“Ketika kamu merasa gagal dalam segala hal, kamu akan merasa hancur, sendirian dan kesepian.Tapi ingatlah, bahwa masih ada Allah SWT.
Mohon padanya, usaha saja, percayalah Allah akan memberikan segala sesuatu yang tepat di waktu yang tepat juga. Apa yang menjadi takdirmu tidak akan tertukar dengan yang lain.
Waktu bunga untuk mekar satu dengan yang lain berbeda, buah pun perlu waktunya sendiri-sendiri untuk matang.”
BAB 03
Perbedaan antara Kanaya dan Fera memang bisa di bilang lumayan berbeda. Dari segi penampilan, kesukaan, karakter dan sebagainya. Fera memang jauh lebih dewasa dan anggun jika di bandingkan Kanaya yang manja dan kekanakan. Fera bahkan tampil menggunakan hijab sejak kecil sementara Kanaya sampai sekarang belum berhijab.Fera jauh lebih mandiri dan keibuan jika di bandingkan Kanaya, karena nyatanya Fera sudah pandai memasak, pandai mengurus anak kecil, serta pandai mengurus rumah. Dia memang sudah layak untuk menikah, dari segi mental Fera pun memang sudah siap menikah karena dia bisa jauh lebih dewasa.
Sementara Kanaya merasa dirinya sama sekali belum layak dan belum siap menikah. Dia masih sangat manja, memasak pun tak bisa, mengurus rumah juga tergantung mood. Kalau mood nya bagus dia rajin bersih-bersih namun kalau sedang tidak mood ya sudah kamar sendiri pun layaknya kapal pecah.
Kadang dia sering merasa bagaikan langit dan bumi jika di bandingkan dengan Fera. Apalagi Fera pandai mengaji sementara Kanaya hanya sekedar bisa, bahkan dia jarang mengaji. Dari situ Kanaya sedikit tersadar mungkin karena dia kurang mendekatkan diri pada Allah SWT sehingga hidupnya tidak berjalan mulus.
“Siapa nama calon suamimu Fera?” Tanya Kanaya seraya menghapus air matanya serta mengatur nafasnya.
“Abdan.” Jawab Fera.
“Ceritakan dong bagaimana kalian bisa bertemu sampai akhirnya memutuskan berlabuh ke jenjang yang serius.” Kanaya mencoba terlihat tegar di depan Fera.
“Jadi awalnya gue di kenalkan oleh salah satu teman kerja, katanya saudaranya sedang mencari calon istri. Kemudian kami berkomunikasi lewat WhatsApp dan entah mengapa gue langsung merasa cocok dengan karakternya, kepribadiannya dan segalanya. Kemudian kami janjian bertemu untuk pertama kalinya, gue pikir dia bakal ngajak gue ketemuan di luar. Tapi ternyata dengan sopannya dia malah datang ke rumah gue dan meminta ijin langsung sama nyokap bokap buat mengenal gue lebih jauh.” Fera menjeda ceritanya.
“Saat itu dia bilang kalau nanti kita bertemu dan merasa saling cocok satu sama lain maka ya lanjut, kalau tidak ya sudah. Kemudian setelah kita berbincang-bincang, kita sepakat untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius karena kami merasa cocok satu sama lain. Tujuan kita berdua juga kan sama yaitu pernikahan, jadi dari situ kami memutuskan menikah.” Ujar Fera lagi.
Kanaya sedikit terkejut mendengar cerita dari Fera, ternyata definisi jodoh setidak terduga ini. Cara datangnya benar-benar unik dan tidak bisa di prediksi. Namun Kanaya sedikit kecewa karena Fera baru menceritakannya sekarang, bukan sejak awal saat PDKT.
“Lo mah gak cerita-cerita, padahal lo udah janji waktu itu kalau lo ketemu sama seseorang yang serius. Gue bakal jadi orang pertama yang lo kasih tau, tapi lo malah ngasih tau pas udah mau lamaran.” Ujar Kanaya.
Dulu dia dan Fera sempat membuat janji, siapa pun yang bertemu dengan seseorang dan berniat untuk lanjut ke jenjang yang lebih serius harus menceritakan pada yang satunya lagi.
“Maaf, habisnya memang ini semua sangat mendadak. Gue aja masih kaya mimpi kalau sebentar lagi akhirnya menikah.” Ujar Fera.
“Kami hanya bertemu satu kali, PDKT pun sepertinya kurang dari satu bulan. Dan itu saja via chat.” Ujar Fera lagi.
“Ternyata benar yah kata orang, jodoh datang dengan berbagai cara. Bahkan sering kali dengan cara yang tidak terduga.”
Kanaya sering mendengarkan kisah awal mula pertemuan beberapa temannya yang kala itu memutuskan untuk menikah. Ada yang tidak sengaja bertemu lewat social media seperti Facebook maupun Instagram. Ada juga yang menikah dengan sahabat sendiri, ada yang menikah karena di jodohkan padahal saat itu dirinya sudah memiliki kekasih. Kanaya jadi membayangkan dan bertanya-tanya, dengan cara apa Tuhan akan mempertemukan dia dengan jodohnya nanti.
“Iya Kanaya, gue aja masih gak nyangka. Dari sekian banyak orang yang ngedeketin, ngajak serius atau di kenalkan oleh keluarga atau teman. Baru kali ini gue langsung sreg di hati.” Ujar Fera.
“Itu kali yang dinamakan jodoh.”
Kanaya merasa senang karena akhirnya saudara sekaligus sahabatnya bisa merasakan kebahagiaan dan bertemu dengan tulang rusuknya. Hanya saja rasa kesepian itu kembali menyelimuti hatinya. Jika Fera menikah nanti, pasti dia tidak akan punya banyak waktu lagi untuk Kanaya. Sementara Kanaya hanya memiliki sedikit sahabat yang dekat. Karena Kanaya tipe orang yang lebih baik memiliki teman sedikit asalkan baik, dalam artian tidak toxic.
“Kanaya lo temenin gue yah nanti pas lamaran sama nikahan.” Pinta Fera.
“Iya, gue pasti temenin elo kok.” Jawab Kanaya dengan senyum yang berusaha dia berikan.
Sejujurnya Kanaya ingin sekali menyaksikan hari bahagia Fera, tapi entah mengapa dia merasa takut. Takut jika nanti dirinya tidak bisa menahan air matanya, takut jika nanti hatinya semakin terluka karena pasti akan semakin banyak orang yang menghujatnya. Namun, dia akan berusaha kuat demi Fera.
“Sekarang gantian dong lo yang cerita. Lo udah ada seseorang yang deket atau mungkin calon kandidat pendamping hidup?” Tanya Fera.
“Belum nih, gue kaya nya belum siap deh buat menikah dalam waktu dekat. Gue rasanya masih pengin menikmati kesendirian, gak mumet mikirin urusan rumah tangga dan sebagainya.” Jawab Kanaya.
“Tapi lo bakal tambah mumet dengerin nyinyiran orang nay.”
Kanaya menghela nafasnya, sebenarnya kalau semua manusia di bumi ini sama dengannya. Tidak kepo masalah orang lain, malas mencampuri urusan oranglain, menghargai keputusan orang lain, menghargai prinsip orang lain, malas mengomentari kehidupan yang lain. Pasti dunia ini akan tentram, sayangnya itu semua tidak mungkin. Karena manusia memang di ciptakan berbeda-beda, hanya mirip-mirip saja kelakuannya.
“Doain aja yah. Biar gue cepet ketemu jodoh yang mapan, tampan, mertua yang baik, suami yang setia, sholeh, bertanggungjawab, mencintai dan menghargai gue, menyayangi keluarga gue, menerima gue apa adanya.” Ujar Kanaya menyebutkan kriteria calon suami ideal menurutnya.
“Kebanyakan Nay syaratnya, tapi gapapa deh gue aminin aja. Jangan lupa lo juga harus buka hati, lo gak mungkin kan hidup seperti ini terus.” Nasehat Fera.
“Iya, lagi di coba kok ini.”
Kanaya memang sedang mencoba membuka hati, namun sayangnya sampai detik ini belum ada yang bisa menggetarkan hatinya. Kanaya sendiri sampai bingung, apakah dirinya sudah mati? Kadang iri saat melihat teman menikah, kadang merasa kesepian dan ingin memiliki pendamping. Tapi saat ada yang mendekatinya, dia malah tidak merespon dan malas hingga akhirnya mereka berhenti mengejar cinta Kanaya.
“Kira-kira lo ada kandidat yang hampir memenuhi semua kriteria lo itu gak? Karena kan gak mungkin semuanya terpenuhi, manusia tidak ada yang sempurna.” Ujar Fera.
“Sejauh ini sih ada, cuma sayangnya dia gak sholeh aja dan dia hanya memenuhi kriteria mapan, tampan, kalau masalah setia dan lain-lain gue gak tau.” Jawab Kanaya.
“Hah, siapa tuh?” Tanya Fera penasaran.
“Park Seo Joon.” Jawab Kanaya sambil cengengesan, dia malah menyebutkan nama salah satu artis korea selatan.
“Halu aja terus.” Kesal Fera lalu mereka tertawa bersama.
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komentarnya 🥳 Terimakasih 💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan nikah?
RomanceFollow dulu sebelum baca! Kanaya seorang guru honorer di SMA ternama yang masih betah menjomblo diusianya yang sudah 24 tahun, membuatnya kerap mendapatkan pertanyaan "Kapan Nikah?" Dari orang-orang. Suatu hari dia berurusan dengan dua pria. Pertam...