-TR06-

27 7 2
                                    

"Sebentar," ujar sang Hakim.

Jack yang masih duduk di kursi tengah, mendongakkan kepalanya menghadap hakim. "Ya?"

"Tadi kau bilang, kau ingin membalaskan dendammu. Bukankah itu tindakan tercela?"

Jack tersenyum, kali ini bukan senyum ramah yang biasa dia perlihatkan kepada sang hakim. Tapi, semacam senyum yang menyiratkan dengan sebuah ide licik.

"Terlebih dahulu saya bertanya, apakah lebih tercela perbuatan saya atau perbuatan mereka?" tanya Jack yang terkesan tak jelas. Bahkan sampai membuat sang hakim mengernyit heran.

Bagaimana tidak, sang hakim masih belum mengetahui keseluruhan dari cerita yang Jack alami. Untuk menemukan jawabannya, jawaban satu-satunya adalah mendengar kelanjutan cerita dari Jack.

"Baikhlah, silahkan kau lanjutkan ceritamu."

Jack tersenyum senang, kemudian menarik kursinya agar lebih mendekat ke microfon.

"Cerita selanjutnya adalah...."

####

"Jack, kau yakin dengan rencanamu kali ini?" bisik Ben saat mereka sedang berjalan berdua ke kelas mereka.

"Seratus persen, aku yakin dengan rencanaku ini," jawab Jack bangga.

Ben menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali, membuat Jack yang berada di sampingnya merasa terganggu.

"Kau, kenapa?" Jack menoleh ke arah Ben sebentar, kemudian menghadap lurus ke depan.

"Aku hanya kagum dengan rencanamu ini. Apakah kau ini, benar-benar seorang hacker?" tanya Ben lagi.

"Diamlah, Ben. Sudah aku katakan berapa kali? Rendahkanlah suaramu, rencana kita ini bisa gagal karena suaramu yang terlalu keras dan mulutmu yang tak bisa diam," sahut Jack tegas.

Seperti mendapat sebuah ancaman, Ben segera menutup rapat mulutnya.

"Okey, okey. Aku akan diam."

Mereka melanjutkan perjalan mereka menuju kelas. Setelah berada di kelas, tak berada lama bel pun berbunyi. Dan semua siswa mengikuti pembelajaran dengan tertib.

####

Saat ini, waktu pulang sekolah sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu. Dan Jack serta Ben sudah berada di ruangan rahasia yang selalu bersemayam Mister Smith dan si pria bertopeng. Saat ini, Jack, Ben dan juga Mister Smith sedang mendiskusikan pekerjaan khusus mereka.

"Apa ada kendala lain yang kaliam alami?" tanya Mister Smith dengan pongah. Menenteng sebuah gelas dengan isian air yang berwarna ungu gelap. Tanpa bertanya, Jack tahu apa nama dari air yang Mister Smith minum.

"Tidak ada, Mister," balas Jack dan Ben bersamaan.

"Bagus. Teruslah bekerja, sampai tugas khusus kalian ini berakhir."

'Tapi, sampai kapan kau akan mengakhiri pekerjaan khusus ini?' batin Jack kesal, mengepal sebelah tangannya tanpa sepengetahuan orang lain.

Mister Smith menyesap minumannya, kemudian menoleh ke hadapan si pria bertopeng.

"Apakah sekarang adalah waktu yang tepat untuk memberitahu kepada mereka berdua?" tanya Mister Smith yang masih menunggu balasan dari si pria bertopeng yang ada disampingnya.

"Aku rasa, secepatnya akan lebih baik. Dan itu akan membuat mereka lebih bersemangat dalam menjalankan pekerjaan khusus ini bukan?" sahut si pria bertopeng.

"Baik." Mister Smith kemudian menoleh lagi ke arah Jack dan Ben berada. "Dari Mr. Mask, beliau memberikan bonus untuk kalian. Jika kalian bisa menyelesaikan tugas kemarin, dalam kurun waktu kurang dari dua minggu, kalian boleh pulang menjenguk keluarga kalian."

'Oh, jadi nama dari si pria bertopeng itu adalah Mr. Mask. Cih, nama yang sangat rendahan,' batin Jack mengejek.

"Apakah kalian setuju?" tanya Mister Smith yang menyadarkan Jack dari rasa kesalnya.

Tentu saja tawaran itu sangat menggiurkan untuk Jack dan juga Ben. Namun, Jack belum percaya sepenuhnya. Apakah mereka, Mister Smith dan Mr. Mask akan memberikan bonus dengan memperbolehkan mereka berdua pulang mengunjungi keluarga? Hah! Jack curiga akan sesuatu. Dan Jack tak akan mudah percaya begitu saja.

"Kita-"

"Kita akan memikirkannya lagi Mister Smith."

Dengan segera Jack memotong perkataannya Ben, membuat Ben menatapnya heran.

Mendapat jawaban dari Jack yang tak sesuai dengan harapannya, membuat Mister Smith murka dan melempar gelas yang sedari tadi dia pegang.

"Memangnya, kalian tak ingin mengunjungi keluarga yang ada di rumah?!" kata Mister Smith sembari berdiri dari tempat duduknya.

"Tenang, Smith. Mereka berhak memilih bukan," ujar Mr. Mask menenangkan Mister Smith.

Setelah melihat apa yang Mister Smith lakukan, membuat Jack semakin curiga.

Mister Smith merapikan jasnya, kemudian menarik napas dalam-dalam. Setelah itu menoleh lagi ke arah Jack dna Ben.

"Memangnya kalian sudah menyelesaikan berapa target?"

"B-baru dua Mister," balas Ben takut-takut.

"Apa?!"

"Sudah aku katakan, tenanglah Smith." Seperti tadi, si Mr. Mask menenangkan kembali Mister Smith. "Keluarlah, kalian boleh melanjutkan pekerjaan khususmu."

Jack dan Ben segera beranjak berdiri. Kemudian memberikan hormat dengan membungkukkan sedikit badannya ke depan, ke arah Mister Smith dan Mr. Mask. Setelah itu, segera bergegas keluar dari ruangan itu.

"Kau dengar itu tadi, mereka baru menyelesaikan dua target. Ini tak seperti yang kita perkirakan. Dan tentu saja ini akan memperlambat usaha kita."

"Ya, kau benar. Kita harus menambah tenaga kerja lagi. Dan kau tahu artinya bukan? Sudah saatnya kau mencari anak miskin lagi," balas Mr. Mask.

"Baik, aku mengerti."

Jack, yang sempat mendengar obrolan mereka, mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Benar dugaannya, mereka akan mencari anak miskin lagi untuk mereka bodohi.

Dengan pertama-tama menawari sebuah beasiswa kemudian berlanjut dengan memperbudak mereka. Jack bertekad, akan segera membalas dendamnya dan membocorkan usaha mereka ke pihak yang berwajib.

"Kau sudah meninggalkan barang buktinya, Ben?"

Ben menoleh ke arah Jack. "Sudah. Sudah aku simpan di bawah tempat tidur kita."

"Bagus. Dan saat inilah, kita akan keluar dari tempat ini. Kau sudah membawa barang-barang yang penting bukan?"

"Sudah. Dan tidak terlalu banyak, hanya beberapa lembar foto dan bajuku saja."

"Aku sama sepertimu. Hanya membawa beberapa helai baju saja."

"Tapi, dimanakah kita bisa menemukan tempat tinggal sementara? Tidak mungkin bukan, kita tidur di bawah jembatan?"

Jack terkekeh mendengar perkataan daru Ben yang terdengar tak yakin.

"Kalau kita bisa tidur di sana, kenapa kita tidak menyobanya?"

"Jangan gila, Jack! Aku masih waras untuk tidur di bawah jembatan," sahut Ben kesal.

"Kalau-"

"Hei, kalian berdua. Cepatlah bekerja dan jangan banyak mengobrol. Mister Smith menginginkan kalian segera menyelesaikan semua target."

Seruan dari seorang penjaga pintu membuat Jack dan Ben takut. Takut jikalau si penjaga pintu itu mendengar perkataan Jack dan Ben.

"Baik. Kami pergi sekarang," ujar Jack kemudian menarik sebelah tangan Ben untuk segera pergi dari sana.

"Huh, aku harap dia tak mendengar semua perkataan kita," ucap Ben kemudian menyeka keringatnya yang ada di dahi.

"Aku juga berharap begitu."

Setelah Jack dan Ben pergi, seseorang keluar dari belakang pilar. Siapa tahu, jika dia mendengar semua perkataan yang dibicarakan oleh Jack dan Ben. Dan semoga saja tidak.

Take Revenge [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang