Pretend

32 8 2
                                    


"Al gue duluan ya,  bang Abi udah nungguin gue di gerbang byee. " Pamitnya sambil berlarian di lorong.

"Eh tapi, helem gue. Woy Qilaaaa." teriakku.

Aku hanya geleleng-geleng melihat nya yang kuyakini tidak mendengar teriakanku tadi.  Aku memutuskan untuk bergegas pulang karena hari mulai sore dan agaknya akan turun hujan.

BUGH

Dukh

"Akhhhh."

Alta terjerembab menabrak tembok di belakangnya karena tiba-tiba ada seseorang yang memukulnya.

Gyut

Alta mencoba menahan tangan seseorang yang menarik kerah seragamnya.

"Sejak kapan lo pacaran sama Bena?" tanyanya to the poin.

"B-bukan urusan lo. " Alta menjawab dengan nafas tersengal.

BUGH

"Gue tau lo cuma boong, jauhi dia. " ancamnya masih dengan menarik kerah seragam Alta.

"Kalo gue nggak mau lo mau apa? " tantang Alta sambil mendorong bahu Gibran.

"Sadar diri, lo tuh udah punya pacar. Nggak usag ngusik Qila lagi kenapa. " nada Alta mulai meninggi.

"Gue udah putus. "

Alta memasang wajah sinis "Secepet itu? Cih dasar buaya. "

"Sialan lo. " Gibran kembali memukul Alta hingga terjatuh.

Gibran menarik paksa Alta yang terkapar dilantai "Bangun lo."

BUGH

Alta memukul rahang Gibran sekuat tenaga.

Mereka sama-sama terpancing emosi dan saling beradu jotos.

###


"shhh ah. " Rintih Alta.

"Kamu ngapain sih pake berantem sama Gibran segala." tanyaku gemas, saking gemasnya aku sengaja menyentuh luka disudut bibir Alta dengan keras.

"Ih lo mah gitu. " rengeknya.

"Harriz pegang tangannya." titah ku pada Harris yang sedari tadi diam di belakang Alta.

Harriz membuat tanda hormat lalu memegangi kedua lengan Alta.

"Diem lo, gausah sok jagoan. " ketusku pada Alta yang memberengut kesal.

Bayangin aja gimana aku nggak kaget Harriz tiba-tiba nelpon aku suruh ketaman komplek bawa kotak P3K, katanya Alta berantem sama Gibran di sekolah.

"Gimana ceritanya sih kalian bisa berantem gitu, perasaan pas gue pamit pulang lo masih baik-baik aja. " tanyaku setelah selesai mengobati lukanya.

"Emang kenapa lo nanya gitu dah. " bukannya Alta menjawab malah Harriz yang nanya balik.

"Gue mau jadi wasit nya kenapa. " jawabku ketus.

Harriz tercengang dengan jawabanku sedangkan Alta hanya diam.

"Orang dia yang mukul gue duluan kok. " Alta membuka suaranya.

"Nggak mungkin dong dia tiba-tiba mukul lo kalo gada salah. Eh lupa lo kan selalu salah dimata dia. " aku tertawa dengan kalimatku sendiri.

"Sialan lo. "

Aku dimana aku siapa _Harriz

"Ah bodo amat lah kalian kenapa, intinya lo kalo gamau babak belur gini jauh-jauh lahh dari Gibran." final ku.

 Fangirl And anti fanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang