Bad memory

78 14 1
                                    

"Terima."

"Terima."

"Terima."

Suasana kantin yang tadinya senyap menjadi ramai seketika. Pasalnya ada sepasang manusia yang sedang jatuh cinta.

"Na, sekali lagi will you be my girlfriend? " Tanya nya sekali lagi karena aku yang masih diam.

Aku menganggukkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan pria yang sedari tadi berlutut di depanku. Sekilas dia tersenyum. Dan semua penghuni kantin bersorak semakin ramai saat dia tiba-tiba berdiri dan memelukku.

"Terimakasih" gumamnya pelan namun masih sempat terdengar olehku.

Setelah kejadian pernyataan cinta di kantin minggu lalu aku dan dia menjalani hari-hari seperti pasangan lainnya. Jemputan di pagi hari, chattingan, makan bareng, jalan. Yahhh kalian tau apa saja yang di lakukakn oleh sebuah pasanganpada umumnya.

(huhu maapin noona, karena noona sendiri single ㅠㅠ)

Hubungan kami juga baik-baik saja, walaupun terkadang ada perdebatan kecil. Sampaii...

"Na... Nana.. Benaa woy".

"Apasih, ngga usah teriak-teriak kali gue ngga budek". Jawabku yang masih merapikan alat tulis ku kedalam tas.

"Buru kelapangan. Gibran sama kakel ganteng pujaan sekolah lagi gelud". Aku yang mendengar nama Gibran di sebut cepat-cepat menggendong tasku dan menarik tangan Clara dan di ikuti oleh Vely.

*Lapangan

Benar saja Gibran dan seseorang yang aku kenal sebagai kak Raka atau Nicholas Caraka Saputra sedang adu jotos di lapangan. Setahuku merka tidaklah dekat atau saling mempunyai masalah.

"Gibran!! Nicholas!!! " tidak, bukan aku yang menyeruka nama mereka.

"Kalian ini mau sekolah apa mau mengikuti ajang tinju?? Cepat ikut Bapak ke ruang BK". Ya, yang memanggil mereka adalah guru BK.

Mereka berdua mengekor di blakang Pak Sucipto menuju ruang BK masih dengan tatapan emosi di antara keduanya.

"Na, Gibran punya masalah apasih sama kak Raka?" tanya Vely yang membuatku mengalihkan pandangan dari keduanya.

"Gue gatau, setau gue mereka gak terlalu kenal untuk saling mempunyai masalah". Kataku.

Ah benar juga, bukannya yang namanya masalah itu gak memandang orang? Contohnya aja kalian di senggol saat berkendara oleh pengendara lain, yang terbiasa mengeluarkan kata kasar pasti sudah menyumpah serapahinya, bahkan tak sedikit yang sampai adu jotos.

"Yaudahlah, pulang aja yuk. Apa lo mau nungguin Gibran? " tanya Clara.

"Gak deh, gue udah cukup mumet karena ulangan kimia tadi. Urusan Gibran biar gue tanya kalo kepalanya udah dingin". Jawabku yang di angguki oleh kedua temanku.

"Yaudah gue duluan ya. Lo di jemputkan? " aku hanya mengangguk dan tersenyum samar, lalu melambaikan tangan pada Vely yang mulai menghilang di tikungan yang di susul oleh Clara.

###

"Huwaaa akhirnya selesai juga". Teriak Clara yang mejanya tak jauh dariku.

Yups sekarang adalah ujian terakhir dan minggu depan sudah mulai libur.

"Bena". Aku yang merasa terpanggil mendongakkan kepala.

"Gibran". Kataku setengah terkejut karena pasalnya dia menghilang setelah kejadian di lapangan kemaren kemaren.

  Tidak, dia tak di skors karena beberapa hari lagi ujian selesai dan liburan tiba, hanya saja aku belum menghubungi untuk menainyainya lantaran menunggu dia menceritakannya sendiri.

 Fangirl And anti fanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang