Sekertaris Yoon berjalan dengan tergesa-gesa memasuki kediaman megah itu. Di tangan kanannya terdapat sebuah map berwarna coklat, sedangkan ditangan kirinya ia menggenggam ponselnya dengan kuat. Pria itu berjalan cepat dan setengah berlari menuju ruangan pemilik rumah tersebut.
TOK TOK
Ia mengetuk pintu seperti biasanya. Setelah mendengar himbauan untuk masuk, pria itu melangkah dengan cepat.
"Jeosonghamnida Tuan,-"
"Bereskan." Sekertaris Yoon terdiam kaku. Belum sempat ia menyampaikan berita yang membuatnya kebakaran jenggot pagi ini, Tuannya langsung memberi perintah.
"Mereka sepertinya memasang kamera pengintai disekitar rumah ini. Aku sudah mengawasi dari rekaman CCTV dan kau!" Ia mengacungkan jarinya pada Sekertaris Yoon dengan geram. "Kau dan para bawahanmu terlalu lalai beberapa hari ini." Ucapnya. Sekertaris Yoon terdiam menunduk. Harusnya ia sadar itu sebelum Tuan besar ini marah.
"Aku harap kau mengerti dengan maksudku sekretaris Yoon" Sekertaris Yoon mengangguk dan segera meninggalkan ruangan.
Jiah mengernyit kala menatap Sekertaris Yoon yang bertindak aneh di lorong rumah. Ia menatap arah balik dari langkah Sekertaris Yoon dan pria itu berasal dari ruangan Kijoon. Mengikuti rasa penasarannya, Jiah menuju ruangan itu.
Wanita ini mengambil langkah pelan. Sedikit merasa ragu ketika ia merasakan hawa tak mengenakkan saat ia memasuki ruangan itu. Ia mengetuk dengan perlahan dan masuk ketika suara itu mengizinkannya masuk.
Yang pertama kali ditangkap oleh mata wanita ini adalah, berantakan! Ruangan ini benar-benar berantakan. Entah apa yang dilakukan oleh Pria ini semalaman di ruangan ini dan dengan semua yang berada di tempat ini.
"Kau baik-baik saja?" Itulah pertanyaan pertama yang terlontar dari bibir Jiah. Melihat kekacauan pada ruangan ini dan tentu saja berpusat pada pria di hadapannya, tidak mungkin lagi jika pria ini mengalami masalah.
Kijoon menatapnya dan memberi senyum kecil diwajah lelahnya. "Tidak ada, aku hanya tidak bisa tidur semalaman." Ia balik menjawab pertanyaan Jiah dengan tenang. Sekali lagi Jiah mengedarkan pandangannya di sekeliling ruangan.
Hanya tidak bisa tidur dan ruangan menjadi berantakan?
"Apa yang membawamu kemari?" Kijoon mulai mengalihkan perhatiannya dan sekejap itu pula Jiah memerah karena malu. Ia pun tak yakin dengan tujuannya kali ini.
"Kemarilah." Kijoon mengayunkan tangannya, mengajaknya mendekat. Membuat Jiah mematuhi ajakannya. Pria itu memposisikan wanita ini berada di atas pangkuannya. Memeluknya dan membenamkan wajahnya pada rambut-rambut yang jatuh disekitar bahu wanita itu.
"Aku tak tahu, aku hanya tidak bisa tidur dan begitu lelah." Kijoon seolah mengadukan apa yang ia rasakan. Kelelahan. Ya, pria ini seolah mencapai titik jenuhnya.
"Kenapa? Kau bisa bercerita padaku." Jiah seolah tak ingin ketinggalan berita. Wanita ini membujuk.
Kijoon mengangkat sebelah alisnya dan kembali menenggelamkan wajahnya pada bahu Jiah. ia menggeleng dan menghirup nafas disana. "Tidak ada, hanya masalah bisnis yang baru saja kupecahkan." Kijoon menjawab.
"Dan apakah masalah itu begitu sukarnya hingga Sekertaris Yoon dan ruangan ini menjadi imbasnya?" Jiah seakan tak mau menyerah dan itu membuat pria yang memangkunya menggertakan geraham dengan kesal.
"Harusnya kau tak kubiarkan masuk,-"
"Aku hanya ingin tahu. Kau tidak berada di kamar semalaman dan aku baru melihatmu pagi ini. dan ajaibnya Uhm Kijoon yang kukenal rapi dan gagah mendadak aneh dan berantakan." Jiah mulai mengeluarkan jurus ampuhnya. Bersikap manja dan menjunjung Kijoon setinggi mungkin.
"Ceritakan padaku, mana tahu aku bisa membantu." Sekali lagi Jiah mencoba untuk membujuknya. Ia merasakan ketegangan pada tubuh pria yang memangkunya saat ini. Oh, ini pasti masalah yang berat.
"Mereka, mereka mulai mencium keberadaanmu" Kijoon mulai bercerita dan tentu saja menarik minat wanita ini.
"Mereka?" Ia bertanya dengan penuh keheranan. Ia tak pernah berhubungan banyak orang apalagi dengan 'Mereka' yang Kijoon katakan.
"Semalam mereka meluncurkan artikel di internet dan ia mulai mengendus keberadaanmu. Aku tidak tahu apa motif mereka. Dan yang pasti mereka mengincarmu." Kijoon menjelaskan lagi.
"Aku?" Jiah terkejut. Ia bahkan menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuknya. "Aku tidak mengerti siapa 'mereka' yang kau maksud" Tambahnya.
"Ya, mereka mengincarmu. Ada banyak hal yang ingin aku jelaskan padamu, tapi tidak untuk saat ini" Kijoon meraih wajah Jiah dan mencium dahinya lembut.
"Apa kau mengerti?" Kijoon meminta Jiah untuk tak banyak bertanya saat ini.
"Begitu banyak yang ingin melukaimu sayang. Kau tak aman berada di luar." Dan entah untuk keberapa kalinya, Jiah mendengar kalimat itu. Kau tak aman berada di luar.
Ia merasakan jantungnya berpacu keras. Semua ini, semua hal yang di dengarnya kali ini, menjadi bukti bahwa pria ini sama sekali tidak pernah bermaksud jahat padanya.
"Aku tak ingin kau kesepian di luar sana. Aku ingin kau aman. Aku bisa melindungimu Jiah-ya. Karena aku mampu." Ia mulai berbicara lagi.
"Apa yang berhasil mereka dapatkan?"
"Well, beberapa kamera pengintai milik mereka telah berhasil diselundupkan kerumah ini. Sekertaris Yoon akan mendapat ganjaran akan kelalaiannya." Ucap Kijoon. Ia sedikit melonggarkan pelukannya dan meluruskan punggungnya pada sandaran kursi.
"Lalu mereka? Bagaimana dengan mereka?" Dan entah kenapa Jiah penasaran dengan nasib 'mereka' yang daritadi Kijoon sebut-sebut. Ia merasakan ketegangan sekali lagi pada tubuh Kijoon.
"Aku rasa kita tidak perlu membahasnya." Balas Kijoon, seketika itu pula Jiah tahu jawabannya.
"Kuharap kau tidak melakukan hal bodoh. Aku tak ingin kau dipenjara karena membunuh nyawa seseorang." Ucap Jiah prihatin dan Kijoon mengangguk.
"Akan kuingat itu." Ucapnya.
Tbc~
Kemungkinan update selanjutnya akan lama yaa..
Selamat hari senin🌈
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
LosoweCinta, masa lalu dan balas dendam menjadi pupuk dalam pertumbuhan cinta kasih dua anak manusia yang buta akan cinta..