-TR02-

56 11 12
                                    

Sel tahanan, ya, disinilah Jack berada. Disebuah ruangan kecil dengan satu kasur yang hanya berukuran satu kali tiga meter, satu pintu dan tanpa ada celah udara lain. Sudah seharian Jack dikurung di rungan itu. Berpikir, apa salahnya hingga beasiswa yang dia inginkan malah berujung menjerumuskan.

Ceklek!

Suara pintu yang dibuka, membuat Jack menoleh. Segera bergegas menghampiri Mr. Smith yang baru saja masuk seorang diri.

"Mr. Smith, sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa saya bisa dikurung disini? Apa kesalahan saya?" serbu Jack dengan perasaan penuh kebingungan.

"Diam! Kau tak berhak untuk bicara, sebelum aku memperbolehkanmu untuk bicara," potong Mr. Smith terlihat murka.

Entah pergi kemana sifat wibawanya kemarin. Mr. Smith segera duduk di sebuah kursi, mengeluarkan sebuah berkas dan menyodorkan tanpa suara ke hadapan Jack.

"Baca!"

Tanpa diperintah untuk kedua kalianya, Jack segera membaca berkas tersebut. Alisnya berkedut, saat membaca beberapa susunan kalimat yang dia tak mengerti. Namun, Jack putuskan untuk membaca hingga akhir, untuk menemukan maksut dari isi berkas itu.

"Seperti yang tertulis di kertas itu, kau boleh sekolah disini. Namun, syaratnya kau harus mengerjakan pekerjaan khusus, untuk mengganti biaya sekolahmu. Bagaimana? Kau setuju?" pertanyaan dari Mr. Smith membuat Jack mendongak, memperhatikan sekali lagi berkas yang ada ditangannya.

Kini Jack paham, dunia memang tak ada yang geratis. Semua harus ada usaha untuk menggapai sesuatu. Jack terpikir oleh kedua orang tuanya yang sangat menginginkan Jack sekolah di FSHS, dan bisa lulus menjadi orang sukses.

Namun, di sisi lain, Jack harus mengerjakan pekerjaan khusus yang tertera di berkas. Jack tahu, pekerjaan itu sangat berbahaya untuk dirinya, yang bisa dibilang masih remaja. Jack bimbang, apakah dia memilih untuk menyutujui isi dari berkas tersebut? Ataulah menolaknya?

Kalau saja Jack menolak, dia sangat merasa bersalah, karena akan membuat kedua orang tuanya kecewa, karena Jack akan dikeluarkan dari sekolah FSHS kalau menolak isi perjanjian yang ditawarkan oleh Mr. Smith.

"Baik, saya menerima tawaran ini," ucap Jack dengan pasrah. Bagaimanapun juga, kedua pilihan akan mengubah dirinya menjadi orang jahat.

"Bagus. Sekarang kau tanda tangani berkas itu."

Jack segera mengambil pena, menandatangani berkas itu. Setelah selesai, dia serahkan lagi ke Mr. Smith.

"Ingat, seperti yang tertulis di berkas ini, kau tak ada hak untuk memberitahukan pekerjaanmu kepada orang lain," tegas Mr. Smith. "Jangan jadi laki-laki pengecut, tetap tutup mulutmu meskipun kau dihadapkan oleh kematian."

Setelah berucap demikian, Mr. Smith segera beranjak dari kursi. Sedangkan Jack hanya tertunduk lesu, menetralkan perasaannya.

"Satu lagi, kau boleh sekolah mulai besok. Jangan lupa, untuk ke ruangan seperti kemarin saat kau selesai sekolah. Saat itulah, waktumu tiba untuk mengerjakan tugas khususmu."

Tak butuh menunggu balasan dari Jack, Mr. Smith segera keluar dan menutup pintu dengan keras. Seolah menyadarkan Jack jika ini semua bukanlah mimpi, namun kejadian nyata yang dialami oleh dirinya.

"Ya Tuhan, kenapa aku harus seperti ini," desah Jack pasrah kemudian menyugar surai hitam lebat miliknya.

####

Teng! Teng! Teng!

Suara bel tanda pulang sekolah berbunyi. Jack segera bergegas keluar dari ruang kelas. Kelas yang semula Jack dambakan, kini hanya tinggal ilusi saja. Ya, hanya ilusi di dalam benaknya.

"Lihat disana, ada seorang budak. Apakah kita harus mengeluarkan sedikit uang jajan kita untuknya?!" seru seorang remaja laki-laki yang usianya tak jauh dari Jack. Dia Devon, teman kelasnya Jack.

"Tidak perlu, dia pasti sudah mendapatkan uang dari hasil keringatnya setelah dia mengepel lantai tadi. Hahaha," balas temannya yang lain.

Benar, di sekolah itu Jack tidak diperlakukan seperti siswa yang lainnya. Melainkan seperti seorang budak, yang disuruh tanpa dibayar. Seolah seluruh orang di sekolah ini tahu jika Jack adalah siswa beasiswa, jadi banyak murid yang berani menyuruhnya ini dan itu.

Jack menambah laju jalannya, ingin segera pergi dari ruang kelas, untuk menghindarkan telinganya dari perkataan-perkataan sampah.

Setelah berjalan di area belakang sekolah, akhirnya Jack sampai di rungan rahasia. Ruangan kemarin yang dia datangi untuk pertama kalinya. Jack segera masuk, setelah memberitahu namanya kepada si penjaga pintu.

"Saya sudah sampai Mr. Smith," ujar Jack setelah berhenti di depan meja kerjanya Mr. Smith.

"Langsung saja, kau bawa tas ini dan foto ini. Orang ini adalah target kita. Dibelakang foto orang ini ada sebuah alamat. Kau datang saja disana. Ingat, jangan sampai orang lain mengetahui isi tas ini. Sekarang, pergilah," balas Mr. Smith cepat.

"Tapi, saya harus naik apa, Mister?"

"Kau tanya, naik apa? Apa gunanya kau punya kaki hah! Sekarang cepat, kau harus sampai disana dua jam dari sekarang!"

Jack mengangguk kaku, segera mengambil sebuah tas punggung berwarna hitam dan selembar foto seseorang. Jack mengernyit saat membalikkan foto itu, sebuah alamat yang Jack tahu sangat jauh dari sini.

"Tapi Mister, apakah saya bisa tepat waktu sampai disana? Jika dilihat dari jarak-"

"Makanya kau harus cepat! Sekarang cepat kau pergi, sebelum waktumu habis. Jika kau gagal melaksanakan tugas ini, kau akan dikeluarkan dari sekolah."

Jack terhenyak, yang benar saja, bahkan Jack baru satu hari bersekolah disini. Tentunya kedua orang tuanya akan merasa kecewa. Tak perlu menunggu waktu lebih lama lagi, Jack segera bergegas pergi dari ruangan itu. Pergi jauh, untuk melakukan pekerjaan khusus untuk dirinya.

####

Semua orang terdiam, masih mencerna cerita yang meluncur mulus dari Jack yang terduduk di depan microfon yang masih menyala. Sang hakim, masih terdiam, namun alisnya mengernyit saat mengingat isi cerita dari Jack.

"Sedari tadi kau menyebutnya pekerjaan khusus. Apa sebenarnya pekerjaan khusus itu?" tanya hakim yang merasa penasaran.

Jack mendongak, menghadap ke hakim dengan senyum lebarnya. "Sudah saya katakan bukan, saya tidak ingin jadi laki-laki pengecut. Maka dari itu, saya tidak bisa menjelaskan perkerjaan khusus yang saya jalani," sahut Jack sopan kemudia menundukkn kepalanya lagi.

Take Revenge [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang