-TR27-

13 5 0
                                    

Jack, Alex dan Ben masih terdiam mencerna apa yang terjadi dan apa yang ada di hadapan mereka bertiga saat ini. Tak berapa terdengar sebuah benda yang berbunyi.

Ting!

Dan setelahnya pintu terbuka. Ya, mereka ada di dalam sebuah lift. Setelah menutup pintu toilet tadi, lift langsung bergerak, sepertinya bergerak turun ke bawah karena rutenya menuju tempat penyimpanan di ruang bawah tanah.

Jack yang sudah tersadar segera melangkah keluar, diikuti oleh Alex dan Ben di belakangnya. Mereka masuk ke sebuah lorong panjang, dan di ujung lorong ada sebuah pintu besar. Saat baru saja menginjakkan kaki di depan daun pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka dengan sendirinya. Membuat Jack dan Alex harus berjaga-jaga. Namun tidak untuk Ben, Ben malah merasa terpukau.

"Fokus, Ben. Kendalikan dirimu. Kita harus tetap berhati-hati," nasehat Jack saat melihat Ben yang berjalan dengan tak memperhatikan jalannya.

"Benar. Bisa jadi di dalam sana masih ada orang." Alex ikut menimpali.

Ben mendengus namun tetapi menuruti perkataan kedua temannya. Melangkah masuk ke dalam ruangan dengan hati-hati. Mereka bertiga berhasil masuk dan beruntungnya di dalam tidak ada satu orang pun. Mereka semakin meng-eksplore isi ruangan. Ketiganya sangat terkejut saat melihat lima buah kotak sebesar almari.

Jack melihat ke atas, untuk mengecek apakah ada kamera pengintai di sekitar sana atau tidak. Ben yang melihat apa yang dilakukan oleh Jack akhirnya bertanya.

"Jack, apa yang kau lakukan?"

"Mencari jika ada kamera pengintai atau Cctv di sekitar sini. Dan beruntungnya kita, disini ternyata tidak ada."

"Hemm, mungkin kalau ada Cctv, sudah sedari kemarin kita mengetahui tempat ini bukan?" kata Alex.

"Ya, itu benar."

Kelima kotak itu di gembok satu persatu. Tanpa menunggu lebih lama lagi, tiga sekawan itu mendatangi salah satu kotak terdekat.

"Aku berani bersumpah, jika inilah barang khusus yang kita cari," bisik Ben pelan. Jack dan Alex mengangguk membenarkan.

Mereka sedang memikirkan bagaimana cara untuk membuka gembok itu. Namun nihil, bahkan Jack tak mengira jika barang khusus itu disimpan dalam keadaan seperti ini. Jadi mereka tak membawa peralatan yang lebih mewadai. Saat Jack dan Alex sedang berpikir, tiba-tiba Ben berlari ke ujung ruangan. Tak berapa lama Ben kembali dengan membawa sebuah palu besar.

"Kau mau memukul gembok itu, Ben?" tanya Jack.

"Tentu saja. Ini akan mempermudah kita untuk membuka gembok itu."

"Tapi Ben. Itu akan membuat kebisingan. Bagaimana kalau suara yang kau timbulkan itu akan mengundang Mister Smith?" tanya Alex mencegah Ben.

"Kalian tenang saja. Ini adalah urusanku. Kalian lihat saja."

Dan pada akhirnya Jack dan Alex hanya diam mengamati Ben yang sedang memukul gembok itu dengan palu besar. Sehingga menimbulkan suara yang sangat keras dan menggema di ruangan itu.

Tring! Tring! Tring!

Ben masih berusaha memukul gembok itu dengan palu yang dia pegang. Mengerahkan seluruh tenaganya.

"Ayo sedikit lagi," gumam Ben.

TREENGGG!!!

Dan pada akhirnya, gembok pun berhasil Ben buka. Buru-buru Jack dan Alex membuka kota itu. Hal pertama yang mereka lihat adalah banyaknya kantung hitam yang bertumpuk. Jack mengambil salah satu kantung di sana dan segera membuka. Hal itu membuat Alex dan Ben mendekat.

"Inilah barang yang kita cari. Ayo kita masukkan ke dalam bandul kalung dan segera kita pergi dari sini," titah Jack.

"Iya, ayo."

Jack mengeluarkan kalungnya, kemudian memasukkan serbuk dari kantung hitam itu sedikit demi sedikit ke dalam bandul kalung. Beruntung Jack memakai sarung tangan. Jadi serbuk itu tak menempel di telapak tangannya. Setelah memasukkan beberapa bulir ke dalam bandul kalungnya sendiri, Jack bergantian memasukkan ke bandul kalung miliknya Alex dan Ben.

Saat Jack sedang memasukkan serbuk itu ke dalam bandul kalungnya Ben, Alex membuka ponselnya. Terkejut saat melihat video di ponselnya yang ternyata tersambung di Cctv di dekat cendela tadi. Isi video itu terlihat jika ada Mister Smith yang sedang menelepon seseorang di depan pintu toilet.

"Mister Smirt, akan ke mari. Ayo kita pergi dari sini," ajak Alex.

Buru-buru Jack menyerahkan kalung ke arah Ben dan segera menutup kotak itu. Memasang gembok yang tadi berhasil terlepas ke semula. Setelah itu mereka bertiga dengan tergesa-gesa keluar dari ruangan itu.

"Kau sudah memasukkan ke semua kalung Jack?" tanya Alex di tengah mereka berjalan keluar.

"Belum. Tadi aku baru memasukkan ke kalungnya Ben. Dan setelah itu baru aku akan memasukkannya ke kalungmu. Tapi kau bilang jika Mister Smith akan kesini, jadi aku menghentikan kegiatanku."

"Tidak apa-apa, satu bukti saja sudah cukup. Ingat, Andreas juga membawa barang buktinya."

"Ya kau benar, aku baru ingat sekarang."

"Kita-"

Perkataan Ben terpotong saat mendengar suara tawa dari Mister Smith yang menggelegar di ujung lorong.

"Hahaha.... Kau benar, orang-orang kecil seperti mereka tak akan pernah bisa melawan kita yang orang besar dan memiliki kekayaan yang berlimpah."

Suara itu menggelegar, Jack menoleh ke sekitar dan menemukan tumpukan kardus disisi lorong. Jack menarik kedua tangan temannya untuk bersembunyi di balik tumpukan kardus itu. Dan tak berapa lama, Mistet Smith datang dan melewati persembunyian mereka.

"Hah? Kau tanya soal dua anak beasiswa itu? Hah, aku tidak tahu mereka ada dimana, tapi aku beruntung, mereka tak melaporkannya ke polisi. Mereka sungguh bodoh bukan? Hahaha...."

Mendengar perkataan Mister Smith yang demikian, membuat tangan Jack terkepal erat. Jack marah, dia marah karena mengatainya dan Ben bodoh. Tapi tenang saja, dalam beberapa jam, Mister Misth akan tahu siapa orang bodoh yang sebenarnya. Apakah Jack ataukah Mister Smith sendiri? Kita lihat saja nanti.

"Arrgh, orang besar itu...." desis Jack menahan amarah.

"Sudahlah, Jack. Kau harus tenang. Sekarang lebih baik kita pergi saja dari sini," ajak Alex.

Mereka bertiga melanjutkan perjalanan mereka. Mereka berjalan ke arah lift. Hingga tak lama mereka melangkah, kini mereka bertiga sudah berdiri di depan pintu lift. Dan mereka bertiga sudah tidak sabar ingin memberi sebuah pertunjukan kepada Mister Smith.

Take Revenge [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang