Bab 7

695 42 12
                                    

Matahari pagi dengan malu-malu mulai menampakkan sinarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari pagi dengan malu-malu mulai menampakkan sinarnya. Berkas-berkas cahayanya mencoba menelusup masuk kesela-sela tirai sebuah kamar yang berisi dua insan yang tengah tertidur lelap, cahayanya membuat salah satu insan tersebut terusik dan mulai menggeliat dibalik selimut tebal yang menutupi tubuh keduanya.

Dahinya berkerut Ketika cahaya sinar matahari mengganggu tidur lelapnya, dirinya berdecak sebal setelah sekian lama ia mendambakan tidur yang sangat nyaman dan nyenyak tetapi matahari menganggu dengan mudahnya.

Namun kekesalan itu hilang seketika, digantikan dengan senyum tulus yang jarang ia perlihatkan. Tentu saja, Kijoon hanya memperlihatkan senyum itu hanya pada orang-orang terdekatnya, orang yang benar-benar peduli padanya.

Senyum itu kembali mengembang saat gadisnya menampakkan raut wajah yang menggemaskan, yang membuatnya ingin terus memilikinya.

Kemudian tangannya mengusap wajah gadisnya, menyingkirkan anak rambut yang selalu mengganggu pemandangannya.

Kijoon menghentikan aktivitasnya saat Jiah -gadisnya menggeliat diikuti ringisan halus dari mulutnya, kemudian dengan perlahan kelopak matanya terbuka dengan perlahan menampakkan kedua bola mata bulatnya yang masih setengah mengantuk.

"Gwaechanayo?"

Seketika mata yang masih mengantuk itu melebar saat mendengar suara yang menyapanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seketika mata yang masih mengantuk itu melebar saat mendengar suara yang menyapanya. Tubuhnya menegang begitu melihat pria saat ini dibencinya berada diatas dikasur yang sama dengannya.

Kilas balik kejadian kemarin kembali berputar dikepalanya, memutar ulang betapa kejam dan mengerikannya orang yang kini ada dihadapannya, Jiah masih mengingat tatapan bengis dan tawa bahagia saat dirinya menjadi samsak yang tidak berdaya.

Jiah beringsut mundur saat melihat tangan pria itu terangkat, Jiah merapatkan kedua matanya, jantungnya berdegup kencang, dan tubuhnya kembali bergetar.

Jiah ketakutan sekarang. Ia tak tau apalagi yang akan pria itu lakukan padanya. Jiah kembali membuka matanya setelah beberapa lama tak merasakan apapun kecuali sentuhan halus pada puncak kepalanya.

Dirinya terkejut begitu melihat sorot mata yang sangat berbeda, Jiah tak menemukan tatapan yang menakutkan itu lagi sebaliknya jiah justru terheran saat melihat sorot kekhawatiran dari pria di hadapannya.

"Neo gwaenchana?"

"Apakah ada yang kau rasakan?"

"Apakah kau merasa sakit?"

"Apakah kau membutuhkan sesuatu?"

"Apa perlu ku ambilkan obat?"

"Jawablah, kau membuatku khawatir"

Jiah semakin bingung saat pria tersebut memborong pertanyaan padanya. Kemana perginya pria yang mengerikan itu, kemana perginya pria yang hanya diam dengan tatapan dinginnya.

Kenapa pria itu berubah terlalu cepat, membuat tanda tanya besar dikepalanya. Apakah ia memiliki kepribadian ganda, penyakit mental, atau mungkin pria ini berbeda dengan pria kemarin, seperti saudara kembar mungkin?

Ahh memikirkannya saja membuat kepalanya berdenyut.

"Wa..wae, apakah kepalamu terasa sakit?"

Jiah tertarik kembali ke permukaan saat merasakan bahunya sedikit terguncang karena perbuatan Kijoon. Jiah terkejut dan langsung menepis tangan Kijoon yang ada dibahunya.

Namun tanpa sadar Jiah terlalu keras menggunakan tangannya sehingga menyebabkan nyeri akibat perbuatan Kijoon kemarin.

"Ahh.." Jiah meringis kesakitan, kemudian melihat memar keunguan pada tangan kirinya.

"Jangan terlalu banyak berger.." Ucapan Kijoon terhenti, tangannya yang hendak mengusap Jiah pun juga ikut terhenti diudara saat Jiah menatapnya tajam.

"Jangan menyentuhku"

"Siapa kau?"

"Aku bahkan tidak mengenalmu"

Jiah berucap dengan nada yang datar. Namun kali ini Kijoon mengabaikan perkataan Ji ah, Kijoon memegang tangan Jiah dan memeriksa luka-luka Jiah yang mungkin saja terbuka kembali. Sungguh ia terlalu mengkhawatirkan Jiah sekarang.

"Lepaskan tanganku!"

Jiah kembali bersuara dengan nada yang semakin tajam, kemudian menarik tangannya yang ada didalam genggaman Kijoon. Namun Kijoon menahan tangannya dengan kuat membuat Jiah semakin kesal dan marah.

"Lepaskan!"

"Aku bilang lepaskan!"

"Aku bilang lepaskan!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc~

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang