Dramione-29

1.5K 129 48
                                    

Kelasnya selesai sejak tiga jam yang lalu. Oliver resah di kantornya. Sebabnya tentu karena kepergian Hermione secara tiba-tiba. Ia mendengar itu dari Kepala Sekolah.

Dipecat! Bukan kata bagus untuk si Charming Granger. Tetapi, McGonagall benar-benar melakukan hal itu. Dan sekarang Oliver sedang bingung. Ia ingin menemui Hermione, sayangnya ia tak pernah tahu rumah Hermione di dunia sihir.

Rencana bertanya pada rekan guru, ia batalkan karena tidak enak disangka macam-macam. Pasalnya, kemarin mereka tidak kembali ke kastil dan kemudian pagi hari Oliver menerima berita pemecatan Hermione.

Namun, ia teringat sesuatu. Harry Potter pasti bisa dihubungi. Segera ia ambil sepucuk perkamen dan menulis untuk Harry. Begitu selesai, ia segera ke kandang burung hantu milik sekolah dan menyelipkan surat itu pada kaki burung hantu cokelat pekat.

"Sampaikan langsung pada Harry Potter di Kementrian." Oliver memberi sepotong biskuit pada paruhnya dan kemudian burung hantu itu pun terbang keluar kandang.

"Semoga Harry sedang tidak sibuk," harapnya.

***

Menatap pohon silsilah di kamarnya, Draco terdiam. Keturunan Malfoy yang berada paling bawah adalah dirinya. Sebentar lagi nama Astoria muncul jika mereka telah menikah. Akan tetapi, Draco tidak mengharapkan itu. Hermione masih mendominasi hati dan pikirannya. Memang jahat, tapi itulah yang terjadi.

"Sayang?" panggil Narcissa. Draco hanya menoleh dan tersenyum simpul. "Kau akan pergi?"

"Ya, Mom. Aku ingin berjalan-jalan ke Hogsmeade. Kau ingin ikut?"

Narcissa tersenyum kaku. Ditepuk-tepuknya setelan yang dipakai Draco untuk memastikan anaknya tampil sempurna.

"Pergilah. Aku tahu kau tertekan. Maaf telah egois dengan menyeretmu seperti ini."

"Mau bagaimana lagi. Kita juga tidak punya cara."

"Maaf," isaknya.

Draco mengusap bulir air mata Narcissa yang terlanjur keluar. "Ayo kita pergi bersama. Sejak Ayah ditangkap, kita tidak pernah jalan-jalan bersama."

"Tapi...."

"Mom, anakmu ini sudah dewasa, bisa menggantikan Ayah sementara untuk melindungimu."

Narcissa akhirnya tersenyum, memandang putranya yang tumbuh sempurna.

"Kuambil mantelku dulu."

***

"Dad, kau mau minum sesuatu?" tanya Hermione ketika mereka sampai di Kedai Minum Madam Rosmerta. Lucius tergagap, bingung ketika dipanggil seperti itu.

Tahu Lucius sedang gugup, Hermione mendekatkan wajahnya dan berbisik. "Tuan, anda sedang dalam bentuk rupa Richard Granger, kuingatkan."

Lucius menghela napasnya dengan lega. Ia bahkan lupa telah meminum polyjus di rumah tadi dan ia harus terus meminumnya secara berkala.

"Aku rindu dengan aroma butterbeer. Bisa pesankan aku minuman itu?"

"Baiklah," ucap Hermione. Ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar pelayan menghampiri.

Lucius memerhatikan Hermione lebih dalam lagi. Bagaimana bisa ia melukai gadis itu dulu padahal hatinya semurni malaikat. Hatinya sakit, ingin sekali terus meminta maaf dan berterima kasih pada Hermione Granger rasanya.

"Aku ingin membelikan jubah warna lain untukmu. Warna apa yang kau inginnkan, Dad?"

"Eum, aku... aku mungkin suka warna hijau emerald atau hitam. Tapi tidak usah kau belikan."

DRAMIONE-Hogwarts In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang