“Sebagian besar orangtua menganggap anak sebagai beban ketika usianya sudah semakin tua dan anaknya ada yang belum menikah.
Mereka menganggap dengan sudah menikahkan semua anaknya maka perasaannya akan menjadi lebih lega, seperti beban berat dalam pundaknya mulai terlepas.
Sehingga mereka jadi lebih tenang dalam menjalani hari tua yang mereka anggap sudah tidak ada banyak waktu lagi itu.”
BAB 08
Pagi ini seperti biasa Kanaya sarapan bersama kedua orangtuanya, mamanya memasak nasi goreng favorit Kanaya sehingga dirinya makan dengan lahap.
“Nay, bapak dengar Fera udah mau lamaran terus menikah yah?”
Mendengar pertanyaan dari bapak nya membuat Kanaya meyakini bahwa pagi ini mood nya akan kembali rusak. Tapi hal ini pasti memang akan terus terjadi, bapak nya pasti sudah tau tentang pernikahan Fera dari orangtua Fera atau saudara yang lainnya.
“Iya pak,” jawab Kanaya.
“Kamu kapan Nay, bapak sudah tidak muda lagi. Kamu tau kan, bapak juga sering sakit-sakitan. Harapan bapak adalah bisa menyaksikan anak bungsu bapak menikah. Bapak juga mau menjadi wali dan menikahkan kamu, bapak khawatir kalau suatu saat bapak tiba-tiba di panggil sama Allah. Bapak masih ada beban yang belum di tuntaskan, yaitu menikahkan kamu. Kalau kamu sudah menikah, hati bapak bisa menjadi lebih lega dan pikiran bapak menjadi lebih ringan.” Panjang lebar bapaknya mengutarakan isi hatinya.
Kanaya merasakan dadanya sesak, tenggorokannya terasa susah untuk menelan makanannya. Mengapa orangtua selalu menganggap anak sebagai beban, dan selalu beranggapan kalau sudah menikahkan anak mereka maka beban mereka akan hilang? Jika Kanaya terlahir hanya untuk menjadi beban, dia juga kalau bisa lebih memilih untuk tidak di lahirkan saja.
Lagi pula untuk apa di lahirkan kalau hanya menjadi beban? Lagi pula kalau dulu bisa memilih, dia juga tidak mau lahir ke dunia yang kejam ini. Lebih baik dia hidup di surga saja sehingga tidak merasakan kepahitan dunia. Tidak ternodai dengan banyak dosa yang kelak akan menyeretnya ke neraka.
“Doakan saja pak, bapak gak boleh ngomong kaya gitu. Bapak harus sehat dan panjang umur, Kanaya sayang sama bapak dan mama. Maafkan Kanaya yang belum bisa membanggakan serta membahagiakan kalian. Maafkan Kanaya yang tidak bisa menjadi anak yang seperti kalian inginkan, maaf juga Kanaya sampai detik ini masih menjadi beban mama dan bapak.” Kanaya sebisa mungkin menahan air matanya untuk tidak mengalir.
Bapaknya memang sering sakit-sakitan, apalagi bapaknya memiliki penyakit jantung. Kanaya sangat sedih mengetahui bahwa di mata kedua orangtuanya, dirinya dianggap sebagai beban yang ingin cepat-cepat di lepaskan. Padahal Kanaya sangat menyayangi kedua orangtuanya, dia masih ingin hidup seperti ini bersama kedua orangtuanya. Tapi kedua orangtuanya malah berharap agar Kanaya cepat-cepat menikah sehingga beban yang mereka pikul sedikit berkurang.
“Bapak dan mama juga berharap panjang umur dan selalu sehat agar bisa mendampingi kalian, tapi umur tidak ada yang tau Kanaya. Kemarin saat om Baskoro meninggal karena penyakit jantung, bapak jadi berkaca pada diri bapak sendiri. Bapak takut kalau suatu hari bapak di panggil, tapi kamu belum menikah. Bapak juga ingin menikahkan Kanaya, menyerahkan Kanaya pada suami yang baik dan melihat Kanaya memulai hidup baru seperti kak Leoni.”
Tanpa terasa, air ata Kanaya meleleh saat mendengar ungkapan isi hati dan kecemasan dari bapaknya. Memang kemarin om nya yang bernama Baskoro meninggal karena penyakit jantung. Om Baskoro merupakan saudara dari bapak yang paling dekat, mereka bahkan pernah di rawat di kamar yang bersebelahan dengan penyakit yang sama. Tentu saja kepergian om Baskoro membuat bapak Kanaya sangat terpukul, membuatnya menjadi banyak pikiran.
“Bapak gak boleh terlalu banyak pikiran, nanti kalau bapak sakit bagaimana? Kanaya janji akan secepatnya membawa calon menantu kehadapan bapak sama mama.” Tekad Kanaya tanpa pikir panjang, dia hanya ingin menghibur hati bapaknya agar tidak terlalu banyak pikiran yang nantinya bisa menyebabkan bapaknya jatuh sakit lagi karena drop.
“Bapak sama mama senang mendengarnya nak, kami selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Semoga kamu mendapatkan suami yang baik, sholeh, bertanggungjawab, setia, yang keluarganya baik dan menyayangimu seperti kami menyayangimu. Kami juga selalu mendoakan semoga suamimu kelak adalah pria yang dewasa dan sabar dalam menghadapi sifatmu yang manja, kekanakan dan keras kepala.” Ujar Bapaknya penuh harapan.
“Aamiin. Kalau begitu Kanaya pamit berangkat kerja dulu ya pak, ma. Assalamualaikum.” Pamit Kanaya pada kedua orangtuanya.
Dia ingin segera keluar karena kalau semakin lama di rumah, nanti akan semakin banyak air mata yang tumpah. Kanaya tidak mau pergi mengajar dengan kondisi mata yang bengkak di karenakan menangis.
“Waalaikumsalam, hati-hati Naya.”
“Duh, gue mau cari calon suami kemana coba. Udahlah, yang penting bapak tenang aja dulu.” gerutu Kanaya saat mengeluarkan motornya menuju depan gerbang.
Kanaya menjalankan motor matic nya menuju sekolah tempatnya mengajar. Di jalan dia tidak sengaja bertemu salah satu muridnya yang sepertinya sedang menunggu kendaraan umum untuk berangkat ke sekolah. Kanaya menepikan motornya, berniat mengajak muridnya berangkat bersama saja. Dia memang suka memberikan tebengan pada muridnya atau pada guru lain yang rumahnya memang searah dengannya. Itu salah satu alasan Kanaya mudah akrab dengan rekan kerja serta murid-muridnya.
“Bombom, kamu menunggu angkot?” Tanya Kanaya.
“Iya nih bu, tapi dari tadi belum ada yang datang.” Jawab Bombom.
Dia merupakan salah satu siswa yang menurut Kanaya masih polos karena dirinya selalu tampil rapih, tidak pernah neko-neko, bahkan Bombom sering di katai anak mama karena dirinya selalu membawa bekal kesekolah yang isinya di hias-hias dengan lucunya. Belum lagi Bombom di larang pergi kesekolah dengan membawa kendaraan sendiri. Makanya mamanya selalu menyuruhnya naik angkutan umum atau ojek saja. Terkadang mamanya yang mengantar Bombom sekolah, tapi kalau sibuk dia akan menyuruh Bombom naik kendaraan umum.
“Ya sudah, kamu ikut ibu saja. Ini kan sudah siang takutnya malah kamu terlambat.” Ujar Kanaya.
“Serius bu? Wah terimakasih banyak bu.” Dengan wajah cerahnya kini Bombom langsung naik ke motor Kanaya.
Kanaya pun kembali melajukan motornya menuju ke sekolah. Di parkiran kebetulan ada Abigail dan teman-temannya yang masih nongkrong disana, mereka melihat Bombom yang membonceng Kanaya. Seketika wajah Abigail berubah kesal, dia juga ingin lebih dekat dengan gurunya itu.
“Wah Abigail, si Bombom nebeng bu Kanaya tuh.” Juna mengompori temannya.
“Bisa-bisanya lo kalah sama si Bombom yang anak mamah.” Niko juga ikut memanasi Abigail.
“Bukan nya bu Kanaya emang sering nebengin muridnya yah? Dia juga sering tuh kasih tebengan buat guru lain yang rumahnya searah.” Aji malah dengan polosnya mengatakan hal yang bertentangan dengan Niko dan Juna. Padahal niat mereka berdua ingin memanasih Abigail, mereka berdua langsung memberikan tatapan tajam seolah mengkode Aji agar diam.
“Yah sayang banget dong, rumah Abigail kan gak searah sama bu Kanaya. Udah lah Abigail, lo nyerah aja sama dia. Lagian dia itu guru kita, dari segi umur bedanya tujuh tahun loh bro ternyata. Bu Kanaya pasti nyarinya calon suami lah bukan pacar lagi, gak mungkin kesampaian juga Abigail. Mending move on dari sekarang dan nyari yang lebih realistis.” Ujar Herman memberikan nasehatnya.
“Iya yah, dia pasti nyarinya calon suami yang mengajaknya menikah bukan pacaran. Lo kan gak mungkin nikah muda bro, pokoknya cinta kalian gak akan bersemi deh. Bener kata Herman, mending lo move on dari sekarang biar gak buang-buang waktu.” Juna ingin agar sohib nya itu tersadar dan berhenti mencintai sesuatu yang akan sia-sia nantinya. Dia tidak mau perasaan Abigail semakin dalam pada gurunya itu, karena dia yakin cinta temannya akan berujung kandas. Jadi akan lebih baik kalau di akhiri saja dari sekarang.
“Bacot lo semua.”
Dengan dingin Abigail tidak mendengarkan pendapat dan nasehat dari teman-temannya. Dia tetap pada pendiriannya, perasaannya pada gurunya itu, menurut dirinya bukan sekedar cinta monyet.
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komentarnya 🥳 Terimakasih 💓
![](https://img.wattpad.com/cover/270327316-288-k326017.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan nikah?
RomanceFollow dulu sebelum baca! Kanaya seorang guru honorer di SMA ternama yang masih betah menjomblo diusianya yang sudah 24 tahun, membuatnya kerap mendapatkan pertanyaan "Kapan Nikah?" Dari orang-orang. Suatu hari dia berurusan dengan dua pria. Pertam...