12-Pertemuan yang di tunggu-tunggu

392 79 2
                                    

Sama seperti mamanya, setelah Sela memberitahu ayahnya hari itu juga, dia hampir saja mendapat jitakan ke 2, tapi beruntung dia sempat menghindar.

Di hari itu juga Sela harus meminta izin selama 2 hari pada Theo sesuai permintaan ayahnya.

Alhasil hari ini Sela hanya bersantai di rumah tanpa melakukan apa-apa, sebagai hukuman karna dia pergi tanpa bilang-bilang.

"Ini tidak bisa di biarkan" Sela bangkit dari kasurnya lalu turun kebawah.

Sela segera pergi ke luar rumah untuk mencari mamanya, karna biasanya di pagi hari mamanya akan menyiram tanaman di depan rumah.

"Ma..." Panggil Sela sambil membuka pintu. "Loh? Kok gak ada? Mama pergi ke mana ya" Sela menjadi bingung karna mamanya tidak ada di depan rumah.

"Hmm...hahh..." Sela menarik nafas dan menghembuskan nya, dia lalu  menutup matanya dan mengeluarkan energi tubuhnya untuk mencari keberadaan mamanya.

Energi tubuh Sela itu seperti sensor yang bisa menangkap apapun. Dia jadi bisa melihat semua pekerja dan pelayan yang bekerja di rumahnya sedang melakukan apa sampai dia menemukan keberadaan mamanya yang ternyata berada di depan gerbang rumah.

Sela pun membuka matanya lalu kembali masuk kedalam. Dia pergi ke bawah tangga untuk mengambil sekuter miliknya yang biasa dia pakai untuk berjalan-jalan di dalam rumah.

Sela segera menaiki sekuter itu dan pergi ke luar untuk menemui mamanya.

Setelah 25 menit, Sela pun sampai di gerbang utama rumah nya. Di sana dia melihat mamanya sedang memperhatikan tembok.

"Ma..." Panggil Sela, dia lalu menaruh sekuternya di samping jalan baru setelah itu menghampiri mamanya. "Apa yang mama lakukan di sini?"

"Sela? Ohhh...ini, mama lagi memikirkan disain baru untuk tembok kita ini"

"Oohh..." Sela pun mengangguk-anggukan kepalanya. "Memangnya mama mau menggantinya seperti apa? Lagi pula temboknya masih bagus kok, kenapa harus diganti?"

"Tapi...motif temboknya terlalu biasanya"

"Mama, memangnya mau yang seperti apa? Lagian tembok untuk gerbang rumah memang sering seperti ini. Gak ada yang perhatiin juga"

"Tapi mama tetap mau ganti. Kamu ada saran motifnya seperti apa?"

"Hahh? Mama nanya Sela?" Sela menunjuk dirinya sendiri dengan heran.

"Hmm...iya. Biasanya selera anak-anak itu bagus"

"Haha... memang benar ya ma? Tapi... Sela gak mau ikut campur soal masalah ini, mama aja deh yang pikiran kan sendiri"

"Hahhh...iya deh...kamu memang gak bisa di minta pendapat. Ngomong-ngomong kenapa kamu mencari mama?"

"Ohh...itu...Sela mau minta izin pergi keluar"

Gretiya lalu menoleh ke arah Sela dan mendekatinya. "Mau pergi ke mana kamu?" Tanya Gretiya sambil memandangi Sela dengan tatapan menyelidik.

Sela merasa tidak enak saat mendapat tatapan seperti itu. "Sela, cuma mau pergi jalan-jalan kok ma"

"Kemana?"

"Eee...yaa... dekat-dekat sini lah ma"

"Emmm...mama...gak percaya! Kamu pasti mau pergi jauh lagi kan? Kamu mau kemana?!"

'Ihh...kok mama jadi gini sih? Kan gak mungkin aku bilang mau pergi ke tempat yang memiliki portal'

"Bener deh...ma, Sela cuman pergi jalan-jalan sekitaran sini doang. Sela bosan kalau di rumah saja. Supaya mama gak khawatir Sela cukup pakai sekuter ini deh"

OutsidersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang