Bab 14

504 38 9
                                    

Lelehan air hangat mengalir menciptakan dua anak sungai dari sudut mata Kijoon. Tangannya tak henti-hentinya mendekap dan menggosok tubuh gadisnya, menyalurkan energi panas yang dihasilkan tubuhnya untuk sang gadis.

Kijoon muai merasakan dadanya kembali bergemuruh cepat, nafasnya mulai tersenggal saat kedua kakinya yang hampir membeku membawa berat tubuh gadis yang ada dalam dekapannya. 

Sesekali nafasnya tercekat bersamaan dengan air mata yang terus mengalir di kedua pipinya.

BRAAKK

Kijoon menggebrak pintu utama villa, tubuhnya hampir saja tersungkur ke lantai bersama tubuh gadisnya begitu pintu terbuka lebar. 

Kijoon segera menaiki tangga membawa Jiah ke kamar pribadinya, kemudian meletakan tubuh gadisnya diatas tempat tidur dan menyelimuti tubuh gadisnya menggunakan selimut tebal.

Kijoon dengan terburu melepaskan pakaian hangatnya, kemudian menyeruput the jahe hangat yang telah disiapkan oleh sekertaris Yoon.

"Samcheon apakah kau sudah menghubungi petugas medis?" tanya Kijoon dengan wajah khawatir.

Kijoon meraih tangan Jiah yang dingin, lalu menggenggamnya dengan erat. Kemudian menggosok-gosok telapak tangannya untuk membuatnya lebih hangat. 

Sekertaris Yoon melakukan hal yang sama, sehingga Kijoon segera berpindah ke kakinya yang benar-benar sangat dingin. Kijoon terus mengamatai kondisi Jiah yang justru semakin membuatnya khawatir.

"Sudah, mereka sedang dalam perjalanan. Namun mereka terjebak karena beberapa pohon tumbang menghalangi jalan"

"Mwo? Lalu bagaimana dengan gadisku samcheon, aku takut.."

"Kijoon-ah tenanglah.."

Sekertaris Yoon memeriksan denyut nadi Jiah di lengan dan lehernya, matanya terpejam untuk lebih bisa merasakan denyut nadinya. 

Kemudian beberapa kali sekertaris Yoon menggelengkan kepala, dahinya berkerut saat merasakan denyutan yang sangat lemah.

"Waeyo?" tanya Kijoon dengan cepat karena ingin tahu kondisinya. "Apa ada sesuatu yang salah?"

"Ini terlalu lemah, Kijoon-ah"

"Aku tahu, tapi apa yang harus kita lakukan?" seru Kijoon dengan nada tinggi, "Kita tidak bisa hanya membiarkannya saja seperti ini. Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?"

"Tidak, itu tidak akan terjadi" ucap sekertaris Yoon meskipun Kijoon mendengar ada sedikit keraguan dalam nada bicaranya.

"Bagaimana dengan kompres?" tanya Kijoon.

"Tidak Joon-ah, itu hanya akan membakar kulitnya" cegah sekertaris Yoon.

Sekertaris Yoon terdiam sesaat, memikirkan saran yang akan ia ungkapnya pada Kijoon yang menurutnya saran yang paling memungkinkan dilakukan untuk saat ini namun ia sedikit mengkhawatirkan gadis yang kini tergolek sekarat diatas tempat tidur.

Benar, biasanya hipotermia akan membaik setelah suhu tubuhnya kembali normal, tapi kondisi tubuh Jiah yang lemah membuatnya kesulitan untuk menaikkan suhu tubuhnya sendiri. Itulah alasan sekertaris Yoon mengapa ia tidak tahu harus melakukan apa.

"Cobalah hangatkan dia.."

"Aku sudah menyelimuti –"

"Bukan itu maksudku, Kijoon-ah" potong sekertaris Yoon dengan cepat sebelum Kijoon menyelesaikan ucapannya. "Kau harus menghangatkannya. Kau harus melakukannya"

"Melakukan apa?"

"Menghangatkan tubuhnya dengan suhu tubuhmu"

Kijoon menghentikan gosokan pada kaki Jiah, kemudian menatap sekertaris Yoon "Aku melakukan apa?" tanya Kijoon meminta penjelasan.

"Skin to skin, itu cara terakhir untuk mempertahankan panas tubuhnya sebelum bantuan datang. Kau tahu, jika kita tidak segera mengembalikan suhu tubuhnya. Aku takut –"

"Baiklah, aku mengerti. Aku akan melakukan apapun untuk gadisku, sekalipun nyawa sebagai gantinya."

"Tapi ingat kendalikan dirimu" ucap sekertaris Yoon sambil menepuk bahu Kijoon sebelum dirinya pergi meninggalkan keduanya.

Kijoon mengikuti saran dari sekertaris Yoon dan menanggalkan pakaian yang dikenakannya sampai tak bersisa satu helai pun. Kemudian Kijoon menyingkap selimut tebal yang menutupi tubuh gadisnya, lalu tangannya bergerak meraih gaun putih tulang yang kini tampak lusuh.

Kijoon menarik nafas panjang, sebelum memegang pakaian gadisnya. Diturunkannya tali penyangga gaun tidur dibahu gadisnya dan menariknya hingga ujung kaki, menyisakan bra berwarna coklat susu dan celana dalam dengan warna yang serupa. 

Glek. Kijoon menelan air liurnya begitu melihat tubuh gadisnya.

Bukan kali pertama bagi Kijoon melihat tubuh indah gadisnya, namun entah mengapa kali ini hawa nafsu tengah diatas angin. Nafas Kijoon memburu dengan tak terkendali, matanya tak henti-hentinya menatap tubuh setengah telanjang gadisnya. 

Dengan susah payah dirinya menelan pahit air liurnya yang hampir menetes didagunya, belum lagi sesuatu dibawah sana yang mulai terbangun dan ingin dilepaskan dari sangkarnya.

Kijoon memejamkan matanya untuk meredakan nafsunya yang bergejolak hebat, kemudian menahan nafas saat kedua tangannya yang bergetar menanggalkan penutup terakhir ditubuh gadisnya.

Kijoon menghembuskan nafasnya keras saat membuka akses udara untuk masuk ke rongga paru-parunya yang membuatnya sedikit terengah. 

Dengan cepat Kijoon menyelimuti tubuh keduanya dengan selimut, dirinya tak membiarkan nafsu menguasai dirinya.

Untuk sesaat Kijoon diam dalam posisinya, karena jujur saja ia merasa semakin gugup. Kijoon sempat ragu untuk memulai, dan berakhir hanya berbaring menatap wajah gadisnya.

"Jiah-yahh.." desah Kijoon pelan, Kijoon mulai merasakan debaran jantungnya yang semakin cepat dan berusaha mengendalikannya "Eotteokaji –"

Kijoon kembali menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya dengan pelan. Kijoon melakukannya beberapa kali hingga kegugupannya sedikit demi sedikit berangsur hilang.

Kijoon meraih tubuh gadisnya yang terasa dingin bagaikan boneka salju, kemudian membawanya pada pelukan hangatnya. Dalam dekapannya Kijoon menggosok punggung gadisnya menggunakan telapak tangan yang mengeluarkan energi panas dari kedua kulit yang bergesekan.

"Mianhae Jiah.." Bisik Kijoon pada telinga Jiah disela aktivitasnya.

Kijoon membuat jarak diantara dirinya dengan tubuh polos Jiah, kemudian kedua matanya menelusuri setiap jengkal wajah gadisnya dari jarak yang cukup dekat. Mulai dari dahi, lalu turun ke mata cantik yang tengah terpejam, bulu mata melengkung lentik, hidung dan bibir ceri yang kini berwarna putih kebiruan. 

Kemudian tangannya tergerak mengusap pipi tirus Jiah, menatap lamat-lamat wajah yang selalu hadir menemani malamnya. Kini kedua matanya turun menuju leher gadisnya, senyum mengembang begitu melihat sebuah kalung menggantung indah dilehernya. 

Kalung yang berliontinkan topaz berbentuk hati di tengah mahkota yang sangat indah, kemudian Kijoon membalik liotin tersebut dan mendapati tulisan Lee's dengan huruf miring di tengahnya.

Tbc~

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang