Hanya tinggal harapan

617 72 1
                                    

"Saat kita semakin dewasa, maka waktu akan terasa semakin cepat berlalu. Tiba-tiba satu persatu temanmu menikah, satu persatu temanmu mulai terlihat mencapai kesuksesannya.

Dan rasa gagal karena kamu berfikir tidak seberuntung mereka akan terbesit dalam dirimu. Tapi ingatlah, setiap orang punya takdirnya masing-masing. Punya definisi suksesnya sendiri.

Yang harus kamu lakukan adalah jadilah yang terbaik versi dirimu, bukan versi oranglain."

BAB 02

Bagi Kanaya, dia senang karena akhirnya saudara sekaligus sahabatnya itu bisa menemukan tambatan hatinya. Tapi segelintir rasa sedih itu juga ada, dia sedih karena jika nanti Fera menikah pasti dia akan sibuk dengan kehidupan keluarga barunya. Tidak ada lagi teman cerita, tidak ada lagi teman saling menguatkan dan akan semakin berat juga beban Kanaya dalam menghadapi cibiran dari oranglain.

Kilasan bayangan masalalu kebersamaannya dengan Fera mulai terbayang di benaknya. Entah mengapa itu malah semakin membuatnya sedih, dia merasa semakin sendiri.

Flashback On

Saat ini usia Fera dan Kanaya menginjak 23 tahun, mereka sama-sama mengikuti tes CPNS namun hanya Fera yang lulus. Saat itu Kanaya merasa sangat terpukul, namun Fera selalu berada di sampingnya dan senantiasa menghiburnya.

"Gapapa Kanaya, kan lo bisa mencobanya tahun depan. Jangan patah semangat yah." Dengan tanpa henti Fera selalu menyemangati Kanaya dalam kegagalannya.

"Iya, semoga tahun depan gue berhasil deh."

Setiap masalah mereka selalu saling menguatkan satu sama lain, termasuk saat Fera merasa begitu tertekan dengan tuntutan dari kedua orangtuanya terkait pernikahan. Karena di keluarga besar mereka menikah muda itu sudah menjadi seperti tradisi. Bukan hanya di keluarga sih, melainkan memang masyarakat di daerahnya kebanyakan menikah muda. Untungnya orangtua Kanaya tidak sebegitu menuntutnya di bandingkan orangtua Fera.

"Hiks, gue pasrah Nay. Kalau mereka mau menjodohkan gue yaudah jodohin aja sekalian. Gue juga kalo emang udah ada calonnya pasti nikah, ini kan belum ada." Dengan sesenggukan Fera menangis mengadukan kegundahan hatinya pada Kanaya.

"Lo gak sendiri Fera, gue aja masih jomblo sampai sekarang. Sabar yah kita saling menguatkan satu sama lain." Kanaya juga merasakan perasaan yang sama dengan Fera.

"Lo tau kan anaknya tante Mirna yang kemarin baru lulus SMA?" Tanya Fera.

"Oh si Tari kan? kenapa emang?" Tanya Kanaya penasaran.

"Dia besok mau lamaran, kemungkinan kita di suruh kesana bantu-bantu masak-masak sekalian ikut menyaksikan." Ujar Fera.

"Astaga, si Tari kan baru lulus SMA. Umurnya aja masih berapa tahun, pada cepet-cepet banget sih nikah. Jadinya kan yang udah semakin berumur kaya gue gini tapi masih jomblo makin di sudutkan." Ujar Kanaya malas.

"Iya makanya gue males, gue cari alesan ajalah biar gak kesana. Sumpah ya ini kita berdua makin di hujat sama saudara-saudara yang lain."

Fera sudah bisa memprediksi pasti mamanya nanti sepulang dari rumah tante Mirna akan semakin mencecar dirinya untuk segera menikah. Sungguh Fera harus benar-benar menguatkan hati dan kupingnya nanti.

"Sama lah, males banget pasti isinya nanti kita di hujat." Ujar Kanaya.

Menurut Kanaya, saat seseorang memilih menjauh bukan berarti dia membenci. Tidak, Kanaya tidak membenci siapapun bahkan kalau bisa dia juga ingin datang dan menyaksikan acara prosesi lamaran Tari. Tapi Kanaya lebih memilih melindungi hatinya, terdengar egois memang tapi mau bagaimana lagi. Karena menurut Kanaya kalau bukan kita sendiri yang menjaga hati lantas siapa lagi?

Tugas orang lain kan kebanyakan menyakiti tanpa di sadari, jadi sebagai perlindungan diri menurutnya tidak salah jika sesekali dia menghindar demi melindungi hatinya agar tidak terluka jauh lebih dalam.

"Gue gak bisa bayangin kalau nanti salah satu diantara kita nikah duluan, gue pasti bakal sedih banget kalau misalkan lo nikah duluan daripada gue." Ujar Fera.

"Sama lah Fer, gue pasti bakal nangis kenceng kalau suatu hari nanti lo nikah duluan di banding gue. Gue rasanya gak sanggup, pasti gue jadi ngerasa sendiri banget deh."

Kanaya membayangkannya saja sudah berkaca-kaca, akhirnya keduanya menangis bersamaan. Dua orang yang sering di hujani pertanyaan seputar "Kapan nikah?" hingga gunjingan dan nyinyiran baik di depan maupun di belakang mereka. Keduanya pasti akan merasa sedih jika salah satu diantaranya menikah terlebih dahulu.

"Semoga kita nikahnya barengan yah. Semoga jodoh kita datangnya barengan biar kita gak merasa di tinggalkan." Ujar Fera tulus.

"Aamiin Fer, gue juga berharap demikian."

Flashback Off

Akhirnya hari itu datang juga, Kanaya sudah bisa menduga sebelumnya kalau suatu hari nanti akan tiba hari ini. Hari dimana salah satu dari mereka akan terlebih dahulu menemukan tambatan hati dan melepas masa lajangnya. Dan ternyata Kanaya lah yang tertinggal, dia memang sudah bisa memprediksi sebelumnya dan sejujurnya dia juga sudah menyiapkan jauh-jauh hari untuk hal ini. Tapi mengapa rasanya sangat berat sampai air mata ini tidak bisa di bendung. Padahal yang Kanaya inginkan adalah tersenyum sambil tertawa bahagia saat Fera memberitahu hal ini.

Tapi baru mendengar kabar ini saja air matanya sudah mengalir deras, bagaimana nanti saat acara pertunangan atau pernikahan saudaranya itu. Ternyata rasanya lebih berat di tinggal menikah oleh sahabat di banding di tinggal menikah oleh mantan atau gebetan.

Salah satu mantan Kanaya sudah bertunangan saat itu, dia tidak sengaja melihat postingan dari salah satu temannya yang mengunggah foto pertunangan dari mantan pacarnya itu. Tapi entah mengapa respon Kanaya biasa saja, tidak merasakan sakit atau perasaan lainnya. Menurutnya itu hanya cinta monyet, lagi pula dulu mereka hanya berpacaran selama satu bulan saja.

Belum lagi saat dia melihat cinta pertamanya memiliki kekasih, rasanya memang berbeda karena Kanaya merasakan sakit. Tapi dia tidak sampai menangis pilu begini. Tapi kenapa patah hati di tinggal sahabat menikah jauh lebih menyakitkan dari pada hal lain.

"Hiks hiks.. aku ikut bahagia Fer, maaf aku tidak bisa menahan air mataku." Suara Kanaya nampak lebih berat dan serak.

Dalam dadanya terasa begitu sesak dan sakit, dia sendiri bingung dengan perasaan campur aduk ini. Dia hanya berharap semua ini mimpi, namun ketika dia diam-diam mencubit tangannya sendiri dan ternyata rasanya sakit. Ini bukan mimpi, sungguh Kanaya merasakan perasaan pilu yang mungkin menurut oranglain ini berlebihan. Tapi sungguh Kanaya tidak kuat menahannya, sesak di dadanya dan air mata yang terus mengalir.

Ketakutan akan kesepian dan di tinggal sendiri menjadi bumbu pahit yang menambah luka di hatinya. Belum lagi ketakutan menghadapi gunjingan, nyinyiran dan pertanyaan yang akan terlontar nantinya. Dia benar-benar merasa sendiri, dia merasa gagal dalam hidupnya. Mengapa hidupnya terasa tidak ada yang berhasil? Impiannya masih belum terwujud, kisah cintanya bisa di bilang gagal karena sampai detik ini Kanaya masih betah menyendiri.

Walau terkadang dalam hati kecilnya, tidak dapat di pungkiri akan ada masa dimana dia juga membutuhkan orang lain, membutuhkan perhatian dari orang lain, membutuhkan cinta seperti oranglain. Namun sayangnya Kanaya merasa gagal dalam hidupnya, terutama kisah cinta. Selama ini dia mencintai orang yang tidak mencintainya, tetapi dia sulit sekali membuka hati untuk orang-orang yang mencintai dan mengejarnya. Sungguh Kanaya sendiri merasa aneh dengan dirinya sendiri.

Ada saatnya dia iri melihat pasangan romantis dan teman-temannya yang sudah menemukan tambatan hati serta kehidupan baru. Namun saat ada yang mendekatinya Kanaya malah merasa tidak nyaman dan tidak suka. Rumit sekali hatinya, tapi jujur Kanaya ingin seperti orang lain. Bisa di cintai dan mencintai, karena selama ini Kanaya mencintai orang namun orang itu tidak mencintainya. Sementara Kanaya di cintai orang lain, hanya saja Kanaya sendiri tidak mencintainya.

TBC

Tinggalkan jejak vote dan komentarnya 🥳 Terimakasih 💓

Kapan nikah? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang