Senin pagi merupakan waktu yang memuakkan untuk kebanyakan orang, namun berbeda dengan Kijoon. Pagi ini ia sangat bersemangat, terlihat dari raut wajahnya yang cerah berseri seperti taman bunga yang mendapatkan sinar matahari.
Kijoon bersiul sambil mengecek berkas-berkas yang bertumpuk dimeja kerjanya, membuka setiap lembar dan membacanya dengan seksama kemudian memberi tanda tangan pada berkas-berkas tersebut.
Ketika dirinya sedang tenggelam dalam berkas-berkasnya, tiba-tiba seseorang datang mengganggunya.
"Wah wah wah ada angin apa ini, kau bersiul sepagi ini?"
"Lihatlah, bahkan wajahmu sangat bersinar" ucapnya sambil memegang rahang Kijoon dan menggerakannya kekanan dan kekiri. Kijoon menepis tangan Lee KyuJin yang sedang memegang rahangnya.
"Lee Kyujin sudah berkali-kali kubilang untuk mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk" ucap Kijoon dengan tajam, namun Kyujin tak menanggapi dan melengos pergi kearah patung rusa yang ada dibelakang Kijoon, kemudian beralih menuju jendela besar disamping meja kerja Kijoon.
"Jadi kemana kau pergi selama tiga hari ini, tak biasanya kau pergi jika bukan urusan bisnis"
"Ahh jangan bilang kau membuka proyek baru tanpa sepengetahuanku?"
"Bukan urusanmu" Kijoon menjawab sekenanya dan kembali fokus pada berkas-berkasnya, mengabaikan Kyujin yang terus mengoceh tanpa henti.
Pikirannya memutar kembali pada kejadian pagi ini. Hatinya benar-benar bertabur bunga saat Jiah sedikit menerima perlakuan darinya.
Flashback**
Awalnya Kijoon ingin meminta pelayan untuk menyajikan menu sarapan, namun tiba-tiba terlintas ide untuk membuatkan bubur khusus untuk Jiah.
Walaupun ini akan menjadi pengalaman pertama untuk Kijion, namun ia akan bekerja keras dan melakukan apapun yang terbaik untuk Jiah. Kijoon mencari resep yang ada di internet, bubur Dakjuk sepertinya tidak buruk, cara pembuatannya pun cukup mudah.
Dakjuk merupakan menu sarapan sehat yang memiliki banyak sekali manfaat untuk tubuh seperti meningkatkan kekebalan tubuh dan membantu memulihkan stamina sehingga cocok untuk tubuh Jiah saat ini.
Ki Joon sedikit kewalahan saat memasak, bahkan beberapa pelayan berusaha membantu Kijoon. Namun dengan keras menolak bantuan tersebut, Kijoon ingin Jiah mencoba masakan pertamanya sekaligus sebagai permintaan maafnya.
Memakan waktu hampir setengah jam untuk Kijoon membuat Dakjuk special untuk Jiah. Kijoon tersenyum puas saat melihat hasil dakjuk buatannya.
Peluh yang menempel dipelipisnya adalah bukti bahwa Kijoon sangat bekerja keras untuk membuatnya. Kemudian Kijoon menata dakjuk, susu hangat dan satu buah apel utuh diatas nampan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kijoon melangkah dengan percaya diri menuju kamar Jiah, lalu membuka pintu dengan perlahan. Kijion mendapati Jiah tengah berbaring sambil memejamkan mata. Senyum merekah diwajah Kijoon begitu melihat gadisnya kembali terlelap.
Kijoon mendudukkan pantatnya disisi ranjang yang menampung tubuh Jiah. Kemudian mengusap lengan putih Jiah perlahan, agar si pemilik lengan itu tidak terkejut.
Namun saat telapak tangannya baru saja mendarat dipermukaan kulit halus Jiah, bola matanya bergerak gelisah kemudian terbelalak lebar menampakkan bola mata coklat beningnya.
Kijoon meletakkan nampan tersebut diatas nakas kecil disamping tempat tidur, kemudian membantu Jiah duduk bersandar. Jiah hanya diam menatap Kijoon yang tengah sibuk menyiapkan bantal untuk sandaran punggungnya.
Kijion yang sedang sibuk pun kemudian berhenti begitu tersadar Jiah tengah menatapnya, membuatnya timbul perasaan tidak nyaman.
Kijoon menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal, seketika perasaan canggung muncul diantara keduanya. Kijoon merasakan otaknya membeku, pikirannya berpusat pada tatapan mata teduh didepannya -tatapan bening nan polos layaknya mata anak anjing yang meminta belas kasih.
Kijoon mengerjapkan matanya, berusaha menyadarkan dirinya sendiri.
"Mmm.. makanlah" ucapkan Kijoon sambil menyelipkan sendok pada tangan kanan Jiah, membuat Jiah mengedipkan matanya beberapa kali -bingung, tentu saja.
Kijoon bersorak dalam hati Ketika melihat tatapan Jiah yang terlihat bingung sekaligus berkilau terang saat melihat makanan dihadapannya.
Kijoon mengangguk halus pada Jiah memberikan persetujuan untuk menyantap makanannya.
Binar terang dalam kilatan matanya semakin benderang Ketika sesendok Dakjuk menyapa lidahnya, Jiah makan dengan semangat.
Kijoon merasa bersalah kepada Jiah karena baru memberinya makan sekarang. Gadisnya pasti sangat kelaparan.
Kijoon terlalu tahu bahwa gadisnya adalah orang yang sangat mencintai makanan, tak ada makanan yang tidak ia sukai didunia ini, ia menyukai semua jenis makanan.
Lengkungan garis senyum tak pernah lepas dari bibir Kijoon, hanya dengan menatap bagaimana gadisnya makan dengan sangat rakus membuat hatinya begitu bahagia. Ahh inilah hidup, setelah sekian lama dirinya bisa kembali merasakan bagaimana caranya hidup.
"Eotteokhae, apakah enak?"
"Hmm.."
"Habiskanlah. Dan maafkan aku karena mendadak harus pergi sehingga tidak bisa menemanimu"
Mendengar itu membuat Jiah menghentikan aktivitas makannya, dan menatap Kijoon dengan padangan penuh tanya.
"Mmm.. ada urusan yang harus aku selesaikan. Makanlah dengan baik, aku pergi.."
Sebelum benar-benar pergi Kijoon menyempatkan mengelus rambut Jiah dan tersenyum dengan tulus.
Sebenarnya Kijoon sangat berat pergi meninggalkan gadisnya, rasanya ia ingin terus berada disamping gadisnya. Namun apa daya pekerjaan yang ditundanya beberapa waktu lalu terus berteriak memanggilnya, sehingga ia harus mengalah kali ini.
"YAAAAAKKKKKKKkkkkk.. apakah kau tidak mendengarku?"
Pikiran Kijoon yang tengah berenang di danau kebahagiaan pun ditarik paksa ke permukaan oleh suara teriakan Lee Kyujun. Kijoon yang geram pun menarik paksa Kyujin keluar dari ruangan pribadinya, kemudian mengunci pintu dengan rapat mengabaikan gedoran dan suara protes dari Lee Kyujn.
"Sangat mengganggu"
Kijoon pun kembali berkutat pada berkas dengan perasaan yang lebih lega.
"Awas Kau Uhm Kijooooooooooooonnnnn"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.