Bab 30

612 35 7
                                    

Jiah terduduk di ranjangnya. Memikirkan semua yang didengarnya dari Kijoon membuat rasa penasaran yang terbentuk tak pernah padam. Kijoon sedang berada di kamar mandi. Pria itu memutuskan untuk tidur di kamar Jiah setelah berita yang mengejutkan pagi tadi.

"Kau belum tidur?" Pria itu keluar dengan sebuah handuk kecil dan kemudian mengusap wajahnya yang basah karena air. Kijoon menggunakan piyama coklat berlengan panjang. Pria ini seolah tak kehilangan pesona walau hanya dibalut piyama.

"Aku hanya tidak bisa tidur." Jiah membalas. Berbeda sekali dengan tampilan sebelum tidur Kijoon, Jiah hadir dengan kaos kebesaran yang panjangnya hanya mencapai setengah paha. Ia lebih nyaman dengan kostum tidurnya saat ini.

Kijoon naik ke ranjang, membawa dirinya masuk ke dalam selimut dan menarik Jiah untuk segera berbaring dipelukannya. "Tidak perlu kau pikirkan. Aku sudah bereskan semuanya" Kijoon menenangkannya.

"Kijoon-ssi"

"Hmmh?"

"Apa benar kau pernah menjadi budak seks sebelum kau bertemu dengan keluargamu?"

Sedetik setelah pertanyaan itu terlontar, ingin sekali Jiah memukul bibirnya hingga tak berbentuk lagi. Ia baru saja menciptakan keresahan pada pria ini.

"Kau mengetahuinya?" Kijoon bertanya dengan ragu. Seolah takut Jiah membalasnya dengan anggukan.

Secara tiba-tiba, pria ini melepas pelukannya dan bangun lalu mengacak rambutnya kasar. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan kemudian menatap Jiah nyalang.

"Apa yang kau lakukan? Aku sudah berusaha untuk melupakan itu dan kau membuatku mengingatnya?" Ia membentak Jiah dengan nada menuduh. Jiah terkejut, ia benar-benar sudah membuat emosi pria ini tak terkontrol.

"Maafkan aku, hanya saja–"

Ia melihat Kijoon bangkit dan meninggalkannya begitu saja dengan bunyi pintu berdebam kuat dihadapannya. Jiah membatu. Matanya terkejut membulat. Apa yang baru saja terjadi? Bukankah beberapa hari ini mereka baik-baik saja dan melalui hari tanpa pertengkaran?

Tak ingin larut dalam keresahan, Jiah bangkit dan berlari mencari pria itu. Entah kenapa ia begitu yakin, Kijoon berada di ruang kerjanya. Ketika ia melangkah masuk, benar saja. Pria itu berada di sana dengan tubuh berdiri tegap di depan jendela.

Jiah menghampirinya dan mencoba untuk lebih dekat.

"Maafkan aku. Aku hanya begitu gegabah." Jiah mencoba untuk meminta maaf. Yang di dengarnya hanya kesunyian. Pria itu tak bersuara sedikitpun.

"Aku tahu, kau pasti tersinggung dengan ucapanku, tapi aku berani bersumpah aku tak bermaksud untuk membuatmu kecewa." Ia mencoba sekali lagi untuk menjangkau kesadaran pria ini.

"Kijoon-ssi, maafkan aku. A—aku bersedia kau hukum jika itu membuatmu lebih baik-"

"Aku hanya tak ingin kau memandang aku rendah Lee Jiah." Pria ini akhirnya bersuara. Ia berbalik dan menatap Jiah dengan tatapan menyedihkan.

"Aku hanya tak ingin kau anggap aku hina." Sekali lagi ia bersuara.

"Kau tidak akan mau untuk bersama denganku jika kau mendengar masa paling terkelam dalam hidupku. Aku tak ingin kau menjauh." Ia menggeleng dan kemudian matanya memancarkan kesedihan.

"Itu sudah berlalu Jiah-ya dan aku tak ingin mengungkit itu. A-aku sudah berusaha untuk membersihkan diriku, tapi-" Pria ini bersedih. Ia bahkan tak mampu melanjutkan ucapannya. Yang ia lakukan hanya menggeleng dan menunduk.

Jiah mendekat dan merengkuh pria ini. Ia merasa ini adalah hal yang harus dilakukannya sedari dulu. Pria ini lemah, pria ini sakit dan mencoba bangkit dari masa lalunya. Ia mencoba untuk melarikan diri. Membersihkan dirinya menurut cara yang dianggapnya benar. Pria ini tak sekuat penampilannya.

"Maafkan aku..maafkan aku." Sekali lagi Jiah mencoba untuk menghiburnya.

"Kau tak apa. Aku yang jamin. Jangan mengingatnya jika kau tak mau Uhm Kijoon-ssi. Jangan jika kau tak sanggup." Saran Jiah. Tangannya mengelus lembut rambut legam pria itu. Pria malang dengan sejuta rahasia gelap.

"Aku tak ingin kau menjauh Jiah-ya. Aku memiliki banyak sisi gelap, tapi kupastikan kau aman bersamaku asalkan kau tetap tinggal Jiah-ya. Tak akan kuceritakan pengalamanku karena aku tak ingin kau lari ketakutan. Aku hanya ingin kau tinggal." Kijoon menyampaikan keinginannya.

Jiah mengelus kepala itu dengan sayang. Tak pernah ia rasakan kekhawatiran yang begitu besar seperti pria ini lakukan padanya. Kijoon membentengi dirinya dengan sikap paranoid miliknya. Menyebabkan ia kehilangan rasa percaya akan dirinya dan orang lain.

"Tidak, kau tak harus bercerita jika kau tak mau." Dan Jiah sekali lagi mengalah. Mengalah demi pria dengan berjuta perasaan yang cepat berubah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang