Part 17

520 33 18
                                    

Kijoon terbangun dari tidurnya, saat merasakan gesekan pada pipinya. Kijoon menguap lebar sambil meregangkan punggungnya yang terasa kaku dan pegal, tanpa ia sadari kedua mata gadis yang 3 hari hanya terbaring itu kini terbuka dan menatapnya dengan tatapan yang sayu. 

Kijoon yang belum sepenuhnya sadar mengucek matanya berulang kali, hingga beberapa saat tatapannya jatuh pada gadis yang di nantinya tengah menatap setiap gerak-geriknya, membuat Kijoon melebarkan kedua matanya.

Ditengah Ketidakpercayaannya Kijoon menarik gadis itu dalam dekapannya, mengucap rasa syukur dan mengecup kening gadis itu berkali-kali. 

Sedangkan Jiah yang ada dalam dekapan Kijoon merasakan pusing yang mendera saat tubuhnya ditarik secara tiba-tiba dan seluruh tubuhnya juga masih terasa linu. Jiah bergerak gelisah berusaha melepaskan diri dari kungkungan Kijoon, hingga ia melepaskan dekapannya.

"Gwaenchana? Apakah masih terasa sakit?" Tanya Kijoon dengan tatapan khawatirnya. Jiah yang masih terlalu lemas hanya menggeleng pelan.

"Dahaengida" Ucap Kijoon dengan senyum tulus dibibirnya.

"Apa kau haus? Perlu aku ambilkan minum?"

Lagi! Kijoon kembali mengajukan pertanyaan. Jiah yang memang tenggorokannya terasa kering hanya mengangguk. Jiah terheran saat Kijoon beranjak dari duduknya, membuat pikirannya bertanya-tanya. 

Mengapa ia perlu repot-repot berjalan ke dapur hanya untuk mengambil segelas air? Bisa saja ia memanggil bibi Yang dan membawakan air untuknya. 

Dan lebih mengherankan lagi mengapa Kijoon harus tidur dengan posisi duduk di lantai sedangkan ia bisa saja tidur di kasur empuknya? Siapa dia sebenarnya? Kepalanya kembali berdenyut saat pikirannya dipenuhi oleh pria itu membuatnya mengaduh sakit.

"Wae? Apa kepalamu sakit?" Jiah berjengit kaget saat mendengar suara Kijoon. Kenapa ia bisa kembali secepat itu?

Jiah menatap mata Kijoon, lagi-lagi ia menemukan kasih sayang dan kekhawatiran dimatanya membuat Jiah kembali dilanda rasa bingung.

Kijoon yang merasa ditatap dalam sesegera mungkin membantu tubuh Jiah bersandar pada punggung kasur dan memberikan segelas air tanpa melepaskan tangannya. 

Jiah yang sudah benar-benar haus meneguk air dengan cepat, seperti seekor ikan yang terlalu lama tergelepar di daratan.

"Pelan-pelan saja"

Jiah memberikan gelas kosong itu pada Kijoon untuk diletakkan di atas meja disampingnya.

"Apa kau merasa lapar?" Jiah menggeleng karena ia tidak merasa lapar. Senyum kembali merekah di wajah Kijoon.

Kijoon mengangkat tangannya menuju wajah Jiah membuat Jiah menutup matanya takut, karena ia masih mengingat jelas tangan-tangan itu memukuli tubuhnya. 

Namun yang terjadi adalah Jiah merasakan sentuhan lembut pada puncak kepalanya. Jiah benar-benar terkejut, namun tak menolak perlakuan Kijoon.

Mata Jiah menatap sekeliling ruangan yang ditempatinya, kini ia berada diruangan yang berbeda dari ruangan biasanya ia tempati. Kamar bercat berwarna abu-abu gelap itu memiliki kesan yang misterius namun hangat dengan wangi yang menenangkan.

"Wae? Apakah ada yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Kijoon, namun seperti mengerti isi pikiran Jiah, Kijoon mulai menjelaskan keberadaan mereka saat ini.

"Ini adalah kamar pribadiku" Ujarnya ringan, membuat Jiah ber-oh ria. Mata Jiah masih asyik menelisik setiap sudut ruangan itu.

"Apa kau menyukainya? Jika iya, aku bisa menukar kamar kita" Ucapan Kijoon sukses membuat mata Jiah yang sayu melotot sempurna. Kijoon terkekeh melihat reaksi Jiah yang menurutnya lucu.

"Aku hanya bercanda. Tapi jika kau benar-benar lebih suka ruangan ini, kau bisa terus menempatinya"

Ada apa dengan orang ini? Sifatnya benar-benar aneh, kadang bersikap lembut dan tak jarang bersikap seperti seekor monster yang kehilangan arah. 

Jiah benar-benar penasaran dengan pria ini. Jiah berjanji akan mencari tahu siapa dia sebenarnya dan mencari tahu tujuan dia membawanya ke tempat ini.

Baiklah. Mulai saat ini Jiah akan bertindak seperti detektif Conan.

"Tidurlah lagi, ini masih jam 4 pagi. Tak baik kau berpikir keras sedini ini" Titahnya saat melihat Jiah melamun dengan wajah seperti sedang berpikir keras. Lagi-lagi Kijoon mengacak rambut Jiah gemas membuat Jiah mendelik sebal.

Kijoon mendudukkan tubuhnya ke posisi awal –duduk melantai, memposisikan tangan yang menumpu dagunya di atas kasur. Senyumnya terus saja bertengger manis di wajahnya dengan terus menatap Jiah dalam.

Jiah sedikit tidak tega saat melihat posisi Kijoon yang terduduk di lantai, sedangkan udara sedang dingin-dinginnya. Jiah merasa bersalah telah menguasai tempat tidurnya. Tubuh Kijoon juga pasti sangat pegal jika berjam-jam dengan posisi seperti itu.

Baiklah. Apa boleh buat!

"Mmm.. Kijoon-sii" ucap Jiah ragu.

"Mmm.." gumam Kijoon.

"Naiklah. Tubuhmu pasti tidak nyaman" ucap Jiah sambil menempuk tempat tidur kosong disebelahnya.

"Tidak apa-apa, kau pasti merasa lebih tidak nyaman jika aku tidur disampingmu" tolak Kijoon dengan halus.

"Tidak apa-apa, lagipula ini kasurmu"

"Baiklah, jika itu maumu" jawab Kijoon sambil naik ke sisi kasur yang kosong.

Glek!

Jiah menelan air liurnya kasar. Saat Kijoon merebahkan dirinya di samping tubuhnya, entah mengapa Jiah merasakan dadanya berdebar kencang. Hei jangan berpikir macam-macam, ia hanya menunjukkan bahwa ia manusia yang masih punya hati. Namun semakin lama Jiah merutuki perkataannya barusan, ia benar-benar tidak nyaman sekarang. Ugh bisakah ia menarik semua ucapannya?

"Tidur lah" Titah Kijoon sambil menaikkan selimut Jiah sebatas bahu.

Kemudian Kijoon menepuk-nepuk bahu sebelah kanan Jiah sambil menyenandungkan sebuah lagu yang sangat indah. Jiah pikir lagu itu sangat indah, walau Kijoon hanya bersenandung tapi entah mengapa ada makna yang begitu indah yang terselip di lagunya.

Entahlah.

Jiah menutup matanya, ia mengantuk sekarang. Tapi ia masih bisa mendengar suara Kijoon yang terus bersenandung. Entah mengapa ada perasaan rindu yang membuncah didadanya, bahkan saking rindunya tanpa sadar air matanya menggenang dan berusaha menerobos kelopak matanya yang tertutup rapat. 

Apa ini?
Perasaan siapa ini?

TBC~

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang