-TR16-

15 6 0
                                    

"Apakah kau dan temanmu mendapatkan suatu hukuman atau dimarahi oleh Alex, Jack?" Pak Hakim selalu bertanya lebih dulu untuk menuntaskan rasa keingin tahuannya.

"Pada awalnya saya juga mengira begitu. Tapi ternyata tidak."

"Kenapa bisa begitu? Apa yang terjadi selanjutnya?"

"Ya selanjutnya terjadi adalah...."

####

"ALEX?!" teriak Jack dan Ben.

Alex yang masih bersandar di pintu dengan kedua tangannya yang terlipat di depan dada hanya tertawa keras melihat raut pias yang ada di wajahnya Jack dan juga Ben.

"Mengapa wajah kalian seperti itu?" tanya Alex yang masih diselingi dengan tawa renyahnya. "Apakah aku membuat kalian berdua terkejut?"

Jack dan Ben masih diam termenung. Mereka sedang kalut, tak tahu lagi apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Dan satu yang mereka takutkan, jika Alex mengetahui apa yang mereka lakukan, kedua remaja itu takut jika Alex melaporkan mereka kepada Mister Smith.

"Eh, itu, kita-"

"Kita berniat meminjam komputer milikmu," kata Jack setelah berhasil mengembalikan kesadarannya.

Alisnya Alex terangkat, meminta penjelasan yang lebih. Namun, Jack dan Ben hanya diam. Alex berjalan masuk mendekati kedua remaja yang tak bisa berkutik itu.

"Untuk apa meminjam komputerku?"

Hening. Mereka berdua memilih untuk bungkam.

"Apa kalian berniat untuk mencurinya?"

"Ah, tidak-tidak. Kita tidak berniat seperti apa yang kau ucapkan," ucap Ben seperti kesusahan untuk menjelaskan.

"Lalu?" tuntut Alex.

"Apa kau akan melaporkan kita kepada Mister Smith?" tanya Jack. Bagaimana pun juga mereka berdua harus jujur.

"Kenapa aku harus melaporkan?" kata Alex santai.

Perkataannya Alex membuat Jack dan Ben saling melempar tatapan tak mengerti. Alex semakin tertawa melihat gelagat keduanya.

"Biar aku tebak, kalian sedang merencanakan balas dendam, bukan?" tanya Alex yang sudah duduk di sebuah sofa empuk yang ada di ruangan itu.

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Dari analisisku."

Alex berjalan mendekati Jack kemudian meraih keyboard dan mengetik beberapa huruf di layar monitornya.

"Kenapa belum diketik. Aku sudah katakan apa passwordnya," kata Alex santai dengan kesepuluhan jarinya sedang menekan keyboard satu persatu.

"Kenapa kau membantu kita? Kau tidak marah dengan kita?" Ben berjalan mendekat hingga kini mereka bertiga sama-sama ada di depan komputer miliknya Alex.

"Itu tidak perlu."

"Kenapa?" tanya Jack tak mengerti.

"Aku tebak, kalian adalah siswa jalur beasiswa," kata Alex yang mengatakan hal lain.

"Kapan kau mengetahui kalau kita adalah seorang siswa jalur beasiswa?" tanya Jack yang kini sudah berjaga-jaga.

Alex tersenyum lebar. Kemudian menghadap ke arah Jack dan Ben bergantian. "Sudah sejak pertama kali aku melihat kalian. Dan orang-orang kepercayaanku-lah yang memberikan semua informasinya kepadaku."

"Wah, kau sungguh berbahaya. Kau seorang stalker?"

"Hahaha, tentu saja bukan."

Alex menoleh ke Jack, mempersilahkan Jack untuk menggunakan komputer miliknya.

"Ayo pakailah komputerku. Gunakan sesukamu, aku akan mendukung kalian berdua."

"Tapi, kenapa-"

"Aku juga mengetahui rahasia-nya Mister Smith. Soal Anak dari beasiswa, bukan?"

"Kau, sungguh, sangat berbahaya."

"Hahaha, terserah kau saja menyebutnya apa."

"Bolehkah?" tanya Jack. "Aku menggunakan komputermu?"

"Tentu saja. Pakailah."

Dengan segera Jack membuka sebuah situs website. Setelah mengetikkan beberapa kalimat di kolom search, Jack menancapkan sebuah chip buatannya ke dalam lubang yang tersedia.

"Kenapa kau memasangnya di komputer ini. Bukankah kau bilang jika chip itu harus ditancapkan di komputer milik si korban?" tanya Ben.

"Pertama-tama, hal yang harus aku lakukan adalah membuat suatu virus yang akan aku simpan di dalam chip itu. Karena saat ini, di dalam chip itu masih keadaan kosong."

"Hem, kau sangat hebat, Jack. Darimana kau belajar meretas? Kemampuanmu sungguh luar biasa," kata Alex yang sedari tadi memperhatikan apa yang Jack kerjakan.

"Sedari aku kecil. Mungkin saat aku berumur sepuluhan tahun, aku sudah asyik dengan dunia informatika dan teknologi."

"Aku sedari dulu juga ingin belajar sepertimu. Tapi aku terlalu kesusahan dalam memahami beberapa bahasa pemograman."

Ben terdiam, dia masih ingin mengetahui, bagaimana Alex bisa mengetahui rahasianya Mister Smith.

"Kau, kenapa diam, Ben?" tanya Alex menoleh ke arah Alex.

"Berapa banyak rahasia yang kau ketahui soal Mister Smith?" tanya Ben.

"Ada banyak. Mister Smith akan menawarkan sebuah beasiswa kepada siswa yang kurang mampu. Setelah sampai di sekolah mereka akan diberi sebuah pekerjaan khusus. Yang mana pekerjaan khusus ini sangatlah berbahaya dan tentu saja ilegal. Si siswa yang mendapatkan pekerjaan khusus itu harus menyelesaikan pekerjaan khususnya untuk mengganti uangnya selama dia sekolah di FSHS dan hidup di asrama. Bukan begitu, Jack, Ben?"

"Hem kau benar. Kau ingin membantu kami? Kau akan menjatuhkan orang 'besar' itu, tahu," tandas Ben.

"Itulah tujuanku. Aku muak melihat mereka menindas orang-orang yang tidak mampu. Bahkan mereka sering merendahkan harga diri si korban."

"Kau sungguh sangat berbahaya," kata Jack dan Ben bersamaan dengan pandangan yang takjub.

Satu jam berlalu, Jack sudah menyelesaikan membuat virus-nya. Virus-nya itu dia beri nama The Jey. Kini Jack masih berjibagu dengan komputer untuk meretas website FSHS secara jarak jauh. Dan kini sudah memasuki menit ke empat puluhan.

"Argh, sial. Ternyata mereka menggunakan komputer offline," kata Jack terlihat frustasi.

"Komputer offline?" beo Alex dan Ben.

"Ya, komputer yang tidak teraliri suatu jaringan, yang tidak memerlukan akses masuk internet. Itulah yang dinamakan komputer offline."

Alex dan Ben menganggukan kepalanya paham. Namun mereka semakin bingung saat Jack hanya diam saja.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Jack.

"Menyelinap masuk ke dalam ruangannya."

"Itu akan sangat berbahaya bagi kalian berdua. Apalagi dengan status kalian itu."

"Kau tahu jika kita adalah seorang buronan di FSHS?" tanya Ben yang mulai merasa was-was.

"Ya, aku tahu. Tapi tenang saja, aku seratus persen mendukung kalian. Kita ini adalah kawan, aku berjanji tak akan berkhianat kepada kalian berdua. Kalian boleh pegang janjiku," ujar Alex serius.

"Baik, aku pegang janjimu," sahut Jack akhirnya.

"Lalu bagaimana rencana selanjutnya?" tanya Ben.

"Bagaimana kalau aku saja. Aku tidak ada masalah apa-apa dengan FSHF. Bahkan aku bisa keluar masuk ke sekolah. Bukankah itu lebih mudah," terang Alex.

"Benar. Kalau begitu, Alex-lah yang akan mengerjakan rencana yang satu ini."

Take Revenge [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang