Dramione-26

1.5K 115 41
                                    

WARNING!!!!!!!!
Scene nganu ada di part ini. Belum cukup umur, GO AWAY or JUMP yes!!

***

Hermione terpaku di mejanya sesekali melirik undangan bercorak salem dan silver di depannya. Ia mendengkus bimbang. Masih tak percaya bahwa si ular brengsek itu turut mengundangnya. Tidakkah ia punya hati sedikit saja untuk menghargai perasaannya yang hancur? Namun, rupanya tidak. Buktinya undangan pertunangan ini sampai juga di kantornya.

"Ayo, kau datang atau tidak?" tanya Oliver yang mulai suntuk menunggu Hermione melamun.

"Aku belum memastikan."

"Sebenarnya ada hubungan apa antara kalian? Adakah sesuatu yang romantis pernah terjadi?" tanyanya sok tidak tahu.

Hermione melirik Oliver lalu mengangguk lemah. Hal itu tentu membuat Oliver terbahak. Air dan api bersatu? Ular dan singa membina hubungan cinta?

"Kenapa menertawakanku?"

"Tidak, hanya merasa mustahil saja. Kalau begitu bersiaplah, kau akan datang bersamaku dan mari tunjukkan pada Malfoy bahwa kau baik-baik saja."

"Apa menurutmu dia akan menyesal?"

"Tentu, membalas pengkhianatan mantan kekasih adalah dengan menunjukkan bahwa kita baik-baik saja dan masih bisa tersenyum."

Hermione mengangkat satu sisi bibirnya. "Kau pun merasa begitu?"

"Tentu saja. Sebelum aku datang ke Hogwarts, aku mendengar cerita tentangmu dan Malfoy, dan itu membuatku sedikit ... ya, cemburu."

"Oh, ya? Kenapa aku lebih bersemangat mendengar bahwa kau cemas seperti itu, ya?"

"Ish, kau ini. Jadi, ingin datang bersamaku atau tidak?"

Hermione mengatupkan senyum tatkala Oliver menjulurkan tangannya dengan senyum yang sampai saat ini masih diingat oleh Hermione.

"Baiklah, jika kau memaksa."

***
"Wow, aku belum pernah datang ke Greengrass House. Ternyata lebih megah dari Malfoy Mannor," komentarnya saat mereka berhasil berapparate untuk sampai di sana.

Greengrass, Hermione pernah mengenal Astoria Greengrass saat masih sekolah dahulu. Bahkan mereka sempat masuk kandidat juara Arithmanchy bersama.
Sepanjang yang Hermione tahu, Astoria bukan gadis sembarangan meski keluarganya terkenal dengan sebutan bangsawan sihir. Dia ramah, santun dan baik, menurut Hermione.

Mendapati kenyataan seperti itu, ia lega bahwasanya Draco memilih wanita yang tepat sebagai istrinya meski bukan dirinya.

"Sebentar, Oliver." Hermione menarik napasnya yang berat lalu menghembuskan pelan berharap sesak di dalamnya turut hilang sebelum ia benar-benar melihat dua sejoli itu saling memasang cincin pertunangan.

"Ya, persiapkan dirimu." Oliver menatap Hermione dari samping, lalu dengan perintah hatinya ia meraih jemari Hermione dan menggenggamnya erat.

Hermione terkejut mendapat perlakuan seperti itu. Namun, begitu melihat mata Oliver, Hermione tak menolak. Bukan karena ia merasa GR, tetapi tentu ia tersanjung karena masih ada yang peduli padanya setelah semuanya terjadi.

"Ada aku," bisiknya membuat Hermione tersenyum gugup. "Kita masuk?" tanyanya kembali.

"Ya," balas Hermione singkat.

"Aku jadi berpikir, apa Harry, dan keluarga Weasley juga diundang?"

"Entah. Kukira hubungan Malfoy dan Potter sudah baik-baik saja, tapi Weasley ... aku tidak yakin. Mengapa memangnya?"

DRAMIONE-Hogwarts In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang