Dramione-17

1.6K 157 17
                                    

Tiga gelas butterbear tandas dalam satu jam sejak kedatangan Hermione di tempat minum Madam Rosmerta. Merasa kesal karena janji bertemu yang seharusnya satu jam yang lalu harus diundur. Hermione bosan setengah mati berada di sini, tapi semua ini demi Hogwarts. Jika saja bukan karena mementingkan urusan Hogwarts, maka ia tidak lagi sudi bertemu dengan Oliver Wood.

Dihelanya nafas prihatin kepada dirinya sendiri. Hermione menyembunyikan wajahnya yang sudah merah dalam lipatan tangan. Sudah beberapa tahun dan berhasil melupakan pria yang tiga tahun mendiami hatinya, kini Hermione harus menemuinya lagi.

"Oke, kutunggu lima belas menit lagi. Jika tidak datang, maka aku akan kembali ke Hogwarts. Dikira dia sepenting apa sampai aku harus menunda penyempurnaan ramuanku," ucap Hermione kesal. Ia membaca Daily Prophet terbitan hari ini untuk mengusir jenuh.

Rita Skeeter, wartawan biang gosip itu masih saja membuat berita aneh dan Hermione yakin liputannya tidak seratus persen benar. Ia mengernyit, bagaimana mungkin Daily Prophet masih mempekerjakannya hingga sekarang.

Hermione membalik halaman berikutnya. Judul besar timbul agar terbaca jelas :

Victor Greengrass, Kepala Kementrian Baru Dilantik.

Seorang pria berambut cepak hitam tampak tersenyum tipis dengan menyapa tak ramah pada wartawan. Tampak ia terganggu oleh kilatan blitz.

"Greengrass, bangsawan masuk kementrian? Apa tidak salah?"
Tiba-tiba Hermione teringat teman satu angkatannya dulu, Astoria Greengrass. Meski berada di Slytherin dan termasuk murid berketurunan bangsawan, gadis anggun itu tidak pernah membuat onar ataupun berperilaku sok. Hermione pernah satu meja dengannya saat pelajaran Mantera. Tutur katanya lembut, sopan, dan yang lebih penting menghargai Hermione meski ia seorang Darah Lumpur. Tapi jika melihat ayahnya seperti yang berada dalam gambar ini,  seolah-olah Astoria berbanding terbalik dengan sang ayah.

"Maaf sudah menunggu lama, Hermione."

Hermione menengadah, melihat siapa yang datang. Dalam benaknya ia bertanya, benarkah ini Oliver Wood?
Hermione mengerjap, ia sadar telah terdiam cukup lama memandangi Oliver. Tapi dia benar-benar Oliver, kan?

Penampilan mantan kapten Quidditch Hogwarts yang sekarang sangat berbeda jauh. Jika dulu Oliver masih memiliki wajah bayi, sekarang ia lebih terlihat macho dengan jambangnya. Rahang yang dihiasi bulu jambang tipis itu terbentuk sempurna.

"Lama di Bulgaria kau tampak berubah sekarang," kata Hermione setelah berdehem menormalkan dirinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lama di Bulgaria kau tampak berubah sekarang," kata Hermione setelah berdehem menormalkan dirinya sendiri.

"Ah tidak juga. Maaf ya aku terlambat.   Di tengah jalan Hogwarts Express mengalami sedikit masalah hingga kami harus turun di Shrieking Shack. Kau tahu siapa yang kutemui?" Hermione tidak berniat menjawab meski dia ingin. Tapi di depan mantan kekasihnya, ia harus bersikap tak acuh.

"Draco Malfoy."

Tanpa diminta, bola mata Hermione menajam menatap Oliver.

"Kenapa kau kaget?" tanya Oliver heran saat melihat mimik wajah Hermione berubah rona.

"Aku? Kaget? Untuk apa? Lagipula kita di sini tidak untuk membahas Malfoy." Hermione tetap mengelak apa yang harusnya ia rasakan. Hanya mendengar namanya saja, sudah membuat jantungnya berdetak.

"Oke... oke, maaf. Jadi bagaimana? Apa yang McGonagall inginkan dariku?"

"McGonagall ingin kau menggantikan Madam Hooch. Melatih Quidditch. Kau tahu benar bahwa beberapa minggu ke depan Turnamen Quidditch akan dilaksanakan." Hermione memberikan sepucuk surat resmi dari Hogwarts pada Oliver.

"Tapi ada apa dengan Madam Hooch? Bukankah ia masternya?"

"Madam Hooch mengalami cedera tulang punggungnya dan pemulihannya perlu waktu yang cukup lama. Jadi kau bisa atau tidak?"

Oliver tersenyum lembut melihat bibir manis Hermione berceloteh. Jika boleh sekali saja, Oliver akan mengatakan bahwa ia sangat merindukan Hermione Granger.
Jika ia menerima tawaran ini, maka ia akan selalu bisa melihat Hermione dari dekat.

"Baiklah, aku akan datang setelah libur natal selesai." Oliver tersenyum senang sementara Hermione hanya menyimpulkan bibirnya.

***

"Di mana sebenarnya pria jelek itu?"
sungut Hermione saat berjalan berkeliling kastil. Alih-alih beralasan untuk patroli, sebenarnya ia mencari Draco yang sejak malam tidak menampakkan diri.

Terasa aneh memang. Tidak biasanya pria itu diam di satu tempat. Tapi kali ini seluruh kastil bersih dari jejaknya. Rasa-rasanya Hermione ingin meminjam Marauders Map milik Harry saja.

Langkah Hermione berhenti ragu di depan kamar Draco. Entah sudah berala kali ia lewat dan ingin berhenti di sini, namun sekarang ia benar-benar berhenti.

"Ah tidak, aku wanita." Diurungkan tangannya mengetuk.

"Apa dia masih tidur? Atau dia pulang? Atau dia sakit?...." Hermione menggigit bibirnya, "...atau dia meminum jebakan seperti dulu lagi?"

Wajah Hermione pias. Ada segurat kekhawatiran terlihat jelas di wajah cantiknya.

"Hermione?" Hermione menoleh cepat.

Draco, pria itu mengawasinya. Sekarang Hermione yang salah tingkah. Ia takut Draco mendengar ocehan konyolnya.

"Ka... kau,sejak kapan ada di sana?" tanyanya gugup. Lebih gugup ketimbang saat membawanya ke rumah Weasley.

"Dari tadi. Kulihat kau mengelilingi kastil dan berjalan melewati kamarku hingga sepuluh kali. Ada yang kau cari?"

"Eng... tidak. Maksudku, aku sedang patroli. Kau tahu, McGonagall sedang tidak ada dan dia mempercayakan Hogwarts padaku sekarang."

"Patroli saat murid-murid sedang pulang?"

"Mereka ada yang masih tinggal. Albus, Romeo, dan banyak lagi. Memangnya... memangnya kau dari mana? Kau tidak ada saat sarapan. Kukira kau sakit atau apa."

Draco tersenyum. Nyata sekali Hermione sedang mengkhawatirkannya.

"Aku ada di tepi Danau Hitam. Melihatmu berkeliling cemas dan uring-uringan."

"Kau..."

"Kau mengkhawatirkanku?"

"Siapa? Aku? Sejak kapan aku harus mengkhawatirkanmu?"

Draco tergelak. Ia sangat suka jika sifat asli Hermione keluar seperti ini.

"Merry Christmas, Hermione."
Draco mengeluarkan sebuah bola kaca dengan hiasan pohon natal bersalju dan dua manusia salju mini dari sakunya.

"Aku keluar sebentar untuk membeli ini," kata Draco.
Hermione menerimanya dengan terpukau sekaligus tercengang. Ini kali pertama Draco memberinya hadiah natal sejak permusuhan yang terjadi bertahun-tahun lamanya.

"Terima kasih," ucap Hermione merona. Oh ayolah, ini hanya bola kaca kecil tapi Hermione sudah merona. Dasar!

"Kau ada waktu nanti malam?"

"Kebetulan Mr. Filch sore ini akan kembali bersama McGonagall. Aku bebas tugas," kata Hermione dengan pengucapan lirih sekali. Antara terpana dan berharap.

"Bagaimana kalau kita pergi ... berdua?"

"Ke mana?"

"Kemanapun,"

Hermione mengangguk samar, ia berbalik dan berjalan menjauh dengan binar dan debaran jntung yang semakin mengeras. Dia sudah sangat gila.

***

DRAMIONE-Hogwarts In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang