Dramione-15

1.9K 175 21
                                    

Hermione tertegun sejenak.

Sejak tiba di kawasan The Burrow ia memperjelas penglihatannya. Bahwa ia sedang berdiri di samping Draco Malfoy, musuh bebuyutannya. Lalu sekarang bagaimana mungkin Hermione meyakinkan diri untuk mengajak serta Draco makan malam dengan keluarga besar Weasley. Apa yang akan dikatakan Harry, Ron, dan semua klan Weasley lainnya. Atau lebih parah lagi, apa yang harus dijawab ketika keluarganya sendiri bertanya?

Hermione menjejak tanah dengan kesal sementara di dalam rumah sudah terdengar riuh canda mereka yang tengah berkumpul menyambut natal tiba.

"Ayo,  Hermione. Kau tidak mau terlambat kan?" ucap Draco santai.
Hermione mendengus, pria itu bahkan lebih tampak bersemangat bertemu musuhnya. Ia berjalan mondar-mandir dengan gelisah di depan Draco,  membuat pria itu kesal menunggu.

Masih dengan sikap sok coolnya, ia bertanya dengan nada jengkel,  "apa yng kau pikirkan? Kakiku sudah kesemutan berdiri di sini dan mataku  .... lihat mataku yang sudah hampir jereng melihatmu mondar-mandir."

"Diam, Draco. Aku sedang berpikir, maksudku mencari jawaban yang pas jika mereka bertanya kenapa kau ikut."

Draco menyunggingkan senyumnya lalu mendekati Hermione.

"Bilang saja kau bertaruh denganku tentang apa atau apa. Atau bilang saja aku memaksa ikut."

Hermione menoleh, "tidak gampang seperti yang kau pikirkan, Draco. Ini lebih sulit dari pada menjawab soal Aritmanchy."

Draco terkekeh pelan, tangannya yang semula berada di dalam saku kini menggenggam pergelangan tangan Hermione. Gadis itu tersentak seolah perbuatan Draco barusan adalah sumber listrik yang menyengat dan Hermione merasa selalu ingin tersengat.

"Percayalah pada dirimu sendiri," ucap Draco kemudian.

"Draco, apa harus seperti ini?" Hermione melirik genggaman tangan mereka.

"Memangnya kenapa?" Merasa menang kali ini,  Draco justru menggamit lengan Hermione untuk bertumpu pada lengannya. Jika ada seseorang yang tidak tahu hubungan mereka di masa lalu mungkin mereka tampak seperti sepasang kekasih yang saling mencintai.

Draco mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu, sedangkan bagi Hermione detik-detik ayunan pintu yang terbuka seolah malaikat pencabut nyawanya. Ia tidak siap saat semua mata memandangnya penuh tanya.

"Hermione? Malfoy?" Hermione menelan salivanya ketika Molly Weasley berada di depan mereka. Tepat sekali, karena kali ini pandangan Molly lebih mengerikan dari pada ular raksasa di kamar rahasia dulu.

"Ayo, masuklah. Yang lain sudah menunggu di dalam," katanya kemudian.

"Bibi Molly, aku... "

"Ya, kau memang harus menjelaskan."

"Maaf, Molly. Jika kau tidak berkenan dengan kedatanganku maka aku bisa pergi," ucap Draco pelan. Ini tidak seperti yang Hermione kenal.

"Masuklah, Malfoy. Kau sudah tiba di sini dan itu berarti kau tamu kami. Selamat datang di kandang Weasley. "
Molly menekankan kata kandang, mungkin wanita tambun itu ingat ketika Lucius Malfoy pernah menyebut rumah mereka adalah kandang.

Hermione mencengkeram lengan Draco saat pria itu menunduk. Kali ini Hermione merasa serba salah karena mengizinkan Draco ikut serta.

"Hermione, sayang." Ibunya berdiri dari tempat duduk ketika melihat Hermione datang. Direngkuhnya tubuh kurus putrinya itu dengan kerinduan yang mendalam.

"Mom merindukanmu, nak."

"Aku juga, Mom."

Hermione melirik Draco yang berdiri tegang di sampingnya. Pria itu sedang menjawab pertanyaan semua pasang mata yang terarah padanya. Hermione melihat wajah merah padam Ron di antara pandangan siap membunuh dari yang lainnya.

DRAMIONE-Hogwarts In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang