Dramione- 6

3.4K 367 23
                                    

Aula besar sudah penuh dengan murid-murid dari ke empat asrama. Hermione duduk tepat di tengah Profesor Trelawney dan Profesor Longbotyom. Sengaja ia menghindari Draco Malfoy karena insiden semalam. Tak ingin berlama-lama memikirkan pernyataan benci dari mulut besar Malfoy, Hermione akan bersikap sama seperti biasanya. Tak ada senyum, tak ada sapa, apalagi berbincang.

Tapi di mana Ferret itu sekarang? Bahkan saat McGonagall menyampaikan pengumuman penting sebelum mengisi makanan lezat di meja, Malfoy tak menampakkan batang hidungnya.

"Mushreck hampir bisa dipanen. Dan aku baru sadar tanaman itu menghilang satu pot kemarin. Aku tidak tahu siapa yang memcabutnya." jelas Neville Longbottom memulai percakapan. Bukannya tertarik, Hermione justru mencari keberadaan Draco Malfoy.

Matanya menyebar pandangannya pada sekeliling aula dan deretan para guru besar. Seharusnya dia lebih mencolok dengan rambut pirangnya.

"Apa yang terjadi jika tanaman itu belum siap di panen?" tanya Hagrid menimpali.

"Mushreck akan menjadi penangkal racun paling mujarab jika siap panen. Penggunaan Mushreck tanpa dosis atau belum saatnya panen--meski hari panen kurang sehari akan mengeluarkan racun. Tidak berbahaya, namun cukup menyiksa jantung dan menyebabkan sesak pada dada. Aku takut jika ada siswa yang mencuri dari rumah kaca dan menyalah gunakannya."

"Cukup mengerikan kedengarannya." Giliran Luna menimpali.

"Eh, Hermione. Apa kau memberi tugas dengan bahan Mushreck di kelasmu?"

"A... apa? Mushreck? Tidak. Aku bahkan belum tahu tanaman apa itu."

"Aku akan menyelidikinya nanti."

"Itu lebih baik." Hermione tersenyum. Setidaknya Neville tak mencurigainya lagi.

Hermione menenggak air kelapa manis dari pialanya mencoba mengusir rasa gugup karena sibuk mencari Draco Malfoy ketimbang mendengarkan percakapan Neville yang kehilangan tanaman Mushreck nya.

"Ugh," Profesor Trelawney menyenggol sikunya.

"Ya?"

"Malfoy sepertinya mencarimu."
Seraya membenarkan letak kacamata lebarnya dan bicara tergagap, Profesor Trelawney sukses membuat Hermione menyipitkan matanya. Meminta penjelasan lebih.

"Malfoy? Anda menyebut Malfoy? Di mana dia?"

"Kenapa antusias sekali Miss. Granger? Dia di sana sedang berusaha memanggilmu." Giliran Profesor Flitwick menunjuk dengan jari kecilnya ke arah pintu.

Hermione meneleng. Tampak di sana Draco Malfoy bersandar pada dinding batu yang dingin dan lembab. Pemuda itu meringis memegangi dadanya.
Tak perlu banyak waktu untuk menyadari bahwa Malfoy tengah kesakitan.

"Malfoy?"

"Grang... Granger... please."

Matanya terkatup menahan sakit. Hermione hanya mengikuti naluri kemanusiaannya.

"Aku... aku butuh ramuan penangkal racun."

"Kau ini kenapa? Maksudku... ayo ke ruanganku." Hermione melangkah dulu namun segera menghentikan langkahnya saat ia sadar Draco tak mengikutinya.

"Ayo ikut aku!" seru Hermione kesal karena melihat Draco tak beranjak dari tempatnya.

"Kau ini bodoh... atau apa? Dadaku sakit sekali."

Hermione menarik nafas tanpa ingin cepat-cepat menghembuskannya. Sadar dangan apa yang harus dilakukan, Hermione mengalungkan lengan Draco pada bahu dan memapahnya.

"Kau berat sekali, Ferret."

"Diamlah."

Hermione menutup pintu ruangannya dan mendudukkan Draco di sofa hijau zamrud kesayangannya. Catat! Kesayangannya!

DRAMIONE-Hogwarts In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang