-TR01-

104 13 8
                                    

Jumat, 05 Agustus 2003

Suasana cukup menegangkan, beberapa orang berkomat-kamit bergumam untuk diri sendiri. Tak banyak pula yang hanya berdiam dengan kedua mata menatap lurus ke satu titik. Didepan meja panjang, dengan bertuliskan Hakim, seseorang masih terdiam sedang berpikir keputusan mana yang akan dia ambil.

Sedangkan di tengah rungan, ada seorang anak remaja laki-laki yang berusia sekitar 17 tahunan, sedang duduk merenung dengan kepala terdunduk dalam. Enggan memperlihatkan wajah dengan netra coklatnya ke hadapan orang-orang. Mungkinkah dia malu, atau hanya sedang meredam emosi saja?

"Baik, dari keputusan saya, mari kita dengarkan kejadian awal dari si terdakwa. Terdakwa, silahkan ceritakan mula-mula kejadian tersebut," ujar sang hakim membuat si anak remaja laki-laki mendongakkan kepalanya. Menoleh ke samping, tepatnya dikumpulan orang-orang. Dan disana ada sepasang suami istri yang mengangguk sembari tersenyum, seolah mengijinkan.

Si anak remaja laki-laki meraih microfonnya, ingin menceritakan apa yang selama ini dia alami. "Kejadian ini bermula saat...."

####

Jumat, 05 Juli 2003

Seorang kepala sekolah dari sekolah elit yang bernama Frankie Senior Hight School atau lebih dikenal dengan nama FSHS, singgah di sebuah rumah warga, yang bisa dibilang cukup minimalis.

"Jadi bagaimana, apakah kamu ingin mengambil beasiswa ini. Jangan terlalu dipikirkan, jika kamu keberatan, saya akan memberikan tawaran ini kepada orang lain," ujar seorang pria yang berumur sekitar tiga puluhan, dia adalah kepala sekolah FSHS, namanya Mr. Smith.

Jack, seorang remaja yang baru saja ditawari beasiswa masih terbengong, pasalnya dia belum percaya kalau dirinya akan medapatkan beasiswa secara cuma-cuma.

"Jadi bagaimana saudara Jack? Apakah kau ingin menerima beasiswa ini?"

Jack mendongak, masih menatap tak percaya ke arah Mr. Smith. Kemudian Jack menoleh ke arah orang tuanya, mereka mengangguk setuju, menyuruh Jack untuk menerima beasiswa tersebut.

"Iya Mr. Smith. Saya menerima beasiswa dari Anda," jawab Jack mantap.

"Bagus. Mulai besok kau bisa tinggal di asrama sana. Mulailah berkemas dari sekarang. Besok pagi aku akan ke sini lagi untuk menjemputmu."

"Baik Mr. Smith. Sebelumnya terima kasih banyak," Jack berkata sembari membungkukkan badannya sedikit.

Mr. Smith tertawa, menepuk bahu Jack berkali-kali. "Sudah aku katakan bukan, beasiswa ini bukan apa-apa. Daripada tidak terpakai, lebih baik digunakan olehmu."

Jack hanya tersenyum simpul sebagai jawabannya. Mr. Smith berdiri dan menyalami kedua orang tuanya Jack, Jack menemani Mr. Smith sampai di depan pintu rumah.

"Ingat, jangan lupa untuk berkemas hari ini," peringat Mr. Smith.

"Baik Mister, saya pasti ingat dengan pesan Anda," Jack mengangguk sekali kemudian tersenyum. Senyumnya membuat Mr. Smith tertawa renyah.

"Baiklah, aku pergi dulu."

"Hati-hati di jalan, Mister."

####

Kini, Jack sudah berdiri di sebuah sekolah elit dengan sebuah tugu besar bertuliskan Frankie Senior Hight School. Dan kini, Jack Anderson, resmi menjadi seorang siswa di sekolah itu. Mr. Smith yang berdiri di sampingnya Jack, menatap dengan senyum lebar saat melihat binar mata Jack yang menatap kagum bangunan di depannya.

"Sudah-sudah, sekarang ayo kita ke asrama dulu. Nanti kau bisa keliling untuk melihat-lihat isi dari sekolah ini," ajak Mr. Smith ramah.

"Baik, Mister."

Mr. Smith berjalan terlebih dahulu dan Jack mengekor dibelakangnya dengan sebuah koper besar miliknya. Mereka berjalan memasuki lorong-lorong bangunan. Hingga sampai disebuah bangunan yang berada paling belakang di kawasan sekolah itu. Suasana cukup sepi, mereka terus berjalan sampai di sebua ruangan yang dijaga oleh dua pria dengan memakai sebuah kaca mata hitam.

'Mungkin ini adalah ruangan penting, sampai dijaga ketat,' pikir Jack, yang enggan bertanya kepada Mr. Smith.

"Ayo masuk," ajak Mr. Smith.

Jack mengangguk, kemudian mengikuti Mr. Smith dibelakangnya. Ternyata, tak sedikit pria yang berjaga di dalam ruangan itu, seperti dua pria didepan pintu tadi. Mereka semua memakai pakaian serba hitam, celana bahan hitam, kemeja hitam, sepatu hitam, kaca mata hitam dan tunggu, mereka semua memakai earphone di telinga kirinya.

Kenapa Jack baru menyadarinya? Kalau memang ini sekolah elit seperti kebanyakan sekolah pada umumnya, tak mungkin juga harus dijaga ketat dengan puluhan pria berkemeja hitam. Sebenarnya, ada apa dengan sekolah ini? Siapa sebenarnya si Mr. Smith ini? Apakah hanya kepala sekolah saja? Ataukah dia memiliki profesi ganda?

Pertanyaan yang muncul di benak Jack terus singgah, hingga Jack bisa melihat seseorang dengan memakai sebuah topeng untuk menutupi wajahnya. Pertanyaan terus bermunculan, saat melihat Mr. Smith menundukkan kepalanya, memberi salam kepada pria bertopeng itu.

"Saya sudah datang membawa anak itu, Tuan," ujar Mr. Smith penuh hormat.

'Siapa yang dimaksud dengan anak itu? Apakah aku,' batin Jack berteriak.

"Bagus. Sekarang, masukkan dia ke dalam sel tahanan!" perintah si pria bertopeng itu mutlak.

Tentu saja Jack terhenyak, saat beberapa pria berkemeja hitam menghampirinya. Tak lama kemudian dia di seret paksa keluar dari ruangan. Tapi Jack memberontak, kemudian berlari ke arah Mr. Smith.

"Tunggu, Mr. Smith. Bukankah Anda bilang saya mendapatkan beasiswa. Saya kesini hanya untuk belajar, bukan? Kenapa saya dimasukkan ke dalam sel tahanan?" tanya Jack penuh kebingungan.

Mr. Smith hanya terdiam, hingga si pria bertopeng tertawa renyah.

"Kau sungguh bodoh. Kau hanya seorang bocah dari keluarga miskin, hahaha. Kau pikir orang besar seperti kita, yang mempunyai banyak harta, akan sudi memberikan beasiswa kepada orang miskin? Hahaha, jangan harap!" ujar si pria bertopeng begitu keji. "Cepat, bawa dia ke sel!"

Dan saat itulah, Jack paham, kalau orang 'besar' yang kemarin ingin menolongnya, tak sesuci ucapannya. Dan orang itu adalah semua orang yang ada dihadapannya, termasuk juga sang kepala sekolah, Mr. Smith.

Take Revenge [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang