Uhm Kijoon memang seorang pangeran misterius. Semua pikirannya tak mampu dibaca. Apa sebenarnya yang ia inginkan benar-benar tidak terprediksi.
Jiah terdiam ditempat. Menikah?
Tentu saja ia ingin menikah, bahkan ia hampir saja melangsungkan pernikahan. Namun dengan pria ini? Ingin sekali ia berteriak "TIDAK!" Tapi kalian tentu tahu, itu hanya sebuah keinginan dan untuk mencapainya sangatlah tidak mudah. Dihadapannya berdiri manusia dengan sejuta mood yang selalu berubah-ubah. Senyum lembut memang terbingkai diwajahnya. Akan tetapi, Jiah yakin pasti ada maksud tersembunyi dibalik senyum itu dan tentu saja terbukti.
"Aku tahu kau tak akan mungkin menjawabnya dengan segera. Kau mudah ditebak cantik." Sekali lagi pria ini tersenyum. Tangannya kini kembali menyapu wajah Jiah dengan lembut. Mendekatkan wajahnya, dan mengendus aroma Jiah disekitar lehernya. Kijoon menutup mata dan kembali tersenyum.
"Kau begitu mengagumkan." Ia berbisik. Pelan dan bergairah. Jiah merinding. Hatinya berdetak, Kijoon pasti akan melakukan sesuatu lagi padanya.
Jarak yang dekat dan keadaan yang intim itu disudahi Kijoon dengan gerak cepat. Kembali ia berdiri dan matanya menatap nyalang pada objek dihadapannya.
"Nah, sekarang jelaskan. Apa maksud dari kejutanmu kemarin?" Oh Tuhan, Kijoon kembali merubah moodnya. Jiah meneguk liurnya dengan paksa. Ia harus berpikir cepat. 'Cari alasan Jiah-ya, cari alasan.' Itulah yang ia pikir saat ini.
"Aku merindukan Sana." Jiah mulai mendapat kan ide. Dangkal dan benar-benar tak bermutu. Pikirnya.
"Lalu?" Kijoon menaikkan sebelah alisnya tinggi.
"A-aku ingat, rumah Sana tak jauh dari bandara. Karena itu aku pergi." Hohoho, apalagi ini Lee Jiah?
"Dengan mengelabui penjaga?" Kijoon menyerang balik. Jiah kembali menunduk. 'Benarkan, alasan bodoh!' Sekali lagi ia mengutuk dirinya.
"Kau bisa meminta mereka untuk mengantarmu ke sana jika kau mau,-"
"Aku tahu kau pasti melarang mereka!" Potong Jiah. Kijoon menggertakkan giginya kesal. Dia paling tidak suka dengan orang yang berani memotong ucapannya.
"Kau tidak meminta Jiah!" Geram Kijoon.
Jiah terhenyak. Nada bicara pria dihadapannya telah berubah kembali. Oh Tuhan, dia akan kembali mengamuk.
Entah apa yang dipikirkannya. Jiah bangun, meraih tubuh Kijoon yang menjulang dihadapannya lalu memeluknya. "Kijoon-ssi, jangan marah." Ucap Jiah. Ia mengusap kepala pria dalam pelukannya dan membenamkan wajahnya pada perpotongan leher pria itu.
"Aku takut kau marah." Lagi-lagi Jiah melakukan hal yang tak pernah ia pikirkan dalam kepalanya. Kijoon mematung. Jiah memeluk dirinya? Ini mimpi! Pasti begitu.
"Jiah, aku-"
"Maafkan aku. Aku yang salah. Jangan marah." Kembali lagi Jiah memotong ucapan Kijoon. Oh Tuhan, ini benar-benar membuat Kijoon senang. Jiah datang memeluknya tanpa paksaan.
"Maafkan aku." Sekali lagi Jiah mengemis maafnya. Membuahkan keluluhan hati Kijoon dan pelukan balik menjadi jawabannya.
Tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
AcakCinta, masa lalu dan balas dendam menjadi pupuk dalam pertumbuhan cinta kasih dua anak manusia yang buta akan cinta..