Prolog

2.3K 145 14
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak vote terlebih dahulu.

Prolog


Saat kecil kita merasa bahwa kehidupan orang dewasa sangatlah menyenangkan. Mereka bisa melakukan apapun tanpa larangan dari orangtua, bisa membeli apapun sesuka hati dengan uang mereka sendiri. Namun, mengapa saat kita sudah menjadi orang dewasa semua gambaran itu malah musnah? Kemana perginya kerlap-kerlip keindahan dan kebahagiaan itu?

Apalagi saat seseorang menginjak usia dua puluh tahunan keatas. Mereka akan mengalami berbagai macam terror, mengalami banyak problematika hidup. Seolah menjadi dewasa adalah beban. Ada yang mengalami masalah dengan finansial, pencapaian, pekerjaan, bahkan percintaan.

Ada masanya saat menjadi orang dewasa, kita melihat dunia ini tidak lagi menyenangkan karena semua problema itu. Bukan lagi soal ujian matematika yang di takuti, melainkan ujian hidup yang tidak kunjung berhenti. Ketika kita melihat pencapaian teman-teman lama kita yang seumuran itu terlihat gemilang membuat kita tanpa sadar membandingkan kehidupan kita dengan oranglain.

Perasaan ingin memutar waktu, perasaan waktu yang berjalan terlalu cepat akan segera dialami saat menginjak fase dewasa. Dunia seperti medan perang yang penuh persaingan, adakalanya saat kita mengalami sebuah kegagalan maka rasanya seperti dunia ini runtuh. Saat kita merasa pencapaian kita tidak seberapa di banding teman-teman lainnya maka kita akan merasa menjadi manusia yang gagal.

Padahal, semua orang memiliki takdirnya masing-masing, memiliki masalah hidupnya sendiri. Alangkah baiknya jangan selalu membandingkan diri sendiri dengan oranglain. Jadikan keberhasilan mereka sebagai motivasi saja, tetapi ada kalanya kamu harus menengok kebawah. Banyak orang-orang yang tidak seberuntung dirimu, maka kamu harus banyak-banyak merasa bersyukur.

Semakin bertambahnya usiamu maka akan semakin banyak hal yang kamu rasa gagal dalam hidup, akan banyak rasa menyesal dan masalah hidup lainnya. Salah satu masalah yang kelihatannya ringan namun seperti makanan sehari-hari untuk orang-orang dewasa yang masih memilih lajang adalah pertanyaan “Kapan nikah?”

Entah itu di lontarkan dari tetangga, keluarga, saudara, teman maupun kerabat. Pertanyaan remeh yang seperti basa-basi itu sudah tidak aneh lagi di kalangan masyarakat +62 dengan segala gunjingannya. Mungkin bagi sebagian orang yang memiliki sifat cuek hanya menganggap itu basa-basi dan tidak memasukannya kedalam hati. Namun berbeda cerita jika dari pertanyaan “Kapan nikah?” diiringi pengantar seperti gunjingan, nyinyiran atau olokan.

Seolah pertanyaan itu seperti terus menerus kamu dengar sampai menjadi bosan. Mereka hanya bertanya, namun makna sebenarnya adalah lontaran dari tuntutan, keharusan, dan sebuah desakan.

Bagi sebagian orang yang memiliki kekasih kemungkinan akan meminta pada kekasihnya untuk melangkah kejenjang yang lebih serius lagi. Namun terkadang ada beberapa orang yang terkendala finansial saat memutuskan memilih melangkah ke jenjang pernikahan. Memang menikah itu murah, yang mahal itu mengikuti omongan tetangga. Jika pernikahannya biasa saja di gunjingi, pernikahan mewah disangka pamer, tidak kunjung menikah di sangka tidak laku, menikah muda di sangka hamil duluan, sudah menikah tapi tak kunjung hamil disangka mandul.

Semua gunjingan yang dilontarkan masyarakat seolah tidak ada hentinya. Seolah hidup ini adalah ajang perlombaan, dimana kita yang berlomba dan oranglain yang menjadi jurinya. Padahal makna hidup bukan seperti itu, sungguh ironi.

Lalu bagaimana dengan para jomblo ketika terus menerus di hujani pertanyaan “Kapan nikah?” padahal pacar saja tidak punya. Tentu saja mereka akan kebingungan dalam menyikapinya. Lama kelamaan rasa risih dan terganggu juga tanpa sadar akan mereka rasakan mau secuek atau semasa bodo apapun orang tersebut. Belum lagi kalau pertanyaan itu diiringi nyinyiran ala warga +62 yang pedasnya melebihi bon cabe level 30.

Itu yang dialami oleh seorang gadis manja yang masih kekanakan di usianya yang sudah menginjak 24 tahun. Dimana teman-temannya satu persatu menikah, saudara-saudaranya yang umurnya masih di bawah dirinya maupun seumuran dengannya satu persatu menikah atau lamaran.

Kayana Putri Adimukti yang merupakan anak kedua dari dua bersaudara atau biasa di panggil anak bungsu dari pasangan Wijaya Adimukti dan Siska Adimukti. Kakaknya yang bernama Leoni Putri Adimukti yang sudah berusia 28 tahun itu sudah menikah dan memiliki anak. Kini di keluarga Adimukti hanya tinggal Kayana yang belum menikah, apalagi kini usianya menginjak 24 tahun.

Menurut Kanaya usianya belum terlalu tua untuk melajang, banyak artis atau orang di luar negeri yang masih sendiri bahkan saat sudah kepala tiga. Tapi sayangnya ini Indonesia dan Kanaya hanyalah orang biasa.

Dia adalah seorang guru honorer di sebuah sekolah menengah atas di daerahnya. Cita-citanya adalah ingin segera diangkat menjadi PNS. Maklum lah di daerahnya PNS merupakan salah satu pekerjaan idaman, apalagi mengenakan seragam yang bisa di pamerkan dan di banggakan. Namun mimpi itu belum bisa dia wujudkan sekarang, tapi Kanaya tidak akan menyerah karena dia akan terus berusaha meraih mimpinya.

“Kanaya, kapan kamu mau menikah? Mama sama bapak sangat risih mendengar pertanyaan dari para tetangga maupun keluarga besar kita. Kamu tau kan gadis seumuranmu disini kebanyakan sudah menikah?”

Lagi-lagi mamanya melontarkan pertanyaan demikian. Kanaya hanya santai dalam menyikapinya karena baginya pernikahan bukanlah lomba lari maupun ajang perlombaan untuk pamer di social media. Karena menikah perlu kesiapan mental yang matang, dan Kanaya merasa mentalnya masih belum matang untuk itu.

“Iya mah, doain aja ya.” Hanya itu jawaban yang selalu Kanaya lontarkan ketika di tanyai pertanyaan serupa.

“Mana calonnya nak, kenalin lah sama bapak.” Ujar bapaknya membuat Kanaya bertambah pusing. Dia saja jomblo selalu di tanyai kapan nikah dan didesak membawa calon mantu kerumah.

Hal yang membuat Kanaya bertambah pusing adalah ketika salah satu muridnya yang di juluki Bad boy sekaligus Most wanted di sekolahnya tiba-tiba berubah jadi anak baik dan itu semua dia bilang demi Kanaya dan karena Kanaya. Namanya Abigail, dia adalah anak dari pemilik sekolah tempat Kanaya mengajar.

“Saya berubah karna Ibu, karna saya mencintai Ibu.” Dengan tegasnya Abigail menyatakan cintanya pada perempuan yang tak lain adalah gurunya sendiri. Bahkan seolah matanya buta karena tidak menyadari perbedaan usia mereka yang terpaut tujuh tahun lamanya.

“Abigail, saya guru kamu. Saya rasa perasaan kamu itu hanya sebuah perasaan cinta monyet, layaknya anak seumuranmu. Mungkin saja itu hanya rasa kagum atau sejenisnya.” Tolak Kanaya halus.

Apa jadinya kalau dia bersama dengan muridnya sendiri dengan jarak usia 7 tahun. Kanaya bukanlah pedofil, dia menentang keras perasaan Abigail padanya. Apalagi Abigail adalah anak dari pemilik sekolah, bisa-bisa nanti dia di pecat hanya karena masalah cinta-cinta monyet.

“Terserah apa kata orang, terserah ibu meu bilang seperti apa. Tapi bagi saya, perasaan saya pada ibu adalah nyata. Saya akan berjuang demi mendapatkan Ibu Kanaya.” Tenyata muridnya itu memang keras kepala, benar saja dia tetap tidak menyerah membuat dirinya layak menjadi suami idaman Kanaya.

Di tengah kepusingan itu, dia di pertemukan dengan seorang pria tampan bernama Bagaskara. Seorang bujangan panas berusia 29 tahun yang mengalami masalah serupa, Bagas selalu di tuntut oleh kedua orangtuanya untuk membawa calon istri kehadapan mereka. Sementara Bagas malas dengan pernikahan, dia bahkan masih betah melajang di usianya yang hampir menginjak kepala tiga.

“Gimana kalau kita pura-pura pacaran, biar gak di tanya calon terus.” Entah ide dari mana, dan keberanian besar dari mana sehingga Kanaya bisa-bisanya mencetuskan ide aneh pada orang yang baru di kenalnya.

“Baiklah, saya setuju. Kita pura-pura pacaran agar mereka tidak terus mendesak.” Dan entah keberuntungan dari mana ternyata lelaki itu mau saja mengikuti ide konyolnya.

Ini tentang perjalanan hidup seorang jomblo bernama Kanaya Putri Adimukti, yang selalu di serang dengan pertanyaan Kapan nikah? Dari orang di sekitarnya. Entah siapa jodoh Kanaya dan kemana hatinya akan berlabuh.

Ikuti terus kisahnya, kisah klasik kehidupan menjadi dewasa yang tidak selalu indah.

TBC

Tinggalkan jejak vote dan komentarnya 🥳 Terimakasih 💓

Kapan nikah? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang