-TR04-

41 12 5
                                    

Waktu berlalu, kini mereka benar-benar menghadapi hari selanjutnya. Setelah pulang sekolah, Jack dan Ben segera bergegas menuju ruangan rahasia. Meskipun hari-hari beratnya sama seperti kemarin, tapi Jack merasa sedikit senang karena Ben akhirnya menjadi teman satu kelasnya. Membuatnya, tak terlalu tertekan karena ucapan anak-anak dari orang besar yang hanya suka menghambur-hamburkan uang.

"Aku harap kau siap dengan ini," bisik Jack ke arah Ben. Saat ini mereka sudah mendekati pintu masuk di rungan rahasia. Maka dari itu, Jack memilih untuk berbisik.

"Bersiap dengan apa?" tanya Ben kebingungan tercampur dengan rasa takut. "Apakah benar, aku akan mati sekarang?"

Jack memilih untuk tertawa guna menghibur Ben. "Tidak, tidak, aku hanya bercanda."

Ben mendengus kesal, kemudian melanjutkan langkah kakinya di samping Jack. Seperti hari-hari sebelumnya, Jack memberitahu nama mereka ke penjaga. Setelah itu pintupun terbuka.

Jack melangkah terlebih dahulu kemudian diikuti oleh Ben. Jack menunduk hormat di hadapan Mr. Smith dan jugabke pria bertopeng. Padahal hari-hari sebelumnya, saat Jack kemari, si pria bertopeng itu tidak hadir. Membuat Jack sedikit merasa was-was.

'Apakah si pria bertopeng itu adalah dalang utama dari tugas khusus ini?' batin Jack bertanya-tanya.

"Apakah ada kendala, Smith?" tanya si pria bertopeng sembari menatap ke arah Jack dan Ben dari balik topeng hitam miliknya.

"Sejauh ini tidak ada kendala, Tuan," sahut Mr. Smith sopan.

"Bagus. Lanjutkan, perkerjakan mereka lagi. Semakin banyak orang-orang yang menjadi target kita kali ini."

"Baik, Tuan. Akan saya laksanakan."

'Cih, kau tak melakukannya. Yang melakukannya itu adalah aku. Kau hanya duduk dan memerintah saja. Memang dasar orang besar,' geram batin Jack.

Mr. Smith berjalan ke arah meja kerjanya. Mengeluarkan sebuah berkas dari balik lemari kecil dibawah meja merjanya.

"Jack, kemari kau!" seru Mr. Smith.

Jack segera berjalan menuju Mr. Smith diikuti oleh Ben.

"Ada apa Mister?"

Mr. Smith menyerahkan dua berkas yang lumayan tebal. Jack bisa menduganya, jika itu adalah kumpulan foto seperti tugas khususnya yang sudah dia kerjakan kemarin. Namun, apakah memang sebanyak itu target mereka kali ini?

"Disini ada beberapa foto yang merupakan target kita. Sekitar ada sepuluh foto. Kuberi kau waktu dua minggu untuk menyelesaikan semua tugas khusus ini. Tentu saja kau tak sendirian. Benjamin akan turun bersamamu," ujar Mr. Smith memberi tahu.

Jack menerima berkas itu dengan menganggukan kepalanya. Kemudian Mr. Smith mengeluarkan dua tas punggung berukuran sedang diatas meja. Kemudian menyodornya ke arah Jack dan juga Ben.

"Dan ini barangnya. Jangan sampai hilang, jatuh dan terlihat oleh orang lain. Ingat itu!"

"Baik Mister, kami paham. Kami pamit undur diri," pamit Jack setelah meraih sebuah tas hitam itu. Dan Ben pun melakukan hal yang sama.

"Sudah sana keluar!"

Jack mengangguk, kemudian membalikkan tubuhnya, pergi dari ruangan rahasia. Belum benar-benar Jack hilang dari ruangan itu, dia bisa mendengar suara dari si pria bertopeng.

"Kau tahu Smith, semakin banyak kita menargetkan orang, semakin banyak pula bahaya yang mendatangi kita. Kau tidak lupa dengan hal itu bukan?"

Mr. Smith tertawa mendengar perkataan dari si pria bertopeng.

"Tenang saja, jika sampai ketahuan, kita tinggal melemparnya kepada dua anak miskin itu. Lagi pula, bukan kita yang melakukannya bukan? Hahaha."

"Hahaha.... kau benar sekali Smith."

Dan saat itulah, Jack tahu, jika dirinya dan Ben hanya sebagai umpan. Umpan yang hanya dilempar saat ada bahaya mendekati orang-orang besar. Apakah didunia ini, orang kecil selalu dimanfaatkan?

Tangan Jack terkepal tanpa sadar. Dia marah dengan dua orang besar itu, siapa lagi kalau bukan Mr. Smith dan si pria bertopeng. Namun, melawan pun sepertinya akan sia-sia. Karena Jack dan Ben hanyalah orang kecil. Apakah ada orang kecil bisa mengalahkan orang besar? Hahaha mustahil, secara logika memang tidak bisa bukan?

Jack segera melangkah cepat agar segera menjauh dari hadapannya Mr. Smith maupun si pria bertopeng. Sudah cukup, Jack muak mendengar perintah dari orang-orang besar.

####

"Apakah kau dengan temanmu, kali ini bisa mengerjakan tugas khusus itu? Kau bilang, jika tugas khusus itu sangat banyak. Sepuluh target dalam dua minggu bukan? Apakah kau bisa menyelesiakan tepat pada waktunya?" tanya hakim yang semakin penasaran dengan cerita kisahnya Jack.

Jack menghirup napasnya, menahannya sebentar guna menetralkan perasaan menggebu yang singgah dihatinya.

"Untuk hari pertama saya dan teman saya, bisa menyelesiakan dua target. Namun, hal itu tak membuat kami bahagia. Kami semakin dilanda rasa khawatir yang sangat hebat, terkhusus untuk saya. Saya waktu itu, merasa seperti manusia yang paling berdosa," ungkap Jack memberitahu perasaannya saat dia melakukan pekerjaan khususnya satu bulan sebelumnya.

"Kemudian, apakah terjadi hal-hal yang tak dinginkan, yang membuatmu dan juga temanmu mengalami kesulitan?" pertanyaan dari hakim membuat kedua mata Jack membola. Tapi itu tak berlangsung lama, karena Jack segera menetralkan penglihatannya kembali. Jack mendongak, melihat ke arah sang hakim.

"Itu bukanlah sebuah masalah. Setelah itu, yang menjadi masalahnya adalah, apakah saya dan teman saya harus tetap maju untuk lanjut mengerjakan tugas khusus itu, ataukah memilih untuk berhenti dan keluar dari sekolah?" balas Jack yang diakhiri dengan pertanyaan yang mengambang.

Take Revenge [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang