"Iya Raka kesana sekarang".
Raka menutup sambungan telpon dan bergegas merapihkan pakaian kerjanya.
"Rum, gue cabut duluan. Lo kunciin pintunya". Ucapnya pada kariawan lainnya.
"Siap".
Raka melirik sekilas kearah Hanin sebelum benar benar pergi meninggalkan cafe.
"Kenapa? " tanya Harriz yang melihat Hanin bengong.
Hanin menggelengkan kepala "Never mind". Kemudian melanjutkan makannya.
Abang
Langsung pulang
Hanin menghela membaca pesan dari kakanya. Pikirannya agak bercabang saat ini, kira-kira ada apa lagi.
"Hanin ayo". Ajak Harriz sambil menyerahkan helm pada Hanin.
Sebenarnya selama Harriz mengantar jemput Hanin dia tidak pernah benar benar mengabtar dan menjemputnya di depan teras rumah Hanin. Hanin pasti akan selalu menunggu dan minta di turunkan di depan gang menuju rumahnya. Mengingat itu membuat Harriz teringat tren yang sedang marak 'GANTENG DOANG JEMPUT CEWE DEPAN GANG'. haha miris kan?
"Mau beli sesuatu dulu? " tanya Harriz sambil menjaga fokusnya berkendara.
"Engga, makasih" jawab Hanin.
"okee".
Harriz? Tentu dia tampan makannya dia mengingat tren itu, sitampan yang menjemput pujaan hatinya didepan gang :')
"Hanin aku anter sampe rumah ya? " tanya Harriz.
"Eh? Enggak usah. Udah malem nanti kamu pualngnya kemaleman".
"Justru itu, karena udah malem aku anter kamu sampe rumah. Bahaya cewe jalan sendiri".
Hanin sedikit terkekeh mendengar jawaban Harriz. "YaAllah.. Deket kok" ucapnya tak luput disertai senyum manis yang membuat kerja jantung Harriz melonjak berkali-kali lipat.
"Pokoknya ngga ada penolakan". Kekeuh nya.
"Iya deh iya". Pasrah Hanin.
"Rumahmu yang mana? " Harris memelankan sedikit kecepatan motornya saat memasuki gang tempat biasa dia menjemput Hanin.
"Tiga rumah dari sini yang cat abu-abu".
"Woke ngeng" lawaknya yang sekali lagi berhasil membuat Hanin tertawa.
"Udah sampe nih".Hanin turun dan mengembalikan helm yang dipakenya dengan senyum yang masih saja manis walau pekatnya malam menutupi rembulan.
"Hanin masuk".Kedua muda mudi itu kompak menoleh mancari seseorang dibalik suara yang menginterupsi mereka tadi.
"Aku masuk dulu ya, sekali lagi makasih riz". Pamitnya buru buru masuk kedalam rumah.
"Bang Raka?" Harriz mengucek matanya mencoba memastikan pria yang kini menjulang didepan pagar rumah Hanin.
"Iya, ini gue. Abangnya Hanin".
Bagai tersampar petir di musim panas Harriz sempat terlonjak namun buru-buru ia menormalakan ekspresinya.
"Gue mau bicara sama lo"
AUTOR POV
"Lo ada dimana? "
"Tempat biasa"
"Kapan pulang? "
"Agak maleman mungkin ya, kan gue juga baru dateng".
"Gue kesana".
Harriz menutup panggilan tanpa menunggu jawaban dari seseorang di seberang sana. Dan langsung mengendarai motornya.
"Ada apa? " kata gadis yang tadi sempat bebicara dengan Hrriz di telpon.
"Lo tau Bang Raka ketua OSIS? "
"Nicholas Caraka Saputra? " tanyanya mastikan, yang diangguki oleh Harriz.
"Ya. Dia abang nya Hanin".
Gadis didepannya terperanjat kaget dengan pernyataan Harriz barusan.
"Really? Berarti dia anak pemilik sekolah? " dia menutup mulutnya tak percaya. Pasalnya Hanin selalu bersikap biasa-biasa saja. Bahakan penampilannya pun tidak jauh dari murid murid biasanya.
Harriz mengangguk lagi "Iya, dan dia juga udah dijodohin sama ketua basket itu". Harriz kembali menyesap coffe latte yang dia pesan sebelumnya.
Flashback on"Gue mau ngomong sama lo".
Raka mengajak Harriz ke taman komoplek, mereka duduk berdua disalah satu bangku disana.
"Lo tau Anggara Bastian? "
"Bang Angga ketua basket? "
Raka mengangguk "Iya, Angga ketua basket". Raka membuat jeda "Dua minggu lagi mereka tunangan". Lanjutnya yang membuat Harriz menengok pada sosok pria yang katanya kaka dari gadis yang dia suka.
"T-tunangan? ""Hanin belum cerita? "
Harriz menggeleng lemah.
Raka menghela "Gue tau kalian sama-sama suka, tapi jujur gue ngga ada hubungannya sama rencana ini. Lo pasti udah sering denger tentang pernikahan bisnis. Tapi gue juga ngga bisa biarin kalian sama sama".
"Kenapa? "
"Gue ngga bisa. Jadi gue mohon, jauhi adik gue. Ini demi kita semua".
"Apa maksudnya kita semua? Apa Abang pikir dengan begini tidak akan ada pihak yang tersakiti? " Harriz menaikkan nada suaranya.
"Justru karena itu gue ngga mau nambah orang yang harus tersakiti, lo nggak bakal paham".
"Ya makannya jelasin ke gue bang".
"Gue ngga bisa, ini urusan keluarga. Maaf".
Harriz menghela kehabisan kata kata dan kesabaran.
"Gue pulang"
Falshback off
"Dont be sad, lo masih punya kita". Gadis itu menepuk pelan punggung Harriz.
Harriz tersenyum tipis. "Kalo sampe gue ngga dapet-dapet jodoh, gue sama lo aja ya". Harriz berkata dengan nada datar yang malah kelihatan lucu.
Gadis didepannya terkekeh "Idih ogah gue sih. Mending gue jadi istri kedua nya Chen oppa".
"Kaya dianya mau aja". Nyinyir Harriz sambil memasng muka julid. Kemudian mereka tertawa bersama.
-Bahagia itu sederhana, tapi bahagia juga sementara. Jadi, hargai kebahagiaan. Hargai cara orang lain untuk bahagia, karena tidak semua orang memiliki cara untuk bahagia yang sama. Mungkin bagi kita itu terlihat alay dan berlebihan, tapi mungkin bagi mereka itu adalah segalanya itu adalah cara yang sederhana bagi mereka untuk merasakan kebahagiaan.
Minal 'Aidin Wal Faizin semuanya.. Mohon maaf lahir batin.
Maaf kalau selama ini belum bisa jadi autor yang baik, yang sering up, dan maaf atas segala kekurangan dalam cerita yang saya garap karena saya masih dalam tahap belajar.
Juga terimakasih buat kalian semua yang menyukain cerita ini, terimakasih dukungannya. I luv yu all 😍😍
Sampai bertemu di capt selanjutnya..
#827word
#270521
KAMU SEDANG MEMBACA
Fangirl And anti fan
Разное"Apa gunanyasih suka sama orang yang bahkan gak kenal sama lo? " tanyanya sambil merebut poto itu dari tangan gue. "Suka suka gue lah". Jawabku coba merebut poto itu kembali. tapi aku kalah cepat. "heh, gantengan juga gue". Katanya pede. "Jih, pe...