Dramione-14

2.1K 204 5
                                    

"Sangat cocok untukmu, Draco."

Aku menoleh ketika namaku disebut.

Bukan suara ibuku, tentu saja.

Karena ibuku berada jauh di Hungaria untuk merayakan natal bersama kerabat Malfoy lainnya.
Kutelengkan kepala dan menangkap sosok 'jodohku' berada di ambang pintu.

Benar saja, Astoria berjalan bebas di kamarku dengan gayanya yang anggun. Sangat anggun seperti merak yang telah menemukan pejantannya.

"Sejak kapan aku membebaskanmu masuk kamarku?" ketusku.

"Ayolah, kurang satu bulan lagi kita menikah dan kuharap kau tidak lupa dengan acara pertunangan kita tiga hari lagi."
Astoria menggamit pinggangku, mencium aroma dari lekuk leher dan merebahkan kepalanya pada punggungku.

"Astoria, aku sedang bersiap-siap. Tidak ada banyak waktu lagi."

"Kau ada janji? Dengan siapa?" Aku tahu itu bukan pertanyaan basa-basi, tapi penuh selidik.

"Potter. Aku diundang makan malam olehnya dan kurasa ini adalah cara yang pas untuk menjalin hubungan baik kembali."

"Sejak kapan kau berubah pikiran untuk berhubungan baik dengan Harry Potter?"

"Sudah sejak lama. Maaf, aku tidak berniat mengusirmu, tapi aku harus segera kembali ke Hogwarts dan berangkat."

"Baiklah, kalau begitu cepat berangkat. Aku akan menunggumu di rumah saat natal tiba. Kuharap kau datang dan mengingatku di sela kesibukanmu di Hogwarts."

Kupamerkan senyum simetris padanya kemudian melenggang pergi ke perapian saluran floo.
Asap hijau seketika menelanku bersamaan dengan isi perutku yang diaduk.

Tak berapa lama aku keluar di salah satu perapian penyihir Diagon Alley. Pemilik toko melihatku dari balik kacamata tebalnya. Menyadari aku yang telah menggunakan perapiannya, ia membungkuk.

"Mr. Malfoy." Aku mengangguk dingin. Mempertahankan tabiat Malfoy yang sedingin es.

"Aku butuh sebuket mawar dan lily." Ucapku saat menyadari bahwa itu adalah toko bunga.

"Baiklah. Tunggu sebentar."

Penyihir itu mengayunkan tongkatnya membuat rangkaian bunga-bunga dalam satu kesatuan yang cantik. Draco ingin berdecak kagum melihat hasil kerja penyihir itu. Tapi tabiat dinginnya memenangkan segala sisi hangat seorang Malfoy.

"Seseorang yang istimewa, Mr Malfoy?"

Lagi, kupamerkan senyum tipis tanpa berniat menjawab. Kubawa seluruh hutan bersalju disetiap langkah kakiku.

Tanpa bertanya lagi kuberi beberapa galeon di meja sebagai upah hasil kerja terampilnya. Aku mengangguk singkat saat wanita itu melongo dan melempar pandangan takjub bergantian, padaku dan uang yang kuberikan.

Kurapatkan mantel hangat yang melekat untuk mengusir hawa dingin bersalju sebelum natal tiba. Kedatangan Astoria tadi memang mengubah mood-ku menjadi sedikit lebih buruk. Jadi kuputuskan membawa bunga untuk Hermione, barangkali mood ku akan lebih baik saat melihat gadis itu tersenyum. Atau jika beruntung, dia merona.

Setelah melewati jalan bersalju di Hogsmeade, akhirnya sampai juga di jalan rahasia dekat Dedalu Perkasa.

"Draco Malfoy!" Hagrid menyeru.

"Oh, Halo Hagrid. Sedang bersantai?" Alis tebal Hagrid menikung kemudian melirik sebongkah pohon cemara raksasa di bawahnya.

Pertanyaan bodoh.

"Ya, bersantai sambil menebang pohon."

"Err... bukan begitu maksudku."

"Bunga mawar dan lili?"

DRAMIONE-Hogwarts In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang