Mengenal

326 67 16
                                        

“Yang namanya pasangan, harus saling mengenal satu sama lain.”
.
.
.

BAB 26

“Oh iya mas, kita juga harus saling mengenal satu sama lain. Kan gak lucu kalau pacaran tapi gak tau apa-apa soal pasangan kita.” Usul Kanaya.

“Jadi?” Bagas menaikan alisnya.

“Kita bikin kaya bio data gitu loh mas. Isinya ya seputar nama panjang, panggilan, umur, tanggal lahir, anak keberapa, nama orangtuanya siapa, berapa bersaudara, nama saudaranya siapa, tanggal lahir, makanan kesukaan, warna kesukaan, hobi, tempat nongkrong favorit, nama sahabat dekat. Terus sisanya nanti aku kabarin lagi.” Ujar Kanaya.

“Seperti bio data buat melamar kerja saja.” Bagas menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terkekeh.

“Ya, kan biar meyakinkan. Ih, mas gimana sih? Harus totalitas lah.” Keluh Kanaya.

“Baiklah, terserah kamu saja.” Jawab Bagas mengalah.

“Tapi yang lebih utamanya lagi adalah kita harus bertukar nomor ponsel. Ini bukan modus loh yah mas, ini kan demi misi kita, jadi jangan salah paham.” Sebelum Bagas berfikir macam-macam, Kanaya langsung menjelaskan alasannya meminta nomor.

Akhirnya mereka saling bertukar nomor ponsel, ternyata keduanya sangat niat sekali menjalankan rencana gila ini bersama. Tapi rasanya tidak buruk juga bagi Bagas, karena Kanaya adalah jenis wanita yang ceplas-ceplos dan apa adanya. Dia juga tidak seperti wanita kebanyakan yang mendekati Bagas, bahkan Kanaya tidak pernah yang namanya jaga image. Itulah alasan mengapa Bagas langsung bisa dekat dengan gadis itu. Seperti ada tarikan magnet yang membuat Bagas bisa mendekat pada Kanaya.

“Nanti malam aku kirimin deh apa aja yang harus mas Bagas isi. Nah, kalau bisa harus langsung di hafalkan biar besok pas mas nemenin aku ke acara keluarga gak bingung.” Pinta Kanaya.

“Iya-iya.” Jawab Bagas.

Entah mengapa Bagas menurut saja dengan apapun pendapat gadis yang kini menjadi pacar pura-puranya. Padahal Bagas paling tidak suka di suruh-suruh, apalagi oleh perempuan asing. Bagas paling tidak suka diatur-atur apalagi disuruh yang ribet-ribet, tapi kenapa dia menurut saja pada semua permintaan Kanaya yang padahal menurutnya semua itu sudah masuk kategori ribet.

“Hah, akhirnya sedikit lega deh.” Kanaya menghela napasnya.

“Kamu sudah makan?” tanya Bagas.

“Belum mas, habisnya dari tadi kan aku galau. Jadi cuma pesan minuman doang deh.” Keluh Kanaya.

“Ya sudah, saya tlaktir kamu makan yah. Anggap saja sebagai perayaan di mulainya kerjasama kita.” Bagas ingin mentlaktir Kanaya makan.

“Wah, serius mas? Makasih loh.”

“Hmm.” Jawab Bagas.

“Mas, sekalian saja sekarang kita saling mengenalkan diri satu sama lain. Sekalian makan gitu, biar enak aja nantinya.” Usul Kanaya.

“Boleh.” Jawab Bagas.

“Sekalian saja nanti saya anter kamu pulang dan menemui orangtuamu. Kata kamu, bapak kamu lagi sakit kan? Siapa tau dia jadi lebih mendingan saat tau kamu punya pacar.” Kini Bagas yang berinisiatif mengusulkan idenya.

“Wah, bagus tuh mas idenya. Aku sih setuju banget, asal mas lagi gak sibuk aja.” Jawab Kanaya girang.

“Tidak sibuk kok, jadi biar besoknya saya bisa jemput kamu langsung kerumah. Kan katanya kamu mau mengajak saya keacara keluargamu.” Ujar Bagas.

Kapan nikah? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang