Curhat

350 71 9
                                    

“Orang yang paling memahami masalahmu adalah dia yang pernah atau sedang mengalami masalah serupa denganmu.”

BAB 12

“Oh ya?” Bagas sampai tidak bisa mengontrol ekspresi kaget dan tidak menyangkanya itu.

Bagaimana tidak, selama ini dirinya tidak pernah mau mendengar pendapat atau pandangan orang lain terhadapnya. Siapa sangka Bagas memiliki sisi baik untuk di ceritakan. Semua cerita itu memang benar, Bagas dulu bekerja sangat keras di usia muda untuk memajukan kembali bisnis keluarganya yang nyaris hancur.

“Iya, mereka bercerita tentang hal yang sama. Bahkan aku sampai hafal saking seringnya mereka mengulang cerita itu.” Ujar Kanaya membuat Bagas tertawa melihat ekspresi Kanaya yang seperti merasa kesal karena sering mendengar cerita yang sama berulang kali.

“Memangnya benar begitu yah ceritanya? Kamu kan juga bekerja disana?” Tanya Kanaya.

“Ya, begitulah.” Jawab Bagas.

“Aku penasaran, setampan apa sih bos dari perusahaan itu. Sampai membuat karyawatinya membuat sebuah grup fanbase sendiri, sudah seperti idol K-pop saja.” Ujar Kanaya dengan raut penasaran yang tidak bisa dia sembunyikan.

Bagas melongo tak percaya mendengar penuturan Kanaya tentang karyawati nya yang membuat grup fanbase. Ternyata ada-ada saja tingkah para karyawannya.

“Menurutku dia biasa saja, tidak setampan yang di gembar-gemborkan. Buktinya dia masih belum menikah atau memiliki kekasih di usianya yang hampir kepala tiga.” Ujar Bagas, mengejek dirinya sendiri.

“Hah, kamu kan pria. Tentu saja biasanya pria tidak mau memuji sesamanya, beda dengan wanita. Mereka akan saling melempar pujian, walau mungkin pujian itu palsu atau sekedar mengharapkan balasan.” Cibir Kanaya membuat Bagas tak kuasa menahan tawanya.

“Jadi kamu juga begitu? Memuji orang agar di puji balik.” Tanya Bagas di sela tawanya.

Ternyata berbincang dengan Kanaya menyenangkan juga menurut Bagas, mungkin karena mereka memiliki masalah dan cara pandang yang sama sehingga Bagas merasa lebih nyaman berada di dekatnya di banding dengan wanita lain.

“Gak lah, aku mah kalau mau memuji ya puji aja tanpa yang namanya tipu-tipu atau mengharapkan balasan. Bahkan aku malah malas kalau di puji balik, karena aku merasa tidak ada yang bisa di puji sehingga aku jadi merasa pujian yang di lontarkan hanyalah kepalsuan belaka.” Jawab Kanaya jujur.

“Oh iya, pantesan aja mereka sampai membuat grup fanbase. Ternyata bos kalian itu tampan-tampan tapi masih lajang toh. Tapi mencurigakan gak sih, dia kan tampan, kaya dan banyak yang suka. Kaya nya gak mungkin deh dia memilih melajang dengan cuma-cuma. Bisa jadi ada kemungkinan kalau dia playboy dan suka bermain wanita, biasanya kalau di novel atau di film kan begitu. Bos ganteng dan tampan pasti pemain wanita.” Ujar Kanaya mengutarakan alibinya yang membuat Bagas melongo tak percaya.

Bisa-bisanya di depannya saat ini ada seorang gadis yang tengah menggunjingi dirinya dengan presepsi yang salah. Jangankan menjadi pemain wanita, dekat dengan wanita saja dia merasa malas dan enggan.

“Dia tidak begitu nona Kanaya.” Ujar Bagas membantah.

“Oh, atau mungkin dia memiliki kelainan seksual. Penyuka sesama jenis mungkin? Atau bisa juga dia impoten atau lemah syahwat.” Ujar Kanaya asal ceplos membuat Bagas refleks menjitak kepala mungil Kanaya.

“Duh, sakit tau. Baru kenal udah KDRT aja.” Kesal Kanaya.

“Lagian kamu ngomongnya ngaco gitu.” Ujar Bagas.

“Ya, siapa tau kan. Tapi ya sudahlah, aku aja sampai detik ini masih jomblo. Mana udah di tanyain calon melulu lagi.” Keluh Kanaya dengan muka melasnya membuat Bagas tersenyum.

“Umur kamu berapa memangnya? Saya dengar tadi kamu baru dua puluh empat tahun, itu masih muda lah. Saya yang sudah dua puluh sembilan tahun saja masih jomblo, dan sama sepertimu di tuntut membawa calon terus.” Ujar Bagas.

Entah mengapa dia ingin terbuka pada gadis yang baru saja di kenalnya itu, dia merasa Kanaya memiliki masalah serupa jadi membuatnya lebih nyaman bercerita pada orang yang mengalami hal yang dia alami. Karena biasanya orang yang akan mengerti adalah dia yang sama-sama mengalami.

“Hah, seriusan ganteng-ganteng gini masih jomblo?” ujar Kanaya keceplosan mengatakan bagas tampan.

“Jadi menurut kamu, saya ganteng?” goda Bagas pada Kanaya yang keceplosan.

“Ehem, cowok ya ganteng lah masa cantik.” Jawab Kanaya ngeles.

“Kalau kamu sendiri, kenapa masih jomblo?” Tanya Bagas.

“Belum menemukan yang pas.” Jawab Kanaya.

“Kalau mas sendiri, kenapa masih jomblo?” Tanya Kanaya penasaran.

“Sama sepertimu.” Jawab Bagas.

Kanaya dan Bagas sama-sama terdiam, mereka saat ini sedang duduk sambil memandangi pemandangan indah yang berada di depannya. Angin sepoi-sepoi menambah nuansa teduh dan nyaman.

Bagi Kanaya, mungkin ada untungnya juga dia yang pergi kesini untuk survey lokasi. Jadi dirinya bisa sekalian jalan-jalan gratis, melepaskan penat dan kekesalan terpendamnya. Entah sugesti atau bukan, tetapi terbukti setelah Kanaya berteriak seperti tadi membuat dirinya menjadi lebih lega.

“Kamu kenapa seperti sangat tertekan dengan masalah di tanya kapan nikah? Kamu kan masih muda, kalau saya yang sudah hampir kepala tiga ini baru pusing.” Ujar Bagas.

“Lah, mas Bagas kan cowok. Ya, jelas beda dong. Soalnya gini yah mas. Misal nih cewek umur 25 tahun sama cowok umur 25 tahun, mereka sama-sama belum menikah. Menurut mas Bagas, siapa yang paling sering di hujat? Jelas cewek lah. Di bilang perawan tua lah, gak laku lah, kalau cowok gak begitu di tekan banget kaya cewek mas.” Ujar Kanaya.

“Hmm, iya juga sih.”

“Mas Bagas, berapa hari disini?” Tanya Kanaya.

“Semingguan mungkin, sekalian berlibur. Kalau kamu?”

Bagas memang ingin berlibur karena dirinya merasa penat dengan pekerjaan dan keluarga nya yang selalu menuntutnya menikah. Hampir setiap hari mereka membahas hal yang sama, padahal Bagas sudah memiliki rumah sendiri dan berencana pindah untuk menghindari tuntutan mereka yang sudah seperti makanan sehari-hari. Tapi kedua orangtuanya tidak mengijinkan Bagas pindah rumah, terkecuali Bagas sudah menikah barulah diijinkan.

“Besok kaya nya pulang deh, soalnya paling cuma dua atau tiga hari doang disini.” Jawab Kanaya murung, padahal dia juga masih ingin berlibur karena di rumah juga terasa penat, hampir tiap hari di tanya calon. Belum lagi sebentar lagi Fera lamaran dan pastinya akan segera menikah. Karena Fera pernah bilang kalau dia ingin menikah tidak lebih dari enam bulan setelah lamaran, kalau bisa habis lamaran langsung di lanjut ke pelaminan.

Mengingat hal itu membuat hati Kanaya kembali sedih, dia sedih karena sebentar lagi teman lajangnya menikah dan hanya tinggal Kanaya sendiri yang menjadi bahan hujatan di keluarga besarnya.

“Kenapa sedih?” Tanya Bagas melihat perubahan ekspresi Kanaya yang terlihat murung.

“Aku masih pengin liburan, di rumah males banget di tanyain mulu. Entah sama tetangga, orangtua atau saudara yang main ke rumah. Mana sebentar lagi sepupuku menikah, aku jadi merasa sendiri dan pastinya akan semakin banyak hujatan yang tertuju padaku.” Kanaya menceritakan segalanya pada Bagas, lelaki yang baru di kenalnya.

Jika biasanya Kanaya tertutup pada oranglain, bahkan pada keluarga maupun teman yang sudah lama di kenalnya. Entah mengapa Kanaya malah sangat terbuka pada Bagas, yang baru di kenalnya beberapa saat yang lalu. Selain merasa aman cerita pada orang yang tidak mengenal dirinya, dia juga merasa nyaman karena Bagas juga berada dalam posisi yang sama dengan Kanaya.

Akhirnya Kanaya memutuskan berjalan-jalan dan makan bersama Bagas sebelum kembali ke penginapan dan menyusun rangkaian acara dan tempat-tempat yang akan di jadikan lokasi outbound.

TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komentarnya 🥳 Terimakasih 💓

Kapan nikah? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang