“Ketika kamu membandingkan kehidupanmu dengan yang lain, dan kamu merasa hidupmu tidak beruntung. Coba lihat mereka di luar sana yang jauh lebih tidak beruntung darimu.
Pencapaian, pekerjaan, dan kisah cinta seseorang itu berbeda. Tidak bisa di samakan satu dengan yang lainnya. Jika seseorang di usia dua puluhan ada yang memutuskan untuk menikah, ada yang sudah memiliki anak, ada yang masih sibuk mengenyam pendidikan, ada yang sibuk membangun bisnis, ada yang sudah sukses.
Itu semua adalah pilihan dan takdirnya,dan tidak ada yang salah dengan semua itu. Yang salah itu adalah membandingkan hidup satu dengan yang lain.”
BAB 04
Kanaya terduduk lemas di ranjangnya, setelah kepulangan Fera kini akhirnya dia hanya tinggal sendiri di rumah. Kebetulan hari ini adalah hari minggu dan tentu saja dirinya tengah libur bekerja. Kedua orangtuanya ternyata pergi kerumah kakaknya.
“Hiks, kenapa seolah kehidupan gue doang yang gagal terus. Pencapaian gagal, bahkan kisah cinta pun gagal, terus apa yang bisa gue banggakan? Kenapa ya Allah, kenapa Kanaya tidak seberuntung orang lain.”
Tangisnya pecah dalam keheningan kamarnya, sesak di dadanya tertumpah dalam bentuk air mata yang membanjiri pipinya. Kini tangisannya sampai terdengar pilu karena dia sendirian dan lebih lepas dalam mengeluarkan semuanya.
Cukup lama Kanaya menangis dalam kesendiriannya, banyak hal yang bahkan tidak bisa dia jabarkan satu persatu namun mampu menambah kurasan air mata yang kini sudah tidak terhitung lagi. Bahkan mata Kanaya sampai bengkak, ingusnya keluar dari hidung dan beberapa kali dia bersihkan dengan tissue. Suara Kanaya kembali serak, bahkan dia sampai sesenggukan. Karena terlalu banyak menangis membuat Kanaya merasakan sakit kepala, matanya pun terasa panas. Kemudian tanpa dia sadari, Kanaya tertidur karena terlalu lelah menangis.
Saat perlahan dia mulai terbangun, kepalanya terasa sakit dan matanya sangat susah di buka. Matanya yang bengkak dan bulu mata yang tadinya basah oleh air mata membuat lengket dan membuatnya susah dalam membuka mata.
“Huh, aku kira semua itu hanya mimpi. Ternyata beneran kenyataan.”
Kanaya berharap bahwa semua ini hanya mimpi, dan tiba-tiba saat dia terbangun dirinya masih jadi anak sekolah atau kuliahan. Tapi kenyataanya tidak, karena melihat kondisi matanya serta bekas tissue yang berserakan.
“Kenapa sih dunia muternya kecepetan. Andai gue bisa muter waktu, enakan jadi anak kecil aja deh. Beban hidup orang dewasa berat banget, segala masalah percintaan, pekerjaan, pencapaian bahkan keluarga. Kalau jadi anak kecil mah enak, cuma taunya main doang.” Keluh Kanaya sambil membersihkan kamarnya lagi.
Beruntungnya kedua orangtuanya belum kembali dari rumah kakaknya, seharian ini di hari ulangtahunnya Kanaya benar-benar menghabiskan waktu untuk menangis, mengeluh lalu tertidur. Sampai tidak terasa waktu sudah menunjukan sore dan dia belum mandi.
Akhirnya Kanaya berjalan dengan gontai ke kamar mandi sambil membawa handuk yang di letakan di bahunya. Dia bercermin di cermin yang berada di kamar mandi.
“Astaga muka gue!” pekiknya kaget.
Wajah Kanaya benar-benar tidak beraturan, sangat berantakan. Rambutnya acak-acakan, wajahnya seperti ikut membengkak sama halnya dengan mata bengkak bak di sengat lebahnya itu.
“Kok gini banget sih.”
Kanaya berusaha membasuh wajahnya dengan air, berharap bisa menghilangkan bekas menangisnya. Dia berharap matanya akan berkurang bengkaknya setelah di basuh dengan air. Cukup lama Kanaya mandi, memang kamar mandi disaat galau adalah tempat yang tepat untuk merenung.
“Astaga Kanaya!”
Kanaya menyadarkan dirinya, dia berhenti melamun dan bengong di kamar mandi. Kanaya ingat bahwa jin atau setan itu suka berdiam diri di kamar mandi. Makannya dia segera keluar dari sana karena kebetulan sudah selesai mandi.
“Ya ampun Kanaya, anak perawan jam segini baru bangun tidur pasti yah kamu. Itu keliatan matanya sampai bengkak gitu.” Mama nya yang baru pulang langsung mengomeli Kanaya karena melihat mata bengkak anaknya.
“Iya nih ndo, jangan kebanyakan tidur gak baik.” Bapaknya juga ikut menasehatinya.
Sebenarnya itu lebih baik buat Kanaya, menurutnya lebih baik di sangka habis tidur dari pagi dari pada mereka tau bahwa mata Kanaya bisa bengkak begitu akibat kebanyakan menangis.
“Iya maaf yah mama, bapak. Abisnya mumpung hari minggu.” Ujar Kanaya berbohong.
“Makannya kalau hari minggu tuh jangan di rumah mulu, anak muda tuh keluar jalan-jalan. Cari pacar sana biar ada semangat hidup.” Mama Kanaya mulai menyinggung masalah pacar lagi.
“Yang bikin hidup semangat itu duit mah, maka nya Kanaya mau cari duit aja biar ada semangat hidup.” Jawab Kanaya.
“Kalau pacarnya kaya kan lumayan, cinta dapet duit juga dapet.” Mama Kanaya tidak mau kalah.
“Dih mama matre nih, masa baru juga pacar udah mintain duit.” Cibir Kanaya.
Bapaknya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan anak dan istrinya yang seolah tiada hari tanpa berdebat.
“Ya udah maka nya carinya suami, biar enak kalau minta duit.” Ujar sang mama.
“Aku masih mau cari duit sendiri dan menikmati masa lajang mah.” Jawab Kanaya.
“Jangan lama-lama lah, mamah juga pengin cepet nimang cucu.” Mama Kanaya masih belum menyerah.
“Kan mama udah punya cucu.”
“Kan pengin cucu dari kamu juga.”
“Iya udah doain aja.” Kanaya yang lelah hanya menjawab dengan jawaban pamungkasnya.
“Tiap sholat juga mama selalu doain kamu. Biar jodoh kamu cepet datang meminang, biar kamu mendapatkan jodoh yang baik, sholeh, menyayangimu dengan tulus, biar kamu mendapatkan suami yang mapan, dewasa dan sabar dalam menghadapi sifat manja dan kekanakan kamu.”
“Aamiin mah, makasih ya.” Kanaya memeluk mamanya.
***
Pagi ini Kanaya bersiap-siap untuk berangkat kerja, saat ini Kanaya menjadi guru honorer di salah satu sekolah menengah atas di daerahnya. Dia mengajarkan mata pelajaran bahasa. Kanaya bersiap untuk sarapan bersama kedua orangtuanya, setelah itu dia bersiap berangkat ke sekolah tempatnya mengajar dengan sepedaa motor matic miliknya.
“Bapak, mama. Kanaya berangkat dulu ya, assalamualaikum.”
Kanaya berpamitan pada Bapak dan mamanya dengan mencium tangan mereka. Setelah itu dirinya memakai helm bogo berwarna ungu tua bercampur hitam miliknya.
“Bu Kanaya, nanti saya minta tolong sampaikan tugas dari saya untuk kelas 12 IPA-2 kan kebetulan ibu mengajar di kelas sebelahnya. Saya harus dinas keluar, terimakasih ya bu.” Ujar Pak Mamat
Guru bahasa inggris yang berkepala botak di tengahnya itu adalah pria setengah baya berumur 47 tahun. Dia salah satu rekan kerja yang baik yang sudah menganggap Kanaya seperti anaknya sendiri.
“Baik pak Maman, hati-hati di jalan.” Ujar Kanaya sopan.
Kanaya bergegas pergi mengajar di kelas pertamanya yaitu kelas 12 IPA-1, namun sebelumnya dia mampir ke kelas sebelahnya menyampaikan amanah dari pak Maman.
“Selamat pagi anak-anak.” Sapa Kanaya pada murid-muridnya.
“Pagi bu,” jawab mereka serentak.
“Sebelum melanjutkan pelajaran, jangan lupa yah, selalu awali hari dengan doa. Berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing di mulai.”
Kanaya selalu mengawali pelajarannya dengan berdoa, nampak murid-muridnya menundukan kepalanya untuk berdoa dalam mengawali hari dan pelajaran.
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komentarnya 🥳 Terimakasih 💓
![](https://img.wattpad.com/cover/270327316-288-k326017.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan nikah?
RomanceFollow dulu sebelum baca! Kanaya seorang guru honorer di SMA ternama yang masih betah menjomblo diusianya yang sudah 24 tahun, membuatnya kerap mendapatkan pertanyaan "Kapan Nikah?" Dari orang-orang. Suatu hari dia berurusan dengan dua pria. Pertam...