09-Intruders

502 84 8
                                    

Maaf ya gak bisa sering-sering update lagi. Soalnya aku lagi gak enak badan, kepala ku sering sakit selama beberapa hari ini. Kyaknya aku darah rendah deh, jdi mohon di maklumi ya🙏.

Jangan lupa vote dan komen ya serta follow aku juga.

Kalau ada yang mau temenan dm aja lewat ig hehe🤗

Happy reading!

Setelah Adrian pergi Sela lalu berteleportasi ke ruang kontrol setelah memastikan kalau tidak ada orang yang melihatnya.

Di ruang kontrol Sela memakai komputer terbesar di sana. Dia membuka peta dunia lalu memeriksa satu persatu negara dengan penglihatannya.

"Hmm...ternyata ada banyak titik portal yang dapat digunakan" gumam Sela pelan. Dia lalu menandai titik-titik portal yang dia temukan dengan tanda merah.

'Kalau terus bertambah ini akan menjadi masalah besar. Kalau sampai portal kaum kegelapan terus bertambah maka bumi sudah tidak aman lagi. Apa yang harus aku lakukan untuk mencegah pembuatan portal mereka?'

Setelah Sela berhasil memilah portal milik kaum kegelapan dan cahaya, dia merubah tandanya agar dapat dengan mudah di bedakan.

Dia lalu mulai mengecek satu persatu informasi tentang negara yang memiliki portal kegelapan yang paling banyak dan itu ada di negara R.

'Sudah banyak kaum Magic di negara itu, kalau ini terus berlanjut maka keberadaan dunia Magic bisa saja dapat di ketahui semua orang yang akan mempersulit ku nanti'

Sela lalu melakukan pemeriksaan tentang kaum cahaya yang mungkin bisa dia ajak kerja sama untuk membantu menghancurkan portal kaum kegelapan.

Setelah dia selesai mendapatkan informasi tentang negara R dia kembali beralih ke negara lain dan melakukan hal yang sama.

Tok! Tok! Tok!

Saat Sela sedang fokus melakukan pencarian nya, tiba-tiba saja pintu utama ruang kontrol di ketuk.

Dia segera mengembalikan fungsi komputer utamanya dan menghilangkan layar hologram beberapa negara.

Ceklek!

Krieeettt...

Seorang perempuan masuk ke dalam ruang kontrol itu. Dia terkejut saat melihat Sela. "Siapa kamu?! Kenapa kamu bisa ada di sini?!"

Sela berusaha mengontrol ekspresi wajahnya karna dia hampir saja ketahuan tadi. Tapi dia langsung mendapat keanehan pada perempuan yang baru masuk tadi.

Perempuan itu bukan anggota Alligator. "Bukankah seharusnya aku yang menanyakan itu" Sela lalu mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya pada perempuan itu.

"Kamu bukan Alligator. Katakan dari kelompok mana kamu?!" Tegas Sela sambil berjalan perlahan ke arah perempuan itu.

Sedangkan perempuan tadi langsung siaga saat Sela menodongkan pistolnya. Dia ikut mengeluarkan pistol nya meski terlihat ragu-ragu.

"Katakan sekarang! Aku bukan orang yang berbelaskasihan!" Ucap Sela. Dia lalu menekan pelatuk pistolnya.

DOR!

BANG!

Peluru pistol milik Sela langsung melesat tepat di samping telinga perempuan tadi.

"Aku sedang menunggu jawaban dan itu adalah peringatan terakhir ku"

Perempuan itu mengeratkan pegangannya pada pistol yang ada di tangannya. Lalu dia ternyata menekan pelatuk pistolnya itu.

DOR!

BANG!

Bukannya mengenai Sela tapi malah mengenai komputer utama ruang kontrol sedangkan Sela menghilang.

"Di mana dia?!" Perempuan itu dengan cepat memperhatikan sekelilingnya.

Wusss...

Sebuah belati melesat tepat di samping kepala perempuan itu membuat rambutnya yang ada di samping terpotong dan membuat telinga nya terluka.

Sela ternyata sudah berada tepat di belakang perempuan itu. Dan dia yang melemparkan belati tadi. "Aku masih berbelas kasihan pada mu. Lebih baik cepat berbicara atau nyawamu akan hilang" ucap Sela sambil memainkan ujung belatinya yang memiliki noda darah. Entah sejak kapan belati itu sudah ada di tangannya padahal tadi belati itu baru saja di lempar.

Perempuan itu lalu menyentuh telinganya kanannya yang berdarah dengan gemetar, dia lalu kembali menembakan peluru ke arah Sela.

DOR!

DOR!

Tapi Sela dengan cepat juga menembakan peluru nya sehingga membelah peluru milik perempuan tadi dan mengenai pistolnya sehingga membuat pistol itu meledak.

Duar!

Pistol itu meledak di tangan perempuan tadi, membuatnya berdarah.

"Hahh...dasar bodoh. Kamu pikir aku gak tau apa tujuan mu?" Tanya Sela sambil berjalan mendekati perempuan tadi.

Perempuan itu perlahan lahan mudur mengikuti langkah kali Sela. Dia terlihat sangat ketakutan.

"Ingin mengaktifkan sistem peledak persembunyian ini...heh!" Sela memutar bola matanya malas. Dia lalu menurunkan pistolnya dan memasukan belatinya ke dalam tasnya. "Hei...kamu ingin bunuh diri? Ingat kamu masih memiliki seorang putri. Jangan sampai kamu membuatnya menjadi anak yatim piatu. Dia sudah kehilangan ayahnya, kalau kamu ikut mati siapa yang akan merawatnya? Meski ada orang baik tapi kamu harus tau saat dia besar nanti dia akan sangat sedih dan kecewa. Ingat itu"

Perkataan Sela itu membuat perempuan tadi tercengang dan terdiam. 'Bagaimana dia bisa tau?!'

Sela tersenyum miring saat mendengar isi pikiran perempuan itu. "Alligator tidak senaif yang lain. Kalau kamu mau menyerah maka mereka mungkin akan membebaskan mu dan kamu bisa merawat anak mu dengan tenang. Asal kamu tetap menjaga rahasianya sampai mati"

Sela berhenti melangkah. "Menyerahlah" ucap Sela sambil melepas pistol di genggamannya.

Bang!

Saat Sela menjatuhkan pistolnya perempuan itu mengambil sebuah bom tangan yang kecil lalu melemparnya pada Sela. Dia pikir dia bisa membunuh Sela. Tapi saat dia melempar bom nya Sela sudah ada di depannya.

Sela meraih kabel komputer lalu memotongnya. Dia menyetrum perempuan tadi sampai pingsan. Setelah itu Sela membuat pelindung api untuk menghentikan ledakan dari bom tadi.

BRAK!

Tiba-tiba pintu di dobrak. Adrian datang dengan yang lain. Mereka terlihat panik.

"Apa yang terjadi?!" Tanya Adrian.

"Ada yang mau balas dendam" jawab Sela. "Nih...urus. Setelah dia bangun paksa dia agar tutup mulut baru pulang kan dia. Aku tidak menyarankan untuk membunuhnya" Sela lalu berjalan pergi meninggalkan Adrian dan yang lain.

"Apa-apaan dia?! Kenapa dia pergi seenaknya gitu aja!" Ucap Ria marah.

"Sudah diam! Cepat bawa dia ke ruangan interogasi. Paksa dia untuk tutup mulut lalu kembalikan dia sesuai perkataan Sela tadi" ucap Adrian.

"Hei! Lo gila ya?! Masa kita bebasin dia gitu aja!" Ucap Ria marah, tidak terima.

"Ria! Aku adalah pemimpin di sini! Jadi turuti semua perkataan ku! Aku akan berbicara dengan Sela" tegas Adrian. Dia lalu pergi untuk menyusul Sela.

"Kenapa dia bisa seenaknya gitu! Apa lagi perempuan itu tuh!" Ria terlihat masih marah dan tidak suka dengan Sela.

"Sudah, lebih baik kamu bantu kami mengangkatnya" ucap Riki.

OutsidersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang