. Lucius ikut tertawa melihat kejahilan Hermione. Suasana canggung mencair begitu Oliver ikut tertawa.

Mereka duduk santai di ruang tamu sambil mengobrol hingga tak sadar langit menggelap. Hermione dan Lucius menceritakan bagaimana awal mula Lucius datang, hingga rencana-rencana keluarga Greengrass jika berhasil menikahkan Draco dengan Astoria.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DRAMIONE-Hogwarts In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang