“Semakin kita dewasa, maka kita akan merasa bahwa waktu berputar begitu cepat.”
Bagaskara Arjuna Sudibyo adalah anak tunggal dari pasangan Rahmat Sudibyo dan Ratih Sudibyo. Pria bertubuh kekar dengan tinggi badan mencapai 178 cm itu memiliki kulit putih dengan wajah tampan, hidung mancung, bibirnya yang bisa di bilang sexy, dada bidang, dan rahang yang kokoh membuatnya menjadi pria yang di gandrungi banyak kaum hawa.Namun sifatnya yang dingin, cuek, perfeksionis, membuatnya enggan meladeni para gadis yang mengejar dirinya. Di usianya yang sudah menginjak 29 tahun, dirinya masih betah melajang. Padahal dia nyaris sempurna untuk menjadi suami ideal dan menantu dambaan para mertua. Selain sifatnya yang barusan, dia juga memiliki sisi dewasa, bertanggung jawab dan taat agama. Selain itu di usianya yang memang sudah dewasa itu, Bagas sudah menjadi pria yang mapan.
Dia merupakan salah satu CEO muda yang bisa di bilang Berjaya berkat usaha dan kerja kerasnya. Bagas sudah berkelut di dunia bisnis sejak dirinya masih duduk di bangku kuliah. Saat itu dia berusaha mengembangkan bisnis keluarganya supaya menjadi lebih besar lagi. Dengan kerja kerasnya kini bisnisnya bisa di bilang cukup maju dan sudah memiliki cabang di beberapa kota di Indonesia. Bahkan rencananya perusahaan Bagas akan melebarkan sayapnya sampai ke luar negeri dalam waktu dekat.
Semua aspek membuatnya menjadi calon suami dan calon menantu idaman, namun sayangnya Bagas seperti menghindar dari yang namanya cinta. Bagas lebih suka bekerja keras tanpa mempedulikan urusan asmara yang menurutnya tidak penting, sehingga dirinya mendapat julukan workaholic dari beberapa orang yang mengenalnya atau dekat dengannya.
“Bagas, kapan kamu mau bawa calon istri ke hadapan mama sama papa?”
Sudah lelah rasanya Ratih terus menanyai anak semata wayangnya itu, hingga detik ini putra semata wayangnya masih saja sibuk bekerja dan asik melajang. Padahal Ratih dan Rahmat sudah teringin sekali memiliki menantu dan menimang cucu seperti yang lain. Ratih dan Rahmat mencemaskan Bagas, mengapa sampai saat ini dirinya masih betah sendiri. Padahal anaknya itu tampan dan juga mapan, banyak sekali gadis yang mengejarnya tapi selalu di tolak. Bahkan anak dari teman-teman Ratih dan Rahmat sering kali meminta di dekatkan dengan Bagas, padahal mereka semua cantik, pintar dan dari keluarga terpandang. Tapi tak ada satu pun yang menarik perhatian Bagas. Mereka khawatir jika Bagas memiliki kelainan menyimpang, apakah bagas Homoseksual atau bahkan impoten.
“Nak, kamu sudah cukup sekali usianya untuk menikah. Teman-teman seumuranmu juga sebagian besar menikah dan memiliki anak. Sampai kapan kamu mau menyendiri? Mama dan papa mencemaskanmu, kamu adalah anak kami satu-satunya.” Ujar Rahmat menasehati anaknya.
“Bagas, kamu jujur sama mama. A-apa kamu, memiliki kelainan?”
Dengan penuh kehati-hatian Ratih menanyakan hal yang sensitive pada anaknya. Sudah lama dia ingin menanyakan hal ini, tapi selalu tertunda. Kini dia memberanikan diri untuk bertanya pada Bagas karena ini semua juga demi kebaikan anaknya. Jika anaknya jujur mengenai masalahnya, maka Ratih dan suaminya pasti akan mengupayakan penyelesaian dengan sebaik mungkin.
“Uhuk.. uhuk..” saking kagetnya saat mendengar pertanyaan dari sang mama, Bagas sampai tersedak.
“Maksud mama apa?” Tanya Bagas yang tak habis pikir dengan pertanyaan mamanya.
“M-maksud mama, kamu harus jujur sejujur-jujurnya sama kita. Jadi biar kita bisa membantu masalahmu, Bagas apa kamu memiliki kelainan? M-misalkan penyuka sesama jenis a-atau mungkin kamu i-impoten?” Tanya mamanya harap-harap cemas.
“Apaan sih mah! Mana ada aku begitu, aku normal dan aku juga gak impoten.” Jawab Bagas tegas.
Dia tidak habis pikir, mengapa mamanya bisa sampai berfikir kalau dirinya homo atau bahkan impoten. Memangnya kenapa kalau belum siap menikah? Bagas hanya tidak mau saja jika memaksakan menikah dengan orang yang tidak dia cintai dan dalam kondisi yang memang dirinya belum siap dengan yang namanya pernikahan. Dia tidak mau istrinya nanti bersedih atau menderita karena Bagas tidak memperlakukannya dengan baik dan semestinya. Dia hanya tidak mau anak orang terjebak dalam pernikahan dengannya yang dia sendiri merasa belum siap untuk menikah.
“Habisnya kenapa kamu malah asik melajang? Kamu bahkan menolak gadis-gadis cantik yang bersedia menjadi istrimu. Mama sama papa kan jadi khawatir takutnya kamu menyimpang atau punya kelainan.” Ujar mamanya.
“Astaga mah, aku menolak karena memang aku tidak suka dan alasan sebenarnya adalah karena aku belum siap menikah.” Jawab Bagas.
“Kamu mau sampai kapan belum siapnya Bagas? Kapan kamu akan siap? Usia kamu sudah tidak muda lagi, dan yang harus kamu ingat adalah usia kami juga sudah semakin menua. Kami hanya ingin melihat anak semata wayang kami menikah, cobalah Bagas kamu mulai cari calon dari sekarang. Mama mohon sama kamu, cepat menikah nak.” Pinta mamanya dengan nada putus asa membuat Bagas tidak tega.
Selama ini Ratih dan suaminya selalu meminta Bagas menikah, tapi anaknya hanya santai dan cuek saja dalam menanggapinya. Hingga akhirnya usia Bagas sudah menginjak 29 tahun namun belum ada tanda-tanda adanya calon mantu.
“Iya mah, doakan Bagas yah.” Ujar Bagas.
“Jangan iya-iya doang Bagas, kamu benar-benar harus serius mencari calon istri. Kali ini papa sudah tidak bisa bersabar lagi, kalau sampai di usiamu yang ke 30 nanti tapi kamu belum juga membawa calon istri. Maka jangan salahkan papa kalau papa dan mama akan menjodohkanmu dengan gadis pilihan kami. Dan jika itu sudah terjadi, maka suka atau tidak suka, kamu harus menikah dengan pilihan kami.” Kali ini Rahmat memberikan ultimatum yang tegas pada anaknya.
Peringatan dari papanya membuat Bagas semakin uring-uringan, dia tidak mau di jodohkan. Tapi kemana Bagas harus mencari calon istri? Walau sebenarnya gampang sekali baginya mendapatkan wanita. Tanpa dirinya yang mencari para wanita itu sudah datang dengan sendirinya. Tapi entah mengapa tidak ada yang Bagas sukai diantara mereka.
“Iya mah pah, Bagas akan mencari calon istri sendiri. Dan akan aku pastikan membawanya sebelum usiaku menginjak tiga puluh tahun.” Ujar Bagas membuat kedua orangtuanya senang bukan main karena mereka tau kali ini Bagas bersungguh-sungguh dalam ucapannya.
“Kalau begitu, Bagas pamit berangkat ke kantor dulu ya mah pah. Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Dengan sopan bagas berpamitan kepada kedua orangtuanya. Tak lupa Bagas juga mencium tangan kedua orangtuanya.
“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.” Ujar kedua orangtuanya menjawab salam dari anak semata wayangnya yang memang sopan sejak dulu.
Di dalam mobil saat perjalanan menuju kantornya, Bagas kini uring-uringan mengingat peringatan yang di buat oleh papanya. Dia juga teringat janji yang di buatnya sendiri dan bisa-bisanya Bagas mengucapkannya dengan penuh percaya diri.
“Astaga, mau cari calon istri dimana coba.”
Bagas mengusap mukanya dengan kasar, dia bingung dengan tuntutan ini. Dia menyalahkan waktu yang menurutnya berputar terlalu cepat. Mungkin karena ini sudah akhir jaman, karena salah satu tandanya adalah perputaran waktu yang terasa sangat cepat. Entahlah, tapi saat ini dirinya sedang benar-benar pusing.
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komentarnya 🥳 Terimakasih 💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan nikah?
RomanceFollow dulu sebelum baca! Kanaya seorang guru honorer di SMA ternama yang masih betah menjomblo diusianya yang sudah 24 tahun, membuatnya kerap mendapatkan pertanyaan "Kapan Nikah?" Dari orang-orang. Suatu hari dia berurusan dengan dua pria. Pertam...