Bab 10

565 45 5
                                    

Sepeninggal Kijoon, Jiah masih asyik menghabiskan sarapannya. Sebenarnya Jiah tidak terlalu peduli kemana perginya Kijoon, Jiah hanya penasaran. Ya, hanya penasaran, tidak lebih dari itu.

Kemudian saat meneguk tetesan susu hangat terakhirnya, terdengar suara ketukan dari arah pintu. Lalu Yang jibsa menampakkan dirinya dibalik pintu, kemudian berjalan mendekat sambil membawa nampan obat-obatan ditangannya.

"Agashi sudah waktunya anda mandi"

Ketika Jiah akan meletakkan gelas kosong ditangannya, dengan cepat Yang jibsa mengambil dan menyimpannya di nakas kecil disamping tempat tidur. Perlakuan Yang jibsa tentu saja membuat Jiah terkejut dan membuatnya tidak nyaman. Jiah bukanlah anak kecil ataupun tuan putri yang harus selalu dilayani, Jiah bisa melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Jiah beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi, melirik kearah belakang dan benar saja Yang jibsa lagi-lagi mengikutinya. Kemudian Jiah berbalik menghadap Yang jibsa terlihat terkejut karena Jiah berhenti secara tiba-tiba.

"Yang jibsa aku mohon jangan terus mengikutiku, aku benar-benar tidak nyaman diperlakukan seperti ini. Aku akan mandi sendiri" ucap Jiah dengan nada kesal yang begitu kentara.

"Tapi Agashi tubuh anda masih terluka"

"Aku tidak peduli"

BRUKK.. Jiah kemudian menutup pintu dengan keras. Ia masih merasa kesal, roda kehidupan seperti sedang mempermainkannya.

Seperti pertunjukkan wayang yang dikendalikan oleh seorang dalang, sekeras apapun ia menolak memainkan karakter si wayang sekeras itu pula sang dalang akan terus memainkan sesuai dengan keinginannya.

Jiah berdiri berhadapan dengan cermin besar yang didalam kamar mandi, menatap wajahnya yang sembab dan matanya yang membengkak akibat tangisannya.

Jiah tersenyum mengejek. Ejekan untuk dirinya sendiri. Entah mengapa perasaannya bercampur aduk didalam hatinya, menimbulkan perasaan aneh dalam dirinya.

Ahh entahlah, terlalu lama berpikir membuat dirinya semakin terombang-ambing dalam lautan kebingungan. Lebih baik ia mandi, mungkin saja setelah tubuhnya kembali segar pikirannya akan jernih seperti semula. Namun saat Jiah mengangkat tangannya untuk membuka baju, tiba-tiba

"Akkkhhh.."

Teriakan keras keluar dari mulut Ji ah, begitu rasa sakit tiba-tiba menyerang tubuhnya. Ia melupakan luka-luka pada tubuhnya.

Kemudian gebrakan keras begitu pintu yang tiba-tiba terbuka dan menampakkan wajah panik Yang jibsa, wajahnya semakin tegang saat menemukan Jiah tengah berjongkok dilantai.

"Agashi apa yang terjadi? Apakah masih terasa sakit?" ucap Yang jibsa sambil membantu Jiah berdiri dari posisinya, kemudian menggiring Jiah pada sisi bathtub yang telah diisi air hangat. Jiah hanya bisa mengangguk sambil merasakan perih yang berangsur hilang.

"Agashi, izinkan saya untuk membantumu kali ini" Mau tak mau dan dengan berat hati Jiah mengiyakan permintaannya dan langsung disambut senyuman lebar dari Yang jibsa.

Kepala pelayan -Yang jibsa, perlahan-lahan mulai melepas pakaian yang menempel pada tubuh Jiah satu persatu, hingga menampakkan tubuh polos Jiah begitu indah. Kulitnya yang kenyal dan lembut seperti sutra nan putih, membuat siapa saja ingin memilikinya.

Begitu pakaian yang melekat pada tubuhnya terlepas, Jiah buru-buru menutup kedua buah bunga Teratai mekar ditubuhnya.

Kemudian melangkahkan kakinya masuk kedalam air hangat sambil terus menjaga bunga Teratai merah mudanya. Wajahnya merah padam merasakan malu yang luar biasa saat harus menampakkan tubuh polosnya kepada orang lain.

 Wajahnya merah padam merasakan malu yang luar biasa saat harus menampakkan tubuh polosnya kepada orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu tubuhnya masuk kedalam hangatnya air, dirinya berdenyit saat resapan air masuk kecelah-celah lukanya. Sensasi perih yang dirasakannya membuatnya menggigit bibir bawahnya, kemudian menutup matanya perlahan saat denyutan-denyutan nyeri menyerangnya.

Disisi lain wangi aroma lavender yang menguar membuatnya perlahan rileks, otot-otot yang menegang kini melemas membuatnya ingin tidur sejenak.

Melupakan semua hal yang telah terjadi, mencoba untuk menerima dan menjalani jalan setapak yang ada dihadapannya. Walaupun dirinya tak begitu yakin dengan jalan yang sedang ia pilih. Baik ataupun buruk siapa yang tahu, kan?

TBC~

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang