-TR19-

16 5 0
                                    

"Selamat pagi, Alex," sapa Jack berjalan mendekat.

"Hahaha, kau pikir ini masih pagi? Ini sudah siang. Lihatlah ke luar," balas Alex.

"Hem, ini gara-gara tadi malam kita merayakan keberhasilan kita. Tapi, kenapa kau masih di sini? Kau tidak berangkat sekolah?"

"Tidak. Sekolah sangat membosankan," balas Alex tapi kemudian berubah tertawa saat melihat pelototan dari Jack "Ah tidak-tidak. Aku hanya bercanda hahaha...."

"Terserah kau saja."

Alex menoleh di belakangnya Jack. Mengernyit saat tak mendapati satu orang.

"Ben dimana?"

"Masih tidur. Biarkan saja. Dia akan bangun sendiri nanti."

Alex mengangguk kemudian menyodorkan sepiring roti bakar.

"Makan dulu, Jack."

"Baik. Terima kasih."

"Tenang saja. Anggap seperti dirumah sendiri."

####

Dua puluh menit kemudian, Ben datang dengan wajah bantalnya. Dirinya menguap lebar-lebar.

"Alex, ada seseorang yang mencarimu," kata Ben setelah menguap.

"Suruh masuk saja."

"Ck, kenapa harus aku?"

"Karena kau yang berdiri."

"Baik-baik. Aku akan ke depan."

Setelah Ben berlalu Jack dan Alex masih berbincang di meja makan. Berceloteh panjang lebar. Kebanyakan mengobrolkan tentang rencana mereka mendatang. Tak berapa lama seorang pia paruh baya dengan pakaian jas hitam masuk ke dalam ruangan.

"Ada apa Tuan muda memanggil saya?" tanya pria berjas hitam itu.

"Aku hanya minta ijinkan aku sekolah. Aku tadi bangun kesiangan. Terserah kau beri alasan apa," balas Alex.

"Baiklah, Tuan. Apakah ada yang lain?"

"Sudah. Itu saja. Terima kasih."

"Sama-sama, Tuan. Saya pergi dulu."

Sepeninggalnya pria berjas hitam itu mereka bertiga lanjut membicarakan dan menyusun strategi rencana balas dendam mereka.

####

Saat ini mereka bertiga sedang berada di ruangan pribadinya Alex. Ya, ruangan yang terdapat sebuah komputer. Jack melanjutkan aksi meretasnya. Membuka server komputer milik sekolah FSHS dengan mudah karena sudah memiliki akses masuk. Yaitu, melalui chip yang kemarin Alex tancapkan. Di tengah aksinya yang sedang meretas, Jack teringat sesuatu.

"Alex, apakah aku boleh bertanya?"

"Tentu saja boleh. Kau mau bertanya apa?"

"Soal Mister Smith. Bagaimana keadaan Mister Smith sekarang?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Hanya ingin mengetahuinya."

"Iya, aku juga ingin mengetahui bagaimana keadaannya sekarang," sela Ben.

"Mister Smith ketika di sekolah terlihat sangat kacau. Dia sering marah-marah tak jelas ke semua orang. Bahkan ke orang yang tak bersalah sekali pun. Seperti telah kehilangan sesuatu yang berharga."

Sontak Jack dan Ben saling melirik. Tak berapa lama keduanya tertawa lepas yang membuat Alex menatap keduanya tak mengerti.

"Ada apa? Kenapa kalian tertawa?"

"Hahaha pantas saja kalau Mister Smith marah. Karena kita kabur dan dia mengira kalau kita berdua membawa barang khusus yang seharusnya diantar ke si target. Pasti Mister Smith mengira jika barang itu masih ada ditangan kita. Padahal kenyataannya tidak. Kita juga merasa khawatir saat membawa barang itu," jelas Ben.

"Lalu, kalian sembunyikan dimana barang khusus itu? Apakah barang khusus itu yang menjadi tanggug jawab kalian, selagi kalian menjadi seorang pekerja khusus?"

"Tentu saja. Barang khusus itu kita sembunyikan di bawah tempat tidur. Kita kubur di bawah sana. Dan ya, barang khusus itu seharusnya menjadi tanggung jawab kita. Tapi itu dulu, saat kita masih terkurung di sekolah itu. Dan sekarang tidak," jelas Jack kemudian tersenyum penuh kemenangan.

"Oh, jadi seprti itu ya?"

"Iya, Alex. Sungguh melelahkan tinggal disana," sahut Ben.

"Tenang saja. Sekarang kalian sudah bebas di sini," kata Alex menenagkan.

"Oh iya, apakah kita masih ditetapkan sebagai buronan di sekolah itu?" tanya Jack lagi.

Alex mengangguk. "Ya, kalian masih ditetapkan sebagai buronan. Dan foto-foto kalian selalu tertempel menghiasi di setiap sudut ruangan."

"Ck, kurang kerjaan sekali," ceplos Ben.

"Memang orang-orang yang mencari masalah, sebenarnya mereka adalah orang-orang yang kekurangan pekerjaan," balas Alex.

Jack melanjutkan aksi meretasnya. Jack membuka sebuah situs website yang berisi beberapa kalimat sapaan dengan bahasa pemograman. Mengetikkan kata kuncinya, yaitu nama virus buatannya, The Jey. Setelah menekan tombol enter, Jack langsung menggulirkan mouse-nya. Hingga tak berapa lama tatapannya berbinar. Karena aksi meretasnya berhasil.

"Kenapa kau terlihat senang, Jack? Apakah kau berhasil masuk ke dalam server itu?" tanya Alex yang duduk di sampingnya Jack.

"Tentu saja aku berhasil. Bahkan aku berhasil masuk ke dalam server laptop pribadi miliknya Mister Smith."

"Kenapa bisa? Bukankah yang Alex tancapkan chip buatanmu itu hanya server komputer offline?" tanya Ben keheranan.

"Itu bisa terjadi. Karena tadi, saat aku mulai meretas komputer offline-nya, ternyata Mister Smith sedang menyambungkan laptop-nya ke komputer offline. Mungkin ingin memindahkan sebuah berkas penting dari komputer offline ke dalam laptop," jelas Jack yang kedua tangannya masih menari di atas keyboard.

"Kalau ingin memindahkan sebuah berkas, menggunakan flasdisk bukannya lebih cepat?"

"Mungkin Mister Smith takut jika flasdisk yang akan dia pakai ada virus-nya. Makanya dia menyambungkan laptop-nya secara langsung ke komputer offline melalui kabel. Tapi ini sangatlah menguntungkan bagi kita. Dengan begitu, aku bisa meretas kedua server itu. Yaitu server komputer offline dan server laptop pribadi milik Mister Smith."

"JACK, KAU JENIUS!" seru Alex dan Ben sersamaan membuat tawa Jack meluncur bebas.

Take Revenge [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang