Ji ah tak menjawab. Tiba-tiba ia berdiri dan segera berlari meninggalkan perpustakaan. Berlari menuju sebuah ruangan yang bertitel ruangan Ki Joon. Ia tidak tahu itu dimana, dan yang pasti ia harus menemukannya segera.
Cukup lama ia berlari mengelilingi rumah itu, hingga ia sampai pada ruangan yang berada di ujung koridor lantai 1. Ia membuka pintu ruangan tersebut dan menemukan yang ia cari disana. Ki Joon tengah berdiri dengan satu tangan memegang ponsel dan tangan lainnya memeriksa dokumen.
Ki Joon terkejut saat melihat Ji ah berdiri di depan pintu dengan wajah berantakan dan napas terengah-engah. Yang seketika membuahkan kepanikan tersendiri darinya.
"Mr. John, I'll call you later." Putus Ki Joon pada sambungan telfon. Ia berjalan cepat menuju Ji ah dan menatapnya dengan penuh tanya.
Ji ah memeluknya dengan tiba-tiba dan menangis tersedu di bahunya. Ini membuat tanda tanya besar untuk Ki Joon. Apa yang terjadi dengan Ji ah?
"Apa yang terjadi?" Tanya Ki Joon. Ji ah hanya menggeleng.
"Apa seseorang menyakitimu?" Tanya Ki Joon dan sekali lagi Ji ah menggeleng.
"Lalu kenapa? Kenapa kau menangis?" Tanya Ki Joon lagi dan Ji ah tetap menggeleng.
Ki Joon melepas paksa pelukan itu dan menatap mata coklat milik wanita yang kini tengah penuh dengan air mata. Ia menghapus bekas air mata dipipi Ji ah dan mengecup kedua bola mata wanita itu. Membuat air mata yang sebelumnya membendung, kini kembali meluncur dan kembali Ki Joon menghapus jejaknya.
"Kenapa kau tak bilang?" Tanya Ji ah dan tentu saja membuahkan kebingungan bagi Ki Joon.
"Bilang apa?" Tanyanya.
"Kenapa kau tak pernah menceritakan tentang dirimu dan semua penyebab sikapmu?!" Ucap Ji ah dan mulai diiringi emosi. Ki Joon tersentak. Ia mengeram dan membuang tatapannya dari Ji ah.
"Kau tahu dari siapa? Sekertaris Yoon?" Tanya Ki Joon dingin.
Ji ah mendecih. "Kau tak harus memaksaku untuk tinggal disini jika aku mirip dengan teman kecilmu, dan menebus rasa bersalahmu pada Noonamu!" Emosi Ji ah. Ki Joon kembali menatapnya tajam.
PLAK!
Satu tamparan sukses ia daratkan dipipi Ji ah.
"Jangan pernah kau menyebut-nyebut gadis dan Noonaku jika kau tak tahu apapun tentangnya!" Ucap Ki Joon. Ji ah terperangah, Ki Joon yang kasar kembali dihadapannya.
"Apa yang tidak aku ketahui? Wajah kami mirip dan aku tahu itu!" Pekik Ji ah.
Ki Joon naik pitam. Ia menarik tubuh Ji ah memasuki sebuah pintu yang berada di dalam ruangan tersebut dan menguncinya.
Ji ah terkejut. Disana tersedia sebuah ranjang dan beberapa koleksi tongkat golf milik Ki Joon. Ia melihat Ki Joon mendekat pada salah satu tongkat tersebut dan melayangkan sebuah pukulan pada tubuhnya menggunakan benda itu.
"AAARRGGHHH!" Ji ah memekik kesakitan. Ia merasakan ngilu yang seakan ingin menembus kulitnya.
"Apa yang kau lakukan?!" Sekali lagi Ji ah memekik. Ia melihat pria itu tersenyum.
"Memberi pelajaran pada seseorang yang seharusya tak perlu ikut campur terlalu jauh." Jawab Ki Joon.
Ji ah menggeleng lemah. Ia yakin Ki Joon saat ini bukanlah dirinya. Ia hanya dipengaruhi oleh ketakutan masa lalu, dan itu semua disebabkan oleh satu hal.
Ji ah menyebut mereka.
"Apa yang kau ketahui lagi tentangnya?" Tanya Ki Joon. Ji ah terdiam. Ia tidak mungkin melawan saat Ki Joon dalam keadaan berang seperti ini.
Dengan menahan rasa sakit yang bersarang ditubuhnya. Ji ah bangkit dan kemudian tersenyum.
"Pukul aku Ki Joon-ssi. Pukul aku sampai kau berhasil mengirimku bertemu dengan mereka." Ucap Ji ah.
Seketika wajah Pria dihadapannya itu memucat. Ia melempar tongkat golf jauh dan jatuh bersimpuh dilantai. Ji ah memandangnya penuh pilu. Uhm Ki Joon mendadak menjadi pria yang lemah.
"Jangan Ji ah-ya. Jangan tinggalkan aku. Kumohon." Lirihnya.
Kata-kata itu kembali terdengar. Ki Joon tak mau Ji ah pergi dan Ki Joon memohon padanya.
"Aku bukan gadismu Ki Joon-ssi. Kami berbeda." Ucap Ji ah yang selangkah mundur dari jarak sebelumnya.
"JANGAN PERGI!" Ki Joon berteriak histeris. Ia merasa ketakutan luar biasa saat melihat kaki panjang Ji ah melangkah mundur perlahan.
"Kau menyakitiku, dan aku tak suka itu! Kau melanggar janjimu!" Jerit Ji ah tak kalah tinggi.
"Yang jibsa sudah kuselamatkan dan Sana masih hidup. Aku sudah melindungi dua orang yang kau sayangi,-"
"Tapi kau tak melindungiku! Kau mengancamku! Dan aku takut berada di dekatmu! Kau monster! Kau monster!" Teriak Ji ah dan semakin membuat jarak dengan Ki Joon.
Ki Joon seolah tertampar.
Melanggar janji?
Tak melidungi?
Mengancam?
Monster?
"Tidak Ji ah-ya. Aku melindungimu dari semua yang ingin menyakitimu,-"
"Tapi kau lah yang menyakitiku!" Hardik Ji ah.
Mereka kembali memanas. Ki Joon yang ketakutan dan Ji ah yang memimpin.
"Kami berbeda Ki Joon-ssi." Sekali lagi Ji ah mempertegas ucapannya. "Aku bisa mengurus diriku sendiri dengan atau tanpa dirimu Ki Joon-ssi. Aku,-"
"Tidak! Kau tak bisa Ji ah-ya! Begitu banyak yang ingin menyakitimu diluar sana. Kau tidak akan aman Ji ah-ya, kau tak aman." Potong Ki Joon. Pria itu kini berdiri dan mendekat pada Ji ah. Namun ia kembali dikejutkan dengan reaksi Ji ah saat wanita itu mundur dan menjauh.
"Jangan pergi Ji ah-ya. Jangan melangkah jauh." Mohon Ki Joon. Ia kembali berjalan dan Ji ah kembali melangkah mundur. Membuat dirinya frustasi dan kini mengacak rambutnya dengan satu tangan.
"Apa yang harus kulakukan agar kau mendekat padaku?!" Sebuah pertanyaan bernada frustasi Ki Joon lontarkan.
Tbc~
Lupa, sekarang hari senin ya😅
Selamat hari senin😙🌈

KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
AcakCinta, masa lalu dan balas dendam menjadi pupuk dalam pertumbuhan cinta kasih dua anak manusia yang buta akan cinta..