-TR08-

26 6 0
                                    

"Apakah kau tahu siapa remaja laki-laki yang mendatangimu dan temanmu itu?" tanya Sang Hakim yang semakin tertarik dengan kelanjutan ceritanya Jack.

"Pada awalnya saya tidak mengetahui siapa dia. Namun yang saya tahu adalah dia sama sepertiku," balas Jack yang memandang lurus ke arah hakim.

"Apakah dia adalah pekerja khusus sepertimu itu?" tanya Sang Hakim lagi.

Jack menggelengkan kepalanya pelan. "Bukan."

Sang hakim pun paham, kemudian memasang telinganya dengan baik-baik.

"Baiklah, sekarang lanjutkan ceritamu," titah sang Hakim.

"Setelah kedatangan remaja itu, aku mulai bertanya sesuatu...."

####

"Hei kalian, apa butuh bantuan?" ujar seseorang yang berdiri di depan mereka berdua.

Jack dan Ben mendongak, mengernyit saat melihat seorang remaja laki-laki yang terlihat seusia dengan mereka. Namun, yang membuat Jack dan Ben semakin mengernyit adalah seragam yang remaja itu pakai. Tunggu, Jack baru menyadari seragam itu. Seragam itu adalah seragam yang sama persis seperti yang Jack dan Ben pakai saat ini.

"Kau...." ujar Jack dan Ben bersamaan.

"Kau siapa?" tanya Jack akhirnya. Menatap wajah rupawan milik remaja laki-laki di depannya.

"Oh ya, perkenalkan namaku Alex F. Kalian bisa memanggilku dengan nama Alex," ujar remaja laki-laki itu yang ternyata bernama Alex sembari mengulurkan tangan kanannya.

Jack dan Ben menerima uluran tangan tersebut. Memperkenalkan diri mereka secara bergantian.

"Namaku Jack Anderson, kau bisa memanggilku Jack."

"Aku Ben, Benjamin Gavriel."

Alex menjabat kedua tangan teman barunya dengan tersenyum ramah. Membuat Jack dan juga Ben merasa nyaman.

"Ngomong-ngomong, apa kalian ada masalah. Dilihat dari wajah kalian, seharian ini kalian pasti melalui hari yang berat," ujar Alex yang berjalan semakin dekat ke arah Jack. Tak lama kemudiam Alex duduk di samping kirinya Jack.

Jack dan Ben sontak langsung menoleh ke arah Alex. Tak berapa lama, keduanya saling pandang. Alex yang melihatnya keduanya dibuat bingung.

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu yang fatal?"

Jack menggeleng spontas. Kemudian mendesah lelah. "Bukan seperti itu. Kita hanya kesulitan mencari tempat tinggal untuk sementara waktu. Kita sudah mencari di setiap bangunan, tapi jawaban mereka semua sama. Sama-sama menolak kita. Apa karena kita terlihat seperti orang jalanan, sehingga mereka enggan untuk menerima kita?"

"Tidak. Aku pikir bukan itu alasan mereka," ujar Alex cepat. "Mungkin, ada beberapa alasan pribadi yang tak bisa orang lain ketahui."

Jack dan Ben hanya mengangguk lemah menanggapi perkataan yang meluncur bebas dari mulutnya Alex. Mereka bertiga terdiam, memikirkan solusi untuk permasalahan yang sedang Jack dan Ben hadapi.

"Bagaimana kalau kalian berdua tinggal di rumahku? Aku akan senang karena akhirnya aku memiliki teman mengobrol di rumah," ucap Alex kemudian menatap ke arah Jack dan Ben dengan pandangan berseri-seri.

"Apakah tidak merepotkan untukmu dan keluargamu?"

Seketika itu Alex terpaku. Terdiam sejenak dengan pandangan kosong. Jack menyesal, Jack kira jika dirinya telah salah bicara.

"Are you okey?" tanya Jack sembari mengguncang pelan bahunya Alex. "Apakah aku telah salah bicara padamu?"

"Ahh.... bukan-bukan. Itu bukan karenamu. Tadi aku hanya sedang melihat toko indah di seberang sana."

Pernyataan dari Alex membuat Jack menghela napas lega. Setidaknya dirinya tak menyakiti orang sebaik Alex ini.

"Jadi bagaimana? Apakah kalian mau ikut ke rumahku?"

"Apa itu tidak berlebihan? Apa itu tidak akan merepotkan bagimu?" tanya Ben mengulang.

"Tidak-tidak. Bahkan aku akan merasa sangat senang jika kalian bisa tinggal di rumahku."

Jack dan Ben saling pandang. Berdiskusi lewat tatapan mata, akankah mereka menerima kebaikan hati dari seorang Alex yang merupakn seorang teman yang baru saja mereka kenal beberapa menit yang lalu. Ataukah mereka harus menolaknya. Bagaimanpun juga Alex masihlah orang asing bagi mereka bedua.

"Jadi, bagaimana? Apakah kalian akan ikut aku ke rumah?"

"Baiklah. Kita ikut denganmu," balas Jack dan Ben bersaman. Sontak membuat Alex senang kemudian membawa keduanya menuju mobil hitam yang terpakir tak jauh dari taman itu.

***

Sebuah rumah dengan lantai dua, berdiri dengan gagah dihadapan mereka. Bak istana di sebuah kerajaan, rumah itu di kelilingi dengan taman yang sangat luas. Ada pintu gerbang yang menjulang tinggi dengan warna cat keemasan. Tapi anehnya, tak ditemukan seorangpun di sana.

"Apakah kau akan bertemu dengan seseorang terlebih dahulu?" tanya Ben yang tatapannya masih tertuju di rumah megah di depan sana.

"Hahaha, tidak-tidak. Aku tidak ada janji temu dengan seseorang hari ini," balas Alex berusaha menghentikan tawanya.

"Tapi, kenapa kita ke sini?" kali ini Jack yang bertanya kepada Alex.

"Ini rumahku," balas Alex santai.

"Apa?!" seru Jack dan Ben terkejut.

####

"Ayo masuk. Tak perlu sungkan seperti itu." Alex mempersilahkan Jack dan Ben untuk memasuki rumahnya.

"Rumah sebesar ini, kenapa terlihat sepi? Dimana orang-orang penghuni rumah ini?" Seperti biasa, Ben tak bisa menghentikan mulutnya yang terus bicara.

"Ada. Dan itu hanya aku."

"Tapi-"

"Ben, diamlah. Tak sopan bicara terlalu jauh begitu," ingat Jack dengan berbisik. Alex yang tahu hanya tertawa kecil.

"Aku melalui masa lalu yang berat. Akan tetapi aku juga memiliki orang-orang baik yang selalu menjagaku. Tenang saja, kalian jangan khawatir," cerita Alex membuat Jack dan Ben diam terpaku.

"Apakah kau anak-"

"Ben, diamlah! Jika kau bicara lagi, akan aku buat kau tak bisa bicara nanti malam," peringat Jack membuat Ben mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk simpol 'peace'.

"Tidak apa-apa. Aku suka dengan keterbukaan. Aku akan cerita, tapi bukan kali ini. Lebih baik sekarang kalian kuantar ke kamar kalian berdua," kata Alex kemudian berjalan ke arah tangga.

"Baik," sahut Jack dan Ben bersamaan.

"Kalian mau pilih satu kamar atau dua kamar? Itu terserah kalian. Aku tak akan memaksa."

"Satu kamar aja. Itu sudah sangat membantu untuk kita," jawab Jack cepat.

"Iya, satu kamar saja. Akan terasa lebih nyaman, jika satu kamar untuk berdua," timpal Ben.

"Bilang saja kau takut jika tidur di kamar sendirian," ejek Jack sembari memandang Ben sinis.

"Sialan kau Jack!" maki Ben tertahan. Membuat Jack dan juga Alex tertawa lebar. Tak berala lama Ben mendengus kesal saat melihat Jack dan Alex yang masih tertawa.

"Sialan, aku hanya dibohongi," gumam Ben yang berhasil membuat Jack dan Alex semakin tertawa mengejeknya.

Take Revenge [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang