Bab 5

657 40 10
                                    

Kijoon masih tertawa dan terbahak dengan tangan yang masih sibuk memukul Jiah yang sudah terkulai lemah dilantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kijoon masih tertawa dan terbahak dengan tangan yang masih sibuk memukul Jiah yang sudah terkulai lemah dilantai. Aktivitas Kijoon terhenti saat tubuh Jiah sudah tak lagi bergerak, Kijoon sedikit terkejut. Kepalanya mendadak pening, pandangannya terhalangi kabut saat melihat darah yang keluar dari sisi kepala Jiah. Seketika lututnya mendarat dilantai, tubuhnya ambruk disamping tubuh Jiah.

Bayangan mengerikan itu kembali datang. Bayangan yang mengambil seluruh cahaya dihidupnya, mengambil semua kebahagiannya tanpa bersisa. Bayangan yang menjadi titik balik seorang Um Kijoon. Bayangan yang terus datang untuk merenggut harapan dihidupnya.

Kijoon tercekat, nafasnya memburu cepat, keringat mulai bercucuran dipelipisnya.

"Andwae.."

"Andwae.. Hajima.."

"Andwaeee.."

Kijoon meringkuk seperti seorang pesakitan, matanya lekat terpejam, tangannya berusaha menutup kedua telinganya. Ia menangis ketakutan, kilas balik masa lalunya terus bermunculan tanpa henti.

Kijoon masih berteriak histeris. Lalu terdengar suara keributan dibelakang tubuh Kijoon, kemudian dirinya terkejut saat benda kecil menusuk lehernya. Seketika tubuhnya terasa lebih ringan dan pandangannya mengabur, kemudian menggelap.

Sekertaris Yoon menyalangkan matanya begitu melihat pemandangan didepannya. Tuannya kembali pada situasi ini, ia kehilangan kendalinya.

Sekertaris Yoon terkejut saat melihat tubuh lain disamping Kijoon, dan memandang keduanya dengan sedih. Segera Sekertaris Yoon meminta bantuan penjaga untuk memindahkan tubuh keduanya, dan memanggil dokter pribadi Kijoon.

***

Seorang perempuan dengan peralatan medis berlarian di villa besar milik Kijoon, wajahnya tampak resah, sorot matanya menampakkan kekhwatiran.

Sekertaris Yoon menyambutnya di depan pintu, wajah itu menampakkan kesedihan setelah mendengar penjelasan yang keluar dari mulut Sekertaris Yoon.

Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Kijoon, perilakunya semakin aneh begitu menyangkut perempuan yang selalu dia sebut sebagai gadisnya, ia bahkan menculik perempuan itu dihari pernikahannya.

Gila, benar-benar gila.

Tidak ada satu katapun yang pantas untuk Kijoon selain gila. Memikirkannya saja membuat kepalanya pening.

Begitu selesai memastikan Kijoon tidur dan kondisinya sudah kembali stabil -dengan bantuan obat penenang, yeoja itu -Park Nara berjalan cepat meninggalkan Kijoon, kemudian memasuki ruangan lain di villa ini. Park Nara menemukan Jiah dalam kondisi berbaring diatas tempat tidurnya, ditemani Sekertaris Yoon yang sibuk menghubungi seseorang melalui telepon sambil memandang keluar jendela.

Setelah mengakhiri panggilang Sekertaris Yoon berbalik dan mengangguk kepada Nara yang tengah mendekati Jiah. Nara terkejut begitu melihat keadaan J ah dengan mata kepalanya sendiri.

"Sekertaris Yoon kondisinya seperti tidak baik, sebaiknya kita bawa saja kerumah sakit"

"Sepertinya itu bukan ide yang baik, Tuan pasti akan sangat marah jika membawa agashi ke rumah sakit. Saya sudah meminta Ha baksa untuk datang kemari"

Nara mengangguk mengerti, mengerti kekeraskepalaan Kijoon. Sekertaris Yoon kemudian pergi, Nara mencoba mengganti pakaian Jiah yang sudah tidak layak disebut pakaian.

Ia begitu takjub ketika membuka lemari yang penuh dengan pakaian yang sengaja Kijoon persiapkan untuk Jiah. Kemudian merawat beberapa luka yang bisa ia obati, selagi menunggu Dokter Ha. Beberapa saat Nara hanya bisa memandang Jiah.

"Jiah-ssi maafkanlah dia, kau akan mengerti nanti"

(Skip bagian perawatan Jiah)

***

Waktu terus bergulir, waktu menunjukkan pukul 7 malam, tubuh Kijoon menggeliat diatas kasur. Kijoon melamun selagi mengumpulkan seluruh kesadarannya.

Kijoon terkejut begitu melihat jam di dinding yang menunjukkan bahwa hari sudah berakhir, ia melewatkan banyak hal hari ini. Beberapa saat pintu kamarnya terbuka lebar menampakkan sosok Nara yang tersenyum sambil membawa nampan berisi makanan.

"Neo Wasseo"

"Eum. Neo gwaencahana?"

"Eoh"

"Mokgo. Aku yakin kau lapar sekarang"

Kijoon menyantap makanan yang dipersiapkan oleh Nara tanpa beban. Nara memandang Kijoon lama, sehingga membuat Kijoon merasa tidak nyaman.

"Wae? Kenapa menatapku seperti itu?"

"Apa kau tak mengingat kejadian hari ini?

"Eo?"

Kijion terheran, dahinya berkerut, pikirannya berputar mengingat kembali kejadian yang sudah Kijoon lalui hari ini. Tiba-tiba Kijoon terperanjat, kemudian pergi tergesa dari kamarnya, meninggalkan Nara yang masih terduduk diranjang.

Ki Joon berhenti didepan pintu ruangan Jiah, Kijoon menghela nafas berat sebelum mendorong pintu didepannya. Kemudian Kijoon membuka pintu itu dengan perlahan -sangat perlahan, Kijoon tidak mau membuat orang yang berada didalam ruangan tersebut terbangun.

Begitu pintu terbuka lebar, Kijoon mematung tak bergerak menyaksikan gadisnya yang tengah tertidur dengan posisi tengkurap. Tubuhnya menegang, Kijoon merutuki dirinya sendiri. Ia mengkhawatirkan gadisnya.

"Apa yang sudah kulakukan?"

TBC~

*Andwae = tidak
*Hajima = jangan
*Neo Wasseo = kamu datang
*Neo gwaencahana = apa kau baik-baik saja
*Mokgo = makanlah

*Andwae = tidak*Hajima = jangan*Neo Wasseo = kamu datang*Neo gwaencahana = apa kau baik-baik saja*Mokgo = makanlah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang