“Dalam hidup, akan selalu ada yang namanya di banding-bandingkan. Dan akan selalu ada masa membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Percayalah bahwa setiap orang memiliki keistimewaannya sendiri.”
.
.
.BAB 15
“Serius nih Abigail, kenapa lo udah kaya anak perawan lagi kasmaran deh.” Ejek Juna.
“Iri? Bilang bos.” Jawab Abigail santai. Pada kenyataannya memang Abigail sedang di landa kasmaran.
“Dah lah, capek ngomong sama bucin baru.” Kesal Niko.
“Iya gue jawab, tadi gue minta di anterin sama sopir ke deket rumah Bu Kanaya. Terus gue suruh lah si Pak Udin ini pulang, pas Bu Kanaya lewat langsung deh gue berhentiin dan minta nebeng.” Jawab Abigail.
“Kok dia gak curiga tiba-tiba lo ada di kompleks rumahnya?” Tanya Aji penasaran.
“Gue bohong lah, gue bilang kalau semalam menginap di rumah saudara di dekat situ. Dan motor gue kebetulan di bengkel, dari tadi nungguin angkutan umum gak ada yang lewat. Akhirnya dia ngebolehin gue berangkat bareng deh.” Jawab Abigail membuat teman-temannya tercengang.
Abigail rupanya serius ketika bilang ingin mengejar Bu Kanaya agar menjadi lebih dekat dengannya. Mereka pikir Abigail akan menyerah, tapi mental juang nya benar-benar tak mau kalah.
“Udah yah, gue mau masuk kelas. Kata Bu Kanaya gue gak boleh nongkrong gak jelas. Mending kalian masuk deh ayo bareng gue.” Ajak Abigail membuat teman-temannya kembali melongo, bahkan rahang Juna nyaris jatuh sepertinya.
“Bener-bener jadi bucin nih si Abigail.” Ujar Niko.
Akhirnya mereka memutuskan masuk kekelas bersama dengan Abigail, mereka menjalani hari-hari seperti biasa. Tapi bedanya Abigail setelah makan siang langsung pergi ke perpustakaan untuk belajar. Perubahan sikapnya membuat orang-orang kaget bukan main.
“Pak Handoko, itu loh si Abigail anaknya Pak Sutedjo pemilik sekolah ini. Dia kan dari dulu bandel yah, tapi akhir-akhir ini jadi rajin loh. Tadi saya kaget banget pas lihat dia di perpustakaan, dia sekarang rajin belajar.” Ujar Bu Yuli pada rekan kerjanya. Kanaya tentu juga mendengar pembicaraan itu karena meja mereka berdekatan.
“Iya yah, sekarang dia juga udah anteng gak bolos-bolos atau bikin ulah lagi.” Pak Handoko ikut menyadari perubahan Abigail.
“Saya dengar dia aktif yah di jam pelajaran Bu Kanaya? Bahkan sampai serajin Tomy.” Kini Bu Yuli gentian bertanya pada Kanaya.
“Iya bu, syukurlah kalau sekarang Abigail sudah berubah menjadi anak yang baik. Mungkin karena dia sudah kelas tiga, juga dia sedikit banyak pasti sudah semakin dewasa.” Jawab Kanaya.
“Iya yah bu, saya ikut senang bahkan masih tidak menyangka loh.”
Kanaya kembali berkutat pada pekerjaannya, dia sedang mengoreksi ulangan dari anak-anak didiknya. Kebetulan saat ini Kanaya sedang mengoreksi milik kelas Abigail, dia kaget melihat nilai yang didapat kan oleh anak didik yang dulunya sering remidi karena nilai yang kurang atau bahkan tidak mengerjakan tugas sama sekali.
“Nilai Abigail juga naik loh Bu di pelajaran saya, dia malah nilainya hampir setara dengan Tomy.” Ujar Kanaya.
“Wah, benarkah?” Tanya Bu Yuli penasaran, dia langsung kepo dan menghampiri meja Kanaya untuk melihat nilai dari Abigail.
“Hebat, dia mendapat nilai 97. Ya ampun, Abigail benar-benar mengejutkan.” Pekik Bu Yuli histeris.
Beberapa guru yang lain juga ikut kepo dan melihatnya, mereka tidak menyangka anak dari pemilik sekolah yang selama ini terkenal trauble maker dan seenaknya. Kini dia berubah sangat pesat dari tingkah laku maupun nilainya.
“Saya rasa sih sebenarnya Abigail anak yang pintar, hanya saja dia jadi nakal dan menutupi semua potensi dalam dirinya. Semoga anak itu tidak kembali ke jalan yang salah lagi.” Ujar Kanaya penuh harap.
“Iya yah Bu, dia aslinya pintar, hanya selama ini malas dan nakal saja.” Ujar Bu Monika.
***
Abigail diajak oleh teman-temannya untuk nongkrong sepulang sekolah. Tapi dia tidak mau karena dia harus mengaji, sore ini guru ngajinya akan datang ke rumah. Kedua orangtua Abigail sangat senang melihat perubahan positif dari anaknya.
Sementara itu Kanaya pulang ke rumahnya, dia merebahkan diri setelah mandi, makan dan berganti pakaian. Kanaya tidak menyangka kalau sebentar lagi sahabat sekaligus saudara dekatnya akan bertunangan lalu menikah.
Jika di pikir-pikir, di kompleks rumahnya teman seangkatan SD nya sudah menikah semua kecuali Kanaya, Lovita dan Nadia. Memang sih banyak juga teman seumuran Kanaya yang belum menikah, tapi rumah mereka kan jauh dari Kanaya. Hal itu membuat dirinya semakin di hujat tetangga.
“Pusing banget mikirin hidup, mending nontor drakor aja deh.”
Kanaya memutuskan menghibur diri dengan menonton drama korea yang masih on going. Dia bersyukur karena Bapaknya memasang Wifi di rumah, jadi Kanaya bisa leluasa bermain internet dengan kecepatan penuh. Karena yang memakainya hanya tiga orang saja, dan untungnya tidak ada tetangga yang menumpang Wifi nya karena kebetulan tetangga yang lain sudah memasang Wifi sendiri.
“Kebahagiaan yang nyata pas drama kesukaan gue update.”
Kanaya langsung memantengi laptopnya, dia jadi berandai-andai. Andaikan hidup serta kisah cintanya seindah drama korea, mendapatkan suami yang tampan, setia, mapan, romantis dan kisah cinta yang membara. Sayangnya itu hanya ada di novel maupun drama, jarang sekali ada yang namanya Cinderella di dunia nyata. Jika benar ada, biasanya mertuanya galak dan kejam seperti sinetron di chanel ikan terbang. Hal itu membuatnya bergidik ngeri, dia terkadang tidak sengaja melihat sinetron-sinetron seperti itu saat keluar kamar sekedar mengambil minum atau makan. Kebetulan mamanya penyuka sinetron di chanel itu, tapi Kanaya yang melihatnya malah jadi bergidik ngeri sendiri.
Bahkan dulu Kanaya sampai takut menikah karena di otaknya bayangan ibu mertua itu seperti di sinetron ikan terbang yang suka menyiksa menantu sholehahnya. Maklumlah mama Kanaya sudah sejak dulu penggemar sinetron itu. Jadi saat Kanaya SMP sampai SMA sering juga dia melihatnya secara tidak sengaja. Kanaya sampai hafal dengan isi ceritanya yang seputar perselingkuhan, berebut suami, suami yang kasar, istri durhaka, mertua durhaka, tetangga yang dzolim dan ya seputar itu. Tentu saja hal itu membuat Kanaya malah takut dengan yang namanya pernikahan.
Tapi semenjak dia remaja, Kanaya lebih memilih melihat sinetron cinta-cintaan remaja maupun drama korea. Jadi otaknya sedikit lebih tenang dari pada biasanya.
“Andai hidup ini seindah drama korea atau seindah cerita novel, sayangnya dunia tidak semanis itu.” Keluh Kanaya.
Kanaya terkadang mengeluh dengan hidupnya sendiri yang dirasa selalu gagal dalam segala aspek. Sejak kecil selalu menjadi bahan perbandingan dengan anak tetangga maupun kakaknya. Kisah cintanya sejak remaja tidak pernah seindah mereka, entah mengapa siklus Kanaya adalah mencintai orang yang sepertinya tidak mencintainya dan menolak orang-orang yang tulus mencintai dan mengejar cintanya. Bahkan dalam karier saja dia merasa gagal, kakak nya menikah dengan seorang TNI sedangkan sang kakak sendiri adalah seorang bidan dan sudah memiliki tempat praktek sendiri. Itu sebabnya dia selalu di banding-bandingkan, apalagi kisah cinta kakaknya sangat manis karena dia dan suaminya sudah berpacaran sejak SMA dan mereka berjuang bersama dari nol.
Kanaya hanya bisa meratapi nasibnya sendiri, kenapa hidupnya tidak semulus kisah orang lain. Misalnya dalam satu bidang dia gagal, ada bidang lain kek yang membuatnya bersinar. Tapi menurutnya dalam bidang apapun Kanaya selalu redup, bahkan sejak dulu dia tidak pernah menang undian di setiap lomba seperti jalan santai, tujuh belasan di rumah, sekolah maupun di mana saja. Bahkan untuk sekelas hadiah centong nasi saja dia tidak pernah dapat. Dia merasa dewi fortuna memusuhinya sejak kecil, padahal dia tidak tau apa salahnya.
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komentarnya 🥳 Terimakasih 💓

KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan nikah?
RomanceFollow dulu sebelum baca! Kanaya seorang guru honorer di SMA ternama yang masih betah menjomblo diusianya yang sudah 24 tahun, membuatnya kerap mendapatkan pertanyaan "Kapan Nikah?" Dari orang-orang. Suatu hari dia berurusan dengan dua pria. Pertam...